BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

ADVETORIAL PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengurusi politik yang akhirnya ekonominya sendiri menjadi kacau.

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW QUIDE) PENELITIAN SKRIPSI JUDUL PENELITIAN :SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif,

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

I. PENDAHULUAN. menerus menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai negara berkembang

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kondisi sosial-budaya yang beragam, karenanya UUD 1945 kemudian

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara kedesa. Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan (center of excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat

pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk. Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai objek/sasaran yang akan dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subjek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagi objek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144). Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan serta mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan khususnya di perdesaan. Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan). PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM mandiri

perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Diantara keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat (PTO PNPM mandiri, 2007). Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1957, ditingkat pusat, penyelenggaraan pembangunan masyarakat desa dilakukan sebuah badan, dengan sebutan Dewan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa (DK-PMD). Adapun tugas DK-PMD, yaitu: (a) menentukan politik kebijaksanaan umum tentang urusan pembangunan masyarakat desa dan menentukan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat desa; (b) mengadakan koordinasi usaha-usaha pembangunan masyarakat desa antar kementrian dan jawaban yang bersangkutan; dan (c) mengatur bahan materi dari badan-badan pemerintah sehingga merupakan kebulatan bantuan dan bermanfaat untuk ekonomi dan masyarakat desa pada khususnya (Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2008:21). Apapun bentuk pembangunan, secara substantive akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang yang diketahui dan sebenarnya yang

dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan. Dengan adanya peraturan pemerintah ditingkat pusat yang menyelenggarakan pembangunan masyarakat desa Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam desa tersebut, salah satunya adalah Desa Purbadolok. Oleh karena itu Desa Purbadolok merupakan salah satu daerah sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang memiliki masyarakat yang homogen, Desa Purbadolok ini sangat banyak memiliki yang namanya keterbatasan baik dari segi fasilitas rumah dan keadaan rumah yang apa adanya, misalnya dalam bentuk rumah, sebahagian warga masih memiliki rumah panggung tanpa dibarengi dengan kamar mandi, bahkan ada juga rumah yang terpisah dari kamar mandi yang berjarak 5 m dari rumah, aliran sungai yang tidak baik, jalanan menuju desa tersebut masih banyak yang menggunakan jalanan yang terbuat dari tanah, selain itu juga kondisi pertanian yang sangat memprihatinkan para petani misalnya seperti

irigasi persawahan yang tidak lancar, banyaknya jebol aliran sungai sehingga menimbulkan lahan petani yang lainnya tidak kebagian air dalam mengairi perladangan mereka dan hal ini mengakibatkan hasil pertanian menjadi semakin menurun yang terkadang hanya sebatas cukup untuk makanan seharihari, dan juga kondisi penghubung desa yang satu dengan yang lainnya tidak berjalan dengan lancar, hal ini disebabkan karena terputusnya jembatan atau banyaknya jembatan yang mengalami kerusakan, hal ini sangat jelas mendukung untuk dirikannya berbagai macam fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut. Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten,1988:378). Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil satu dimensi yang lebih khusus yaitu membahas tentang sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan. Berdasarkan ketentuan kebijakan pemerintah tersebut untuk mendirikan PNPM sebagai lanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Desa Purbadolok merupakan salah satu daerah sasaran Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang menerima dari hasil program tersebut. Yaitu didirikannya berbagai macam fasilitas dari PNPM tersebut yaitu: Mandi Cuci Kakus (MCK), pembuatan jalan dari rabat beton, membangun jembatan, irigasi persawahan, dam pengendali yang bertujuan mencegah erosi dan yang lainnya. Dimana tujuan dari didirikannya fasilitas tersebut tidak lain adalah untuk mensejahterakan masyarakat Purbadolok dan juga disisi lain adalah untuk menenggulangi kemiskinan. Misalnya seperti pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) dimana hampir disetiap desa pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) tersebut benarbenar dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Selain itu juga pembangunan dari tali air persawahan juga telah benar-benar terealisasi kepada tiap-tiap petani yang memiliki lahan persawahan, jembatan yang dibangun juga sudah merupakan salah satu sarana dalam mempercepat interaksi warga masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, apalagi pada akhir-akhir ini masyarakat Desa Purbadolok sudah banyak yang mengalami kemajuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Sumber: Kantor Kepala Desa Purbadolok). Dengan adanya program PNPM Mandiri Perdesaan masyarakat perlu dibarengi dengan sosialisasi yang baik dan tepat, karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar dalam menerapkan berbagai macam hal yang baru maka secara otomatis aktor dalam menggunakan fasilitas tersebut tidak merasa canggung atau merasa dirugikan dan jauh akan lebih mapan dalam memanfaatkan hal tersebut sehingga fasilitas PNPM mandiri tersebut benar-

benar efektif dipergunakan oleh masyarakat. Selain itu juga proses sosialisasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat apalagi masyarakat yang tergolong masih rendah pengetahuannya terhadap hal yang baru seperti masyarakat desa Purbadolok yang lebih mementingkan memilih untuk bekerja keladang dan kesawah. Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan meyebarluaskan informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat. Upaya ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, tahapan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat luas. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat penerima manfaat langsung kegiatan, yakni rumah tangga miskin, para pelaku program, instansi atau lembaga pendukung pelaksanaan pnpm mandiri perdesaan lainnya, baik dari kalangan pemerintah dan swasta, serta kelompok masyarakat umum lainnya. Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi dan penyebaran informasi adalah dimengerti dan dipahaminya konsep, prinsip prosedur, kebijakan dan tahapan pelaksanaan pnpm mandiri perdesaan secara utuh khususnya masyarakat dilokasi program sebagai pelaku sekaligus sasaran penerima program, masyarakat umum, instansi atau lembaga lainnya. Dengan demikian upaya pelembagaan dan pengintegrasian prinsip serta prosedur

program dalam masyarakat dan system pemerintahan regular, dapat berjalan optimal. Guna mencapai pemahaman yang utuh tentang PNPM Mandiri Perdesaan di lokasi program, serta dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat luas terhadap keberadaan program, maka dalam pelaksanaannya, proses sosialisasi dan penyebaran informasi ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan oleh berbagai pihak. Baik dalam berbagai kesempatan dan kegiatan yang khusus dibuat oleh program maupun kesempatan dan kegiatan lain terdapat disetiap lokasi program (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008). Dari pemaparan diatas dimana masyarakat Desa Purbadolok yang lebih memilih untuk disibukkan bekerja di lahan pertanian dan kurang memberikan perhatian terhadap program pembangunan sekaligus kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di desanya sendiri sehingga menimbulkan adanya kekurangan terhadap pemanfaatan fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok. Berangkat dari asumsi tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sosialisasi pemanfaatan fasilitas program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok? 2. Siapa saja yang melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok? 1.3. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Sudarwan Danim, 2002:91). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. 2. Untuk mengetahui aktor (Pelaku) sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan analisis peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.