BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

BAB III METODE PENELITIAN

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB IV GAMBARAN UMUM

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun


BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU


PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari sudut pandang ekonomi pembangunan bisa diartikan sebagai upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). Perubahan yang lebih baik ini harus dilaksanakan secara menyeluruh, tidak hanya dibidang fisik material semata, akan tetapi juga mental spiritual. Adanya perhatian terhadap pembangunan ekonomi semakin berkembang dan bertambah luas. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya segi yang diperhatikan dalam evaluasi suatu proses pembangunan ekonomi. Awalnya hanya dengan melihat perkembangan tingkat pendapatan perkapita masyarakat tersebut, tetapi sekarang cenderung untuk lebih melihat adanya pembagian hasil akibat adanya perkembangan ekonomi baik secara sektoral maupun secara wilayah yang luas. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999:108). 1

2 Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara optimal dalam membangun daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Keadaan ekonomi daerah yang berbeda-beda terutama karena perbedaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki di samping itu pola pemanfaatannya serta kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai di suatu daerah menyebabkan pembangunan ekonomi derah-daerah di Indonesia menjadi tidak sama. Pemecahan masalah yang biasa dilakukan selama ini bersifat agregatif, yakni dengan usaha peran-peran sektor-sektor ekonomi di masingmasing daerah tanpa mengetahui sektor unggulan untuk dikembangkan, kenyataan

3 yang terjadi jika sektor-sektor ekonomi yang unggulan ini dikembangkan dan menjadi keunggulan daerah dapat meningkatkan pendapatan daerah. Sektor ekonomi unggulan mengacu pada istilah sektor basis. Suatu sektor dapat dikatakan sebagai sektor ekonomi unggulan, jika laju pertumbuhan dan kontribusi yang diberikan oleh sektor tersebut lebih besar dari sektor yang lain, sektor yang menyerap tenaga kerja lebih banyak, selain itu sektor ekonomi tersebut dapat memenuhi kebutuhan daerahnya dan juga sektor tersebut dapat dikatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang mempunyai keunggulan komporatif dan keunggulan kompetitif, yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya. Dengan menggunakan konsep keunggulan dan keuntungan kompetitif tersebut sebagai dasar, berarti bahwa prioritas pembangunan haruslah diletakkan pada sektor-sektor yang merupakan sektor unggulan dan mempunyai keuntungan kompetitif yang tinggi yang tidak hanya didasarkan pada kandungan sumberdaya alam yang dimiliki oleh sektor-sektor bersangkutan. Sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing yang tinggi karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Keadaan tersebut selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah karena produk-produk yang dihasilkan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan produksi dapat berkembang dengan baik. Salah satu indikator dalam kemajuan perekonomian disuatu daerah yaitu dapat dilihat dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang dapat dihitung dengan melalui PDRB, PDRB nya juga harus rata-rata sama dengan tingkat pertumbuhan sektoral. Hal ini berarti suatu sektor akan memiliki kontribusi besar dan

4 pertumbuhannya sangat lambat sehingga dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi. Apabila suatu sektor itu memiliki kontribusi yang terbilang relatif besar terhadap perekonomian maka dapat memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, selain itu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2011-2015 GAMBAR 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%) Gambar 1.1. diatas menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2015 mengalami kelambatan apabila dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 6,64%, kemudian mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat drastis. Pergerakan ekonomi yang lambat ini disebabkan karena adanya keterpurukan ekonomi global yang belum membaik, selain itu dengan menurunnya komoditas internasional, ketidakpastian pasar keuangan, adanya depresiasi nilai tukar dan adanya penurunan daya beli masyarakat itu sendiri maka dapat mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi khususnya di provinsi Jawa Timur mengalami penurunan.

5 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2011-2015 GAMBAR 1.2. PDRB Perkapita Jawa Timur Tahun 2011-2015 (%) PDRB per kapita sendiri menunjukkan nilai PDRB yang diterima oleh setiap penduduk masyarakat Jawa Timur. Selama kurun waktu 5 tahun ini nilai PDRB per kapita Jawa Timur selalu mengalami kenaikan yang baik. Pada tahun 2011 naik sebesar Rp. 29,61 juta, tahun 2012 naik sebesar Rp. 32,77 juta, tahun 2013 naik sebesar Rp. 36,04 juta, tahun 2014 naik sebesar 39,88 juta, tahun 2015 naik sebesar 43,50 juta. Dari gambaran diatas belum mampu untuk menjadi acuan atau ukuran dalam peningkatan kemakmuran masyarakat Jawa Timur maupun penyebaran pendapatan hal ini dikarenakan karena inflasi sangat dominan dalam pembentukan PDRB. Suatu daerah dapat mengembangkan potensi unggulannya berdasarkan tata letak geografis daerah tersebut. Karena tata letak ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah, kemajuan daerah juga tidak terlepas dari kedisiplinan masyarakat dan pemerintah untuk terus melakukan pembaruan sistem agar tidak ketinggalan dengan daerah yang lainnya. Pemerintah dapat menyusun program jangka pendek, jangka panjang dalam melakukan pembaruan sistem agar daerah

6 tersebut dapat diterima. Tidak hanya itu saja pembangunan daerah dapat tepat guna dan tepat sasaran untuk dapat memajukan daerah tersebut. Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki kondisi geografis di daerah permukaan tinggi. Kabupaten Magetan merupakan daerah perbatasan dan ujung barat Provinsi Jawa Timur. Ujung baratnya berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah lebih tepatnya di sebelah barat berbatasan degan Kabupaten Karanganyar dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri. Selain itu Magetan di ujung timur berbatasan dengan Kabupetan Madiun, dan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ngawi. Kabupaten Magetan memiliki potensi pertanian yang baik karena berada di kawasan permukaan tinggi, ketinggiannya antara 60-1660 mdpl. Sehingga tidak heran apabila Kabupaten Magetan memiliki potensi pertanian karena tanahnya yang mendukung serta cuaca yang dingin bisa menghasilkan pertanian yang baik. Kabupaten Magetan memiliki 235 desa/kelurahan, tetapi desa/kelurahan ini memiliki topografi yang berbeda-beda. Sebanyak 187 desa/kelurahan berada di dataran dan selebihnya yaitu 48 desa/kelurahan berada di lereng pegunungan. Sehingga tidak memungkiri apabila masyarakat Magetan banyak yang berprofesi sebagai petani. Karena mengingat daerah yang mereka tempati berada didaerah yang menguntungkan. Jumlah penduduk Kabupaten Magetan dari hasil sensus penduduk tahun 2013 yaitu sebanyak 625.703, dan pada tahun 2014 adanya pertumbuhan penduduk sebanyak 626.614 jiwa. Pertumbuhan penduduk di dua tahun terakhir

7 tidak mengalami peningkatan yang banyak. Disini terdapat beberapa faktor yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan penduduk yaitu turunnya angka kelahiran dan perpindahan penduduk ke luar wilayah. Karena mengingat adanya kebiasaan buruk dari warga Magetan yaitu selalu merantau ke wilayah lainnya untuk mencari nafkah ke wilayah tersebut. Kebanyakan di Magetan ini perekonomiannya hanya monoton atau hanya sejalan yang ada saja. Di kabupaten Magetan sendiri juga lowongan pekerjaan yang minim, dan pergerakan ekonominya atau perputaran ekonominya sangat lambat mengakibatkan banyaknya masyarakat asli Magetan melakukan transmigrasi ke kota yang lebih besar untuk mencari pekerjaan. Dari potensi pertanian yang baik, dan lahan pertanian yang masih digunakan dengan baik beberapa desa yang berada di lereng pegunungan ini hasil panen mereka dapat memenuhi kebutuhan dalam kota serta hasil panen mereka distribusikan ke kota lainnya, yang banyak yaitu didistribusikan ke daerah Karanganyar, Madiun, dan sekitarnya. Hal ini dilakukan karena lokasi yang berdekatan dan juga kedua kabupaten ini sama-sama saling kongsinasi atau saling membutuhkan. TABEL 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (%) No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 4,41 4,42 3,28 3,06 3,52 2 Pertambangan dan Penggalian 2,37 0,98 1,46 3,01 2,54 3 Industri Pengolahan 4,96 4,43 5,94 5,48 5,18 4 Pengadaan Listrik dan Gas 10,52 10,39 6,06 4,73-1,42 5 Pengadaan Air, Pengadaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,87 4,72 4,23 2,65 3,93

8 Lanjutan Tabel 1.1. No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 6 Kontruksi 5,49 6,30 6,26 6,73 4,04 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,09 8,47 8,61 6,24 6,86 8 Transportasi dan Pergudangan 5,92 6,84 10,46 11,00 7,91 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,34 8,01 9,06 8,56 7,82 10 Informasi dan Komunikasi 11,05 13,21 12,71 8,11 8,54 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 10,41 11,77 13,90 8,24 8,54 12 Real Estate 5,18 6,64 7,44 7,23 5,16 13 Jasa Perusahaan 5,23 4,43 6,41 9,40 6,00 14 Administrasi Pemenrintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,49 1,57 1,33 0,47 3,57 15 Jasa Pendidikan 2,38 5,60 6,54 6,63 6,36 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,62 7,09 7,06 13,43 5,91 17 Jasa Lainnya 5,48 4,08 6,88 7,44 4,84 PDRB 5,64 5,79 5,85 5,10 5,17 Sumber: BPS Kab. Magetan, 2015 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Lapangan Usaha dibidang Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan sebesar 0,46%, Pengadaan Air, Pengadaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang mengalami kenaikan sebesar 1,28%, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami kenaikan sebesar 0,62%, Informasi dan Komunikasi mengalami kenaikan sebesar 0,43%, Jasa Keuangan dan Asuransi mengalami kenaikan sebesar 0,3%, Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami kenaikan sebesar 3,1%. Apabila dilihat dari tabel diatas dapat diketahui terdapat sektor-sektor yang bergerak secara fluktuatif, dan apabila dikembangkan serta diperbaiki sistemnya maka akan mendorong nilai PDRB Kabupaten Magetan.

9 Dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan nilai pertumbuhan ekonomi ini maka terdapat subsektor yang bisa dikatakan menjadi subsektor basis dan subsektor unggulan. Karena setiap tahunnya mengalami kenaikan walaupun hanya sedikit. Subsektor unggulan ini sangat perlu untuk dikelola dengan baik, agar mampu mempertahankan gradenya, dan jika dikelola dengan baik mampu memenuhi kebutuhan masyarakat agar tidak melakukan impor. TABEL 1.2. Peranan Lapangan Usaha Terhadap PDRB Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 2011-2015 (Persen) No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Peternakan, Perburuan, 1 dan Jasa Pertanian: 96,61 96,38 95,11 94,89 94,84 a. Tanaman Pangan 40,08 41,15 39,90 39,08 39,63 b. Tanaman Holtikultura 18,91 18,25 16,58 16,40 15,96 c. Tanaman Perkebunan 11,74 10,61 10,93 10,70 9,78 d. Peternakan 24,97 25,40 26,72 27,69 28,38 e. jasa Pertanian dan Perburuan 0,91 0,98 0,98 1,02 1,08 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 2,21 2,44 3,51 3,69 3,72 3 Perikanan 1,18 1,17 1,38 1,42 1,44 Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Kab. Magetan, 2015 Dari data peranan lapangan usaha terhadap PDRB kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian dapat diketahui bahwa pada sektor ini bidang Tanaman Pangan, Peternakan, Pertanian dan Perburuan mengalami peningkatan atau pertumbuhan PDRB pada dua tahun terakhir, yaitu tahun 2014 dan 2015 kenaikan PDRB ini memberikan dampak yang positif bagi daerah dan juga menambah nilai pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan Kehutanan dan Perikanan juga mengalami peningkatan nilai PDRB pada tahun 2014 dan 2015.

10 Mengingat perlunya perbandingan wilayah maka diambil perbandingan dengan Kabupaten Banyuwangi, dimana Banyuwangi merupakan wilayah ujung timur pulau jawa yang berbatasan dengan selat bali. Banyuwangi di era sekarang semakin berkembang sehingga dapat dibandingkan dengan Kabupaten Magetan. Apabila dilihat komoditas unggulan di wilayah Kabupaten Magetan dan dibandingkan dengan Kabupaten Banyuwangi maka akan terlihat perbedaan pada masing-masing daerah. Dimana Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonominya merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Selama empat tahun pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Pada Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi berada pada angka 7,14%, tahun 2012 Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonominya naik ke level 7,29%, pada Tahun 2013 mengalami penurunan yaitu 6,76%, dan pada Tahun 2014 5,8%. Dengan analisis potensi pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Magetan ini dapat diketahui sektor apa yang perlu dikembangkan agar terus mengalami pertumbuhan serta pengembangan ekonomi. Perhitungan sektor unggulan juga memakai metode LQ, Shift Share, dan Typology Klassen. Dengan melihat perbandingan Kabupaten Banyuwangi maka akan memaksimalkan usaha Kabupaten Magetan dalam hal persaingan Sektor Ungulan daerah. Sektor-sektor yang terus mengalami peningkatan dapat menjadi sektor unggulan yang harus dikembangkan dan menjadi bahan pertimbangan pemerintah

11 daerah Kabupaten Magetan untuk mengembangkan serta mengoptimalkan potensi unggulan serta basis yang dapat menjadikan Kabupaten Magetan daerah yang berkembang, maju, dan selain itu menambah pembangunan daerah menjadi lebih bagus lagi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk menganalisis dan mengkaji lebih lanjut mengenai Analisis Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015. B. Batasan Masalah Mengingat ruang lingkup Sektor Unggulan sangat luas, maka penulis membatasi pembahasan masalah pada Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Provinsi Jawa Timur. Penelitian pada penulis ini yang akan dibahas adalah Pembangunan Ekonomi, Sektor Basis, dan Produk Domestik Regional Bruto. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu dari tahun 2011-2015. C. Rumusan Masalah: Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Sektor apa yang memiliki potensi sebagai sektor unggulan (sektor basis) serta memiliki keunggulan yang kompetitif atau yang memiliki daya saing serta spesialisasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift Share?

12 2. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan sektor non unggulan untuk pembangunan yang memanfaatkan alat analisis Typology Klassen? 3. Apakah telah terjadi perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Magetan? D. Tujuan Penelitian: Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sektor apa saja yang memiliki potensi sebagai sektor unggulan dan memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesialisasi dengan menggunakan alat bantu analisis Location Quotient (LQ), dan Shift Share. 2. Untuk mengetahui terjadinya perubahan sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Magetan. 3. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor unggulan dan sektor non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan memanfaatkan bantuan analisis Typology Klassen. E. Manfaat Penelitian: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi atau dapat menjadi masukan bagi pengembangan Ilmu Ekonomi dan dapat menambah referensi dari pengembangan sektor unggulan daerah.

13 2. Manfaat Praktis a) Bagi penulis, dapat memperoleh kesempatan untuk mencoba menganalisa secara praktis serta sistematis, serta dapat memecahkan berbagai masalah di lapangan, sesuai dengan keampuan ilmu yang dimiliki oleh penulis yang diperoleh dari semasa mengikuti proses perkuliahan. b) Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan, penelitian ini sebagai bahan masukan atau sumbangan pikiran yang dapat dipertimbangkan dalam rangka perumusan arah kebijakan dalam pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang. c) Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan/rujukan untuk penelitian yang sejenis atas penelitian lanjutan dimasa mendatang.