BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pengoperasian modul baby incubator adalah sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian modul inkubator bayi dilakukan menggunakan alat pembanding

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Suhu pada Ruang Inkubasi. dengan membandingkan suhu dengan suhu ditermometer.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

Gambar 4.1. Pengujian Timer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring Detak Jantung. f. Sensor : Finger sensor dan sensor suhu LM 35

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

RANCANG BANGUN PENDINGIN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Sterilisator Botol Susu Bayi Berbasis Mikrokontroler

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN SISTEM

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

Baby Incubator Dilengkapi Timbangan Sebagai Kontrol Suhu Otomatis (Timbangan dan Suhu Skin)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB III METODA PENELITIAN

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

LAMPIRAN PETUNJUK PENGGUNAAN

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Menekan tombol Switch ON, maka LCD akan menyala dengan kalimat. 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. didesain khusus dan diperuntukan bagi user untuk melakukan sterilisasi di

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancang bangun alat terapi jerawat menggunakan blue light berbasis

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang yang modern didalam penggunaannya. Salah satu

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spesifikasi Alat Berikut adalah gambar Mixer menggunakan tabung V tampak dari

BAB 4. Rancang Bangun Sistem Kontrol

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 4.1 berikut merupakan gambar dari alat simulasi automatic

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

USER MANUAL JAM DIGITAL DENGAN IC AT89S51 MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA

BAB IV PENGUJIAN DAN SIMULASI PENGENDALIAN SUHU RUANG PENETAS TELUR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB I PENDAHULUAN. termometer dengan hygrometer yang dinamakan Thermohygrometer. adalah derajat Celcius (C). Kemudian alat yang kedua yaitu hygrometer

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

KATA PENGANTAR. Makassar, November Penulis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (homogen). Berikut spesifikasi dari alat hot plate magnetic stirrer : 1. Speed range : 500, 1000, 1500 rpm

INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. organisme berkisar (Edwards dan Lofty 1972). dibutuhkan oleh cacing lumbricus rubellus untuk aktivitas metabolisme seperti

BAB III METODE PERANCANGAN. tabung V maka penulis membuat diagram dan mekanis system sebagai

COOLING PAD OTOMATIS BERBASIS ATMEGA328

BAB III METODOLOGI. rangkaian, kemudian ketika sensor mendeteksi objek output sensor yang berupa

ALAT PENGUKUR BERAT BADAN, PANJANG BADAN DAN LINGKAR KEPALA BAYI (BERAT BADAN)

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV PENELITIAN. Nama Alat : Sterillisasi UV Dental KIT (SUDEK)

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Termometer Digital Dengan Output Suara. b. Jenis : Termometer Badan. d. Display : LCD karakter 16x2.

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, berkembang pula ilmu pengetahuan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Sistem kendali suhu menggunakan sensor DS18B20 pada inkubator bayi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN MODUL. Nama Alat : Simulasi Pengukuran Timer Pada Terapi Inframerah. Menggunakan ATmega16

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PELUMAT (BLENDER) DOMO

BAB IV PENGUJIAN & ANALISA

SISTEM PENGONTROLAN SUHU DAN KELEMBABAN PADA INKUBATOR BAYI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PELUMAT (BLENDER) DOMO

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

A. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni :

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

A. Receipt printer thermal ND9C

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III. Perencanaan Alat

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

Para konsumen yang kami hormati, terima kasih telah memilih Mesin Pemeras Minyak kami.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus

BAB III RANCANG BANGUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Alat Ukur Berat Kalori pada Makanan Berbasis Arduino. d. Dimensi : P : 25 cm, L : 20 cm, T : 15 cm.

PETUNJUK PENGOPERASIAN

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

Transkripsi:

38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Pengoperasian Modul Baby Incubator Adapun langkah-langkah pengoperasian modul baby incubator adalah sebagai berikut: 1. Hubungkan kabel power modul dengan sumber tegangan (PLN). 2. Periksa air pada wadah, pastikan dalam kondisi baik. Jika kurang, maka tambahkan sampai batas ketinggian maksimal. 3. Kemudian tekan saklar power pada posisi ON dan modul akan menyala. 4. Pada saat modul dinyalakan, maka akan langsung menampilkan suhu yang terukur pada box baby incubator dan suhu yang terukur pada kulit bayi serta berapa kelembaban pada box baby incubator. Seperti diperlihatkan pada gambar 4.1. Gambar 4. 1 Tampilan Awal pada Seven Segment 38

39 5. Pilih pengaturan suhu yang diinginkan dengan cara memutar selector switch searah jarum jam. Gambar 4. 2 Tampilan selector switch saat pemilihan suhu 6. Setelah dilakukan pemilihan suhu, maka microcontroller akan mengatur kerja heater agar mendapatkan suhu sesaui dengan pengaturan. Apabila suhu yang terukur masih dibawah setting suhu, maka heater secara otomatis akan aktif untuk memamaskan suhu pada box bayi. Panas heater dialirkan oleh kipas DC 12V. Heater akan otomatis mati saat suhu tercapai namun kipas akan tetap bekerja. Hal ini akan berulang terus-menerus hingga modul dimatikan. 7. Setelah selesai, tekan saklar power pada posisi OFF. 8. Cabut kabel power dari sumber tegangan. 4.2 Hasil Pengujian 4.2.1. Sistem Pengujian dan Pengukuran Sebagai hasil penelitian dari pembuatan modul, dilakukan beberapa perbandingan hasil pengukuran modul terhadap alat pembanding. Alat pembanding yang digunakan yaitu alat ukur thermohygrometer Corona. Suhu

40 ruang modul baby incubator dideteksi oleh sensor suhu LM35 dan thermohygrometer Corona untuk pengukuran pada titik T 1, T 2 dan T 3. Langkah-langkah pengukuran: 1. Persiapan a. Menyiapkan modul baby incubator b. Menyiapkan thermohygrometer Corona c. Menyiapkan stopwatch d. Menyiapkan alat tulis 2. Perlakuan a. Setting suhu modul baby incubator secara bertahap dari 32 C, 33 C, 36 C dan 37 C b. Penempatan thermohygrometer pada 3 titik, yakni T 1, T 2 dan T 3. T 1 berada dekat dengan lubang keluarnya udara panas. T 2 berada diatas matras dan T 3 berada pada sisi berlainan dari T 1. c. Pengukuran dilakukan pada satu titik dan setting suhu dinaikkan secara berkala. Setelah selesai hal yang sama dilakukan pada kedua titik lainnya. d. Pengambilan data dilakukan sebanyak 20 kali setiap 5 menit sekali 3. Pengukuran a. Nyalakan modul baby incubator. b. Masukkan thermohygrometer ke dalam modul dan posisikan thermohygrometer pada titik T 1 c. Setting suhu modul pada suhu setting 32 C. d. Tunggu hingga suhu pada modul stabil di suhu setting

41 e. Setelah stabil, catat hasil pembacaan sebanyak 20 kali setiap 5 menit sekali. f. Naikkan suhu setting pada 33 C lalu ulangi langlah d-e. lakukan hal yang sama pada suhu setting 36 C dan 37 C. g. Ulangi langkah b-f untuk pengukuran di titik T 2 dan T 3. 4.2.2. Hasil Pengukuran Tabel 4. 1 Perbandingan Suhu Ruang 32 C pada Thermohygrometer dan Modul Data ke- Titik I Titik II Titik III Modul Corona Modul Corona Modul Corona 1 32,2 33,3 32 31,5 32,2 32,2 2 32,2 33,4 32 32 32 32,2 3 32 33,5 32 32,3 32 32,1 4 32 33,5 32 32,4 32 32,1 5 32 33,5 32 32,5 32 32,1 6 32,2 33,5 32 32,7 32 32 7 32,2 33,5 31,7 32,8 32 32 8 32 33,5 32 32,9 32 31,9 9 32,2 33,5 32 32,9 32 31,9 10 32,2 33,5 32 32,9 32 31,9 11 32,2 33,6 32 33 32 32,2 12 32,2 33,6 32 33 32 32,2 13 32 33,6 31,7 33 32 32,2 14 32 33,6 32 33,1 32 32,2 15 32 33,5 32 33,1 32 32,2 16 32 33,5 32 33,1 32 32,2 17 32,2 33,5 32 33,1 32 32,2 18 32 33,5 32 33,1 32 32,2 19 32 33,5 32 33,1 32 32,2 20 32,2 33,5 32 33,1 32 32,2 X 32,10 33,51 31,97 32,78 32,01 32,12 SMPNG 1,41 0,81 0,11 Error (%) 4,19 2,47 0,34

42 Tabel 4.1 merupakan data hasil pengukuran suhu ruang pada seting 32 C. pada pengukuran ini didapat nilai rata-rata suhu modul 32,10 C pada T 1, 31,97 C pada T 2 dan 32,01 C pada T 3. Sedangkan pada alat ukur thermohygrometer Corona didapat nilai rata-rata 33,51 C pada T 1, 32,78 C pada T 2 dan 32,12 C pada T 3. Simpangan suhu terbesar ada pada pengukuran di titik T 1, yakni sebesar 1,41 C. Hal ini disebabkan karena pada T 1 merupakan titik terdekat dengan sumber panas. Sedangkan pada titik T 2 terdapat simpangan 0,81 C dan simpangan 0,11 C pada titik T 3. Hasil pegukuran pada ketiga titik masih dalam ambang batas yang diperbolehkan, yakni tidak lebih dan tidak kurang dari 1 C. Kecuali pada T 1 dimana pada titik ini simpangan suhu rata-rata ada pada diatas 0,41 C dari ambang batas. Suhu rata-rata dari modul adalah sebesar 32,03 C sedangkan suhu rata-rata padda alat ukur thermohygrometer adalah sebesar 32,80 C. Sehingga simpangan rata-rata suhu pada keduanya adalah 0,78 C. Maka niai error simpangan sebesar 2,36%. Nilai ini masih diijinkan/masih ada pada ambang batas yang diperbolehkan yakni +/- 1 C. Tabel 4. 2 Perbandingan Suhu Ruang 33 C pada Thermohygrometer dan Modul Data ke- Titik I Titik II Titik III Modul Corona Modul Corona Modul Corona 1 32,7 32,4 33,2 33,7 33 32,9 2 33 32,9 33,2 33,9 33,2 33,1 3 33 33,2 33,2 34,1 33,2 33,2 4 33,2 33,4 33,2 34,3 33,2 33,2 5 33 33,6 33,2 34,4 33 33,2 6 33,2 33,8 33,2 34,4 33 33,1 7 33 33,9 33,2 34,5 33 33,1 8 33 34 33,2 34,5 33 33,1

43 9 33 34,1 33,2 34,5 33 33,1 10 33 34,1 33,2 34,5 33,2 33,1 11 33 34,1 33,2 34,5 33,2 33,1 12 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 13 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 14 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 15 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 16 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 17 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 18 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 19 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 20 33,2 34,2 33,2 34,5 33,2 33,1 X 33,10 33,87 33,20 34,39 33,14 33,11 SMPNG 0,77 1,19 0,03 Error (%) 2,27 3,46 0,11 Tabel 4.2 merupakan data hasil pengukuran suhu ruang pada seting 33 C. pada pengukuran ini didapat nilai rata-rata suhu modul 33,10 C pada T 1, 33,20 C pada T 2 dan 33,14 C pada T 3. Sedangkan pada alat ukur thermohygrometer Corona didapat nilai rata-rata 33,87 C pada T 1, 34,39 C pada T 2 dan 33,11 C pada T 3. Simpangan suhu terbesar ada pada pengukuran di titik T 2, yakni sebesar 1,19 C. Sedangkan pada titik T 1 terdapat simpangan sebesar 0,77 C dan 0,03 C pada titik T 3. Hasil pegukuran pada ketiga titik masih dalam ambang batas yang diperbolehkan, yakni tidak lebih dan tidak kurang dari 1 C. Kecuali pada T 2 dimana pada titik ini simpangan suhu rata-rata ada pada diatas 0,19 C dari ambang batas. Suhu rata-rata dari modul adalah sebesar 33,15 C sedangkan suhu rata-rata padda alat ukur thermohygrometer adalah sebesar 33,79 C. Sehingga simpangan rata-rata suhu pada keduanya adalah 0,64 C. Maka niai error simpangan sebesar

44 1,9%. Nilai ini masih diijinkan/masih ada pada ambang batas yang diperbolehkan yakni +/- 1 C. Tabel 4. 3 Perbandingan Suhu Ruang 36 C pada Thermohygrometer dan Modul Data ke- Titik I Titik II Titik III Modul Corona Modul Corona Modul Corona 1 35,7 35,5 35,9 35,2 36,1 35,3 2 35,7 35,9 35,9 35,8 36,1 35,3 3 35,7 35,9 35,9 36,1 36,1 35,3 4 35,7 36,1 35,9 36,3 36,1 35,3 5 35,7 36,1 36,1 36,5 36,1 35,3 6 35,7 36,5 36,1 36,6 36,1 35,3 7 35,7 36,5 36,1 36,7 36,1 35,3 8 35,9 36,5 36,1 36,7 36,1 35,3 9 35,9 36,5 36,4 36,7 36,1 35,3 10 35,9 36,5 36,4 36,7 36,1 35,3 11 36,1 37 36,4 36,7 36,1 35,3 12 36,1 37 36,4 36,7 36,1 35,3 13 36,1 37 36,4 36,8 36,1 35,3 14 36,1 37 36,4 36,8 36,1 35,3 15 36,2 37 36,4 36,8 36,1 35,3 16 36,2 37 36,4 36,8 36,1 35,3 17 36,2 37 36,4 36,9 36,1 35,3 18 36,2 37 36,4 36,9 36,1 35,3 19 36,2 37 36,4 36,9 36,1 35,3 20 36,2 37 36,4 36,9 36,1 35,3 X 35,96 36,60 36,24 36,58 36,10 35,30 SMPNG 0,64 0,34 0,80 Error (%) 1,75 0,92 2,27 Tabel 4.3 merupakan data hasil pengukuran suhu ruang pada seting 36 C. pada pengukuran ini didapat nilai rata-rata suhu modul 35,96 C pada T 1, 36,24 C pada T 2 dan 36,10 C pada T 3. Sedangkan pada alat ukur thermohygrometer Corona didapat nilai rata-rata 36,60 C pada T 1, 36,58 C pada T 2 dan 35,30 C

45 pada T 3. Simpangan suhu terbesar ada pada pengukuran di titik T 3, yakni sebesar 0,8 C. Penyimpangan berada di bawah ambang batas yang diijinkan, yakni 1 C. Sedangkan pada titik T 2 terdapat simpangan sebesar 0,34 C dan 0,64 C pada titik T 1. Hasil pegukuran pada ketiga titik masih dalam ambang batas yang diperbolehkan, yakni tidak lebih dan tidak kurang dari 1 C. Suhu rata-rata dari modul adalah sebesar 36,10 C sedangkan suhu rata-rata padda alat ukur thermohygrometer adalah sebesar 36,16 C. Sehingga simpangan rata-rata suhu pada keduanya adalah 0,06 C. Maka niai error simpangan sebesar 0,16%. Nilai ini masih diijinkan/masih ada pada ambang batas yang diperbolehkan yakni +/- 1 C. Tabel 4. 4 Perbandingan Suhu Ruang 37 C pada Thermohygrometer dan Modul Data ke- Titik I Titik II Titik III Modul Corona Modul Corona Modul Corona 1 36,6 36,5 36,9 37,1 37,1 36,2 2 36,6 37,1 36,9 37,3 37,1 36,2 3 36,9 37,5 36,9 37,4 37,1 36,2 4 37,1 37,8 36,9 37,5 37,1 36,2 5 37,1 37,9 36,9 37,5 37,1 36,2 6 37,4 38,1 36,9 37,5 36,9 36,2 7 37,4 38,2 36,9 37,6 37,1 36,2 8 37,4 38,3 37,4 37,6 37,1 36,2 9 37,4 38,3 37,4 37,7 37,1 36,2 10 37,6 38,4 37,4 37,7 37,1 36,2 11 37,6 38,4 37,4 37,7 37,1 36,2 12 37,6 38,5 37,4 37,7 37,1 36,2 13 37,6 38,5 37,6 37,7 37,1 36,2 14 37,6 38,5 37,6 37,7 37,1 36,2 15 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2 16 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2 17 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2 18 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2

46 19 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2 20 37,6 38,7 37,6 37,7 37,1 36,2 X 37,38 38,21 37,31 37,60 37,09 36,20 SMPNG -0,84-0,29 0,89 Error (%) -2,19-0,77 2,46 Tabel 4.4 merupakan data hasil pengukuran suhu ruang pada seting 37 C. pada pengukuran ini didapat nilai rata-rata suhu modul 37,38 C pada T 1, 37,31 C pada T 2 dan 37,09 C pada T 3. Sedangkan pada alat ukur thermohygrometer Corona didapat nilai rata-rata 38,21 C pada T 1, 37,60 C pada T 2 dan 36,20 C pada T 3. Simpangan suhu terbesar ada pada pengukuran di titik T 3, yakni sebesar 0,89 C. Sedangkan pada titik T 2 terdapat simpangan sebesar 0,29 C dan 0,84 C pada titik T 3. Hasil pegukuran pada ketiga titik masih dalam ambang batas yang diperbolehkan, yakni tidak lebih dan tidak kurang dari 1 C. Suhu rata-rata dari modul adalah sebesar 37,26 C sedangkan suhu rata-rata padda alat ukur thermohygrometer adalah sebesar 37,34 C. Sehingga simpangan rata-rata suhu pada keduanya adalah 0,08 C. Maka niai error simpangan sebesar 0,20%. Nilai ini masih diijinkan/masih ada pada ambang batas yang diperbolehkan yakni +/- 1 C.