BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. dalam program Creative Student Day (CSD) yang dilaksanakan di MA Nasy atul. mampu menajamkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar memiliki beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan bahasa,f yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2)

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dituangkan melalui bahasa baik, lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini, yaitu : (1) terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi; (2) terdapat hubungan positif dan signifikan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi; dan (3) terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis. Berikut akan dijelaskan hasil penelitian ini secara rinci: (1) Kecerdasan Emosional (X1) memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemampuan menulis narasi (Y). Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi (ry 1 ) = 0.747, Koefisien determinasi (ry 1 ) 2 = 0.5580 yang menunjukkan bahwa 55.80 % dari kemampuan menulis dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Dengan demikian, kecerdasan emosional secara konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional seseorang semakin rendah pula kemampuan menulis narasinya. (2) Berpikir Kreatif (X 2 ) memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemampuan menulis narasi (Y). Hal ini dapat dijelaskan dengan nilai

koefisien korelasi (ry 2 ) sebesar 0.707, Koefisien determinasi (ry 2 ) 2 = 0.4999, menunjukkan bahwa 49.99 % dari kemampuan menulis narasi dipengaruhi oleh berpikir kreatif. Dengan demikian, berpikir kreatif secara konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi, artinya semakin tinggi berpikir kreatif seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasi orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah berpikir kreatif seseorang semakin rendah pula kemampuan menulis narasi orang tersebut. (3) Kecerdasan emosional (X 1 ) dan berpikir kreatif (X 2 ) secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan kemampuan menulis narasi (Y). Koefisien korelasi ganda (R v12 ) kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0.856, dan koefisien determinasi (R y12 ) 2 = 0.7327, menunjukkan bahwa 73.277% dari kemampuan menulis narasi dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan berpikir kreatif. Dengan demikian, kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional dan berpikir kreatif seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasinya Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional dan berpikir kreatif seseorang secara bersama-sama, semakin rendah pula kemampuan menulis narasi orang tersebut. B. Implikasi Beberapa hal penting sebagaimana tersimpul dalam penelitian ini adalah temuan-temuan yang berarti dan bermanfaat bagi upaya pengembangan

keterampilan menulis khususnya menulis narasi di kalangan mahasiswa. Hasilhasil penelitian tersebut pun berimplikasi terhadap banyak hal terutama dalam mengembangan strategi pembelajaran menulis narasi, pengembangan teori-teori menulis narasi, dan juga terhadap penelitian yang relevan. Beberapa hal penting sebagai implikasi penelitian ini dipaparkan berikut ini. 1. Pengembanan Kemampuan Menulis Narasi dengan Memperhatikan Kecerdasan Emosional Untuk memaksimalkan kemampuan menulis narasi, berbagai variabel kritis patut mendapat perhatian khususnya dari seorang guru maupun siswa. Sesuai hasil penelitian ini, tersimpul bahwa variabel kecerdasan emosional merupakan salah satu di antaranya yang berhubungan positif dan signifikan. Dengan memperhatikan aspek kecerdasan emosional peserta didik mereka berada pada ambang kesiapan diri dan dengan motivasi yang cukup untuk menulis. Untuk sampai pada ambang demikian, berbagai upaya dapat dilakukan guru di antaranya dijelaskan berikut ini: Pertama, membangun atau mengenali kesadaran diri. Apabila seseorang memiliki kesadaran diri, yang bersangkutan akan dapat mengatur atau mengenali dirinya sendiri. Seseorang tidak dapat mengatur dirinya jika ia tidak mengenal dirinya. Dia tidak menyadari bahwa tingkah lakunya baik atau tidak. Dengan demikian, kesadaran diri adalah kunci dan merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Tanpa kesadaran diri, ia tidak akan mampu memecahkan masalahnya. Seseorang yang memiliki kesadaran diri yang tinggi misalnya, akan mengenali dirinya jika dia sedang sedih, kecewa, senang, dan sebagainya. Sehubungan

dengan aktivitas menulis narasi, kesadaran diri akan membantu dalam mengatur emosi terutama dalam mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan dengan bebas. Orang demikian akan merasa bahwa ia mempunyai ungkapan tersendiri tentang sesuatu ke dalam bentuk tulisan tanpa terpengaruh dari luar. Dia merasa yakin tentang apa yang ia tulis. Kedua, memiliki kepribadian yang tegas. Kepribadian ini mencakup kemampuan mengungkapkan perasaan, apa adanya, memiliki kepercayaan diri, dan bersifat terbuka serta kemampuan mempertahankan hak individual. Kepribadian yang tegas juga merupakan kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan lugas. Pada saat yang sama juga memiliki sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain. Dengan memiliki kepribadian yang tegas, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya, ide-ide, gagasangagasan, dan pikiran-pikiran yang cemerlang tanpa takut membuat kesalahan. Mereka bebas untuk mengatakan sesuatu, mengungkapkan apa yang mereka inginkan tetapi mereka juga masih dapat mempertimbangkan ide-ide orang lain dan memiliki perasaan yang sensitif terhadap orang lain, seperti mampu bekerja sama dalam sebuah kelompok di mana mereka dapat bekerja sama. Ketiga, memiliki motivasi diri yang tinggi. Dengan harapan sukses, seberapapun sukarnya suatu pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang, ia akan berusaha semaksimal mungkin mengerjakannya dengan baik. Ia akan terusmenerus mau belajar, sehingga, apabila ia diminta untuk membuat karangan narasi ia akan berusaha untuk membuat dan menyelesaikannya dengan baik walaupun pekerjaan tersebut belum pernah ia lakukan. Mahasiswa akan

termotivasi ketika ada kontes menulis narasi misalnya. Dalam situasi seperti itu, guru atau dosen sebaiknya memberikan ekspektasi bagi mereka yang memenangkan kontes tersebut. Keempat, memiliki aktualisasi diri. Memiliki aktualisasi diri dimaksudkan bahwa ia mampu mengatur dirinya sendiri dalam menghadapi lingkungannya. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang dan membuat hidupnya menjadi bermanfaat. Aktualisasi diri ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan bakatnya ke tingkat yang maksimal sekaligus mencoba untuk memperbaiki dirinya sehingga apa yang mereka tulis merupakan cerminan dari keadaan dirinya. Kelima, fokus pada perasaan dan keinginan sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa ingin menulis sebuah cerita pendek dan berharap untuk mendapatkan hasil yang baik. Ketika mencoba menulis tetapi menghadapi beberapa masalah seperti tidak memiliki waktu, tidak mempunya ide, tidak dapat berpikir, sulit memilih tema dan perasaan sedang tidak mood, dia akan menghentikan sementara keinginannya itu kemudian mencoba untuk rileks atau tidur beberapa saat. Setelah dia segar kembali, mencoba untuk menulis kembali dan akan merasa menikmati pekerjaan menulisnya. Keenam, mengenali pengalaman yang telah didapatnya. Ketika mengungkapkan ide dan perasaan, ia akan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya. Dalam kondisi demikian, dibutuhkan visi, pikiran, dan perasaan. Dalam hal ini, dia harus menggunakan ingatannya pada pengalaman yang lampau untuk menulis. Contohnya, ia memiliki pengalaman yang

menyenangkan ketika saat ia merasa jatuh cinta lalu diberi tugas untuk menulis tentang cinta. Hal ini membuatnya memiliki ide-ide yang segar dan menarik ketika mengungkapkannya ke dalam tulisan. Semakin banyak pengalaman yang ia dapatkan akan semakin mudah ia menulis. Ketujuh, membangun imajinasi. Membangun imaginasi adalah aspek lain untuk mengontrol emosi seseorang. Bentuk imajinasi ini tidak diartikan sebagai kemampuan menciptakan saat-saat yang buruk akan tetapi bagaimana menciptakan saat-saat yang menyenangkan. Kita mencoba merasakan emosi kita sendiri dengan cara yang tepat. Buku-buku, film, koran, televisi, dan sebagainya dapat mendukung imajinasi penulis,. Mereka dapat memberikan banyak informasi. Semua sumber tersebut dapat meningkatkan kemampuan berimaginasi sehingga pembaca akan merasa senang dan menikmati karangan narasi yang dihasilkan. Beberapa mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi karena mereka tidak merasa yakin akan apa yang ingin mereka ungkapkan. Dalam hal ini, satu hal yang harus mereka lakukan adalah menulis apapun yang mereka ketahui, menyadari bahwa pada awalnya mereka akan melakukan beberapa kesalahan, sehingga mereka akan mengetahui dan memahami poin penting setelah mereka menulis dan mensupport mereka untuk menulis lagi. 2. Pengembangan Kemampuan Menulis Narasi dengan Memperhatikan Berpikir Kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kreatif memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan menulis narasi. Seseorang yang memiliki tingkat berpikir kreatif yang tinggi akan memiliki kemampuan mengarang narasi yang

yang lebih baik pula. Orang tersebut juga mampu mengeluarkan ide-idenya secara unik atau tidak biasa dan ia juga akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang tidak terduga di dalam karangannya. Kelancaran dalam menggunakan kata-kata, kelenturan dalam membuat kata-kata, keorisinalitasan ide yang ia tuangkan ke dalam tulisannya dan penambahan detail dari suatu cerita sehingga membuat karangannya sangat unik dan beragam adalah impian bagi para pembaca. Pembaca akan merasa senang apabila membaca hasil suatu karangan yang unik, lain dari biasa dan memiliki keberagaman pemilihan kata yang sangat menarik. Oleh karena itu, perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan menulis narasi melalui peningkatan berpikir kreatif. Adapun upaya peningkatan tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, sehubungan dengan upaya untuk peningkatan kemampuan menulis narasi, mahasiswa hendaknya diberikan motivasi atau dorongan untuk selalu mencari sesuatu yang baru dalam karangannya atau berusaha untuk seunik mungkin dalam membuat suatu cerita dengan suatu penyelesaian akhir yang tidak terduga. Pendidik harus berupaya untuk dapat memupuk dan meningkatkan daya kreativitas para mahasiswa, namun pendidik juga harus berhati-hati jangan sampai dorongan tersebut berlebih atau tidak pada tempatnya sehingga malah melemahkan daya kreativitas. Kedua, perlunya pengembangan berpikir kreatif mahasiswa sehingga mereka dapat menghasilkan produk tulisan yang bermutu dengan cara dikembangkannya suatu sistem penilaian karangan dengan kriteria berdasarkan aspek-aspek utama berpikir kreatif, yaitu : (1) kelancaran dalam mengemukakan

gagasan, (2) kelenturan dalam struktur kalimat, (3) orisinalitas dalam tema, orisinalitas dalam pemecahan suatu akhir cerita, orisinalitas dalam membuat karangan yang bersifat humor atau menggelikan dan orisinalitas dalam gaya penulisan, dan (4) elaborasi yang mampu membuat suatu karangan nampak lebih kaya dengan membumbui atau menghiasi suatu cerita, misalnya dengan memakai kata-kata yang tidak biasa atau unik. Ketiga, Diperlukan dukungan dari lingkungan yang meliputi fleksibilitas dalam memberikan kesempatan, model yang positif, bimbingan dan dukungan untuk membangun kepercayaan diri dalam melakukan kegiatan kreatif dan menghargai karya kreatif seperti diadakannya majalah khusus untuk para mahasiswa di mana terdapat kolom cerita pendek atau karangan lainnya. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian ini ada beberapa hal yang patut diajukan sebagai saran penelitian ini. Beberapa saran dimaksud lebih terkait dengan operasionalisasi hasil penelitian ini. Saran-saran penelitian ini lebih lanjut diurutkan berikut ini. Pertama, Menulis narasi adalah sebuah proses dan untuk itu diperlukan latihan. Apabila mahasiswa berlatih menulis narasi secara teratur dan terbimbing, tulisan mereka menjadi baik. Latihan adalah sebagai dasar untuk memperbaiki kemampuan menulis narasi, juga memungkinkan mereka menambah kosakata baru karena faktor kurangnya kosa kata sangat mempengaruhi mutu suatu tulisan. Kedua, Peserta didik hendaknya dibimbing dan diarahkan agar dapat menerapkan sistem kebahasaan yang benar dan komunikatif dalam menulis. Di

antaranya yaitu : (1) penggunaan tanda baca, pemilihan kata, penyusunan paragraf, penggunaan ejaan, kosakata dan sebagainya. (2) menciptakan alur yang logis, karakter tokoh yang tepat, menciptakan konflik yang berakhir pada suatu penyelesaian, setting waktu, dan yang lain. Dengan kemampuankemampuan tersebut upaya menciptakan tulisan narasi yang baik dan komunikatif akan dapat diwujudkan. Ketiga, Menulis narasi melibatkan emosi, perasaan, dan fantasi di dalamnya. Berhubungan dengan hal tersebut, mahasiswa haruslah diberikan kebebasan untuk mengungkapkan apapun perasaan mereka, ide-idenya, atau pikiran-pikirannya. Itu semua akan mampu memotivasi mahasiswa menulis hingga mereka dapat menghasilkan narasi yang baik dan komunikatif. Keempat, Kelancaran dalam menggunakan kata-kata, kelenturan dalam membuat kata-kata, keorisinalitasan ide tulisan termasuk penambahan detail dari suatu cerita sampai kepada pemecahan masalah secara unik dan tak biasa adalah wujud kepiawaian dalam menulis narasi. Semua ini diperoleh melalui latihanlatihan yang terartur dan terbimbing. Disarankan agar dosen ataupun guru mampu membimbing peserta didik ke arah latihan yang teratur sehingga semua aspek di atas dimiliki dan dapat diaplikasikan secara tepat dalam menulis narasi.