Efandi Nurrahmandani. Kata Kunci : Pelestarian, Satwa Liar, Konservasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

B015. KEBIJAKAN PENANGKARAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) OLEH MASYARAKAT (STUDI KASUS DI NUSA TENGGARA BARAT)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rotschildi)

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

PRINSIP DASAR PENGELOLAAN KONSERVASI

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : CITES, Perdagangan Hewan Langka, perdagangan ilegal

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PEMERINTAH MELESTARIKAN KEBERADAAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI INDONESIA

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi. Permainan menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (dalam Andang

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG SUMBER DAYA GENETIK HEWAN DAN PERBIBITAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN DAN PENJUALAN SATWA LANGKA TANPA IZIN DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungjawaban pidana harus jelas terlebih dahulu siapa yang dipertanggungjawabkan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

Anoa (Bubalus sp.) Fauna endemik sulawesi Populasi menurun Status endangered species IUCN Appendix I CITES. Upaya konservasi. In-situ.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH TAMAN SATWA KEBUN BINATANG SURABAYA

PENENTUAN KUOTA PEMANENAN LESTARI RUSA TIMOR (Rusa timorensis, de Blainville, 1822) RIZKI KURNIA TOHIR E

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

Transkripsi:

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 9 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2013 UPAYA PELESTARIAN RUSA SAMBAR DI PUSAT PENANGKARAN RUSA DI DESA API-API KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA (DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA) Efandi Nurrahmandani Abstrak Efandi Nurrahmandani, NIM ;06.58594.00986.11. Upaya pelestarian Rusa Sambar Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ( Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa ), dibawah bimbingan Bapak La Sina, S.H., M.Hum selaku pembimbing utama dan Ibu Rika Erawaty, S.H., M.H selaku pembimbing pendamping. Satwa liar merupakan bagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan perburuan dan eksploitasi hutan yang berlebihan, terutama memperniagakan terhadap satwa liar yang jumlah populasinya dalam tingkat kelangkaan. Pengelolaan secara baik dalam arti dibudidayakan sudah saatnya dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk melestarikan populasi satwa yang ada dan sekaligus untuk menjaga keseimbangan ekologinya. Salah satu alternatif terbaik yang perlu dikembangkan untuk menjaga kelestariannya adalah melalui kegiatan penangkaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah empiris dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan dan regulasi yang terkait. Yang lokasi penelitiannya dilakukan di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api dan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Upaya pelestarian Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api telah sesuai dengan Peraturan Perundangan yang telah berlaku. Penangkaran Rusa Sambar ini mempunyai tujuan agar kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam perlindungan dan pelestarian alam. Melalui penangkaran, rusa dapat dilestarikan dan diselamatkan dari kepunahan, diperlukan suatu upaya pelestarian di luar habitat alami (ex-situ) yakni dengan cara penangkaran. Penangkaran merupakan suatu teknik budidaya satwa yang dilakukan guna memperbanyak populasi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci : Pelestarian, Satwa Liar, Konservasi

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9 PRESERVATION SAMBAR DEER BREEDING CENTRE - FIRE IN RURAL FIRE DISTRICT NORTH PASER PENAJAM WARU DISTRICT (SEEN FROM GOVERNMENT REGULATION NO. 7 OF 1999 CONSERVATION OF PLANTS AND ANIMALS) Efandi Nurrahmandani Abstract Efandi Nurrahmandani, NIM ; 06.58594.00986.11. In the effort to preserve Sambar Deer Breeding Centre - Fire In Rural Fire District North Paser Penajam Waru District ( Seen From Government Regulation No. 7 of 1999 Conservation of Plants And Animals ), under the guidance of Mr. La Sina, SH, M. Hum as the main supervisor and Ms. Rika Erawaty, SH, MH as mentors companion. Wildlife is part of natural resources is priceless, so that sustainability needs to be maintained so as not to become extinct due to hunting and excessive forest exploitation, especially memperniagakan the wildlife population is in the level of scarcity. This of course is a very serious threat of extinction of the endangered species in Indonesia. If hunting is done continuously without any effort to maintain its sustainability, it will eventually lead to extinction. Management is good in the sense that it was time to be cultivated, it is intended to preserve existing wildlife populations as well as to maintain ecological balance. One of the best alternatives that need to be developed to maintain its sustainability is through breeding. This type of research is to use an empirical approach to legislation and related regulations. The location of the research conducted at the Center for Captive Deer In Api - Api Village and East Kalimantan Provincial Livestock Office. In the preservation of deer breeding center in the village of Api-Api in accordance with the Laws have been enacted. Captive Sambar has a purpose for these activities to be utilized as a tool in the protection and conservation of nature. Through breeding, deer can be preserved and saved from extinction, conservation efforts needed an outside natural habitats ( ex - situ ), namely by way of captivity. Captive animal farming is a technique that is done to increase the population, so as to improve the welfare of the community. Keywords : Conservation, Wildlife, Conservation 2

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani) Pendahuluan Saat ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), yaitu daftar dunia tentang satwa atau tumbuhan terancam punah, tahun 2011 adalah 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, 32 jenis ampibi, dan 140 jenis. Jumlah total spesies Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis (critically endangered) ada 68 spesies, kategori endangered 69 spesies dan kategori rentan (vulnerable) ada 517 jenis. Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya. Propinsi Kalimantan Timur sebagian besar merupakan kawasan hutan yang sangat luas dengan berbagai macam spesies yang terdapat di dalamnya baik flora maupun faunanya. Kerusakan habitat itu, telah menimbulkan dampak luar biasa bagi lingkungan terbukti adanya dugaan menurun drastisnya populasi satwa langka. Kondisi alam yang demikian sangat berpengaruh terhadap tersedianya makanan sebagai kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup satwa. Menurut laporan Gubernur Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 1989 Muhammad Ardans pada saat itu, menyatakan bahwa tidak kurang dari 5000 ekor rusa sambar liar di Wilayah Kalimantan Timur diburu setiap tahun untuk dimanfaatkan dagingnya. Kalimantan Timur memiliki Pusat Penangkaran Rusa Sambar yang terletak di Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara. Penajam Paser Utara merupakan kabupaten yang telah ditunjuk oleh kepala daerah Muhammad Ardans saat itu, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Nomor 14/BPN-16/UM-05/III-1990 Dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 104/Kpts-IV/1991. Penangkaran rusa ini merupakan suatu terobosan yang bersifat melestarikan jenis rusa endemik dari kepunahan sekaligus sebagai awal domestikasi untuk dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai hewan ternak. Selain itu, penangkaran ini dapat di jadikan sebagai laboratorium alam bagi kegiatan penelitian dalam rangka pemahaman keadaan biologi rusa tropis dengan segala aspeknya. Tahapan menuju pelestarian rusa melalui penangkaran di Desa Api-Api difokuskan terhadap rusa sambar ( Cervus Unicolor ). Ancaman utama terhadap satwa rusa sambar ini adalah perburuan yang dilakukan manusia serta berkurangnya lahan dan padang penggembalaan yang menjadi kebutuhan rusa sambar dalam 3

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9 mendapatkan sumber pangannya. Hal-hal ini dapat mengakibatkan kemampuan rusa sambar untuk bertahan hidup di alam liar semakin berkurang dan mengakibatkan terjadinya kepunahan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pelestarian atas satwa rusa tersebut. Salah satu bentuk pelestariannya adalah melalui pelestarian habitat yang menjadi sumber pangannya. Ketersediaan sumber pangan yang berlimpah akan menyebabkan pertumbuhan populasi rusa sambar tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara serta untuk mengetahui kendala yang dalam pelaksanaan pelestarian di Pusat Penangkaran Rusa Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara. Pembahasan 1. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan Api Api terhadap pelestarian satwa di pusat penangkaran rusa di Desa Api Api Kabupaten Penajam Paser Utara. Dari hasil penelitian penulis lakukan di pusat penangkaran rusa sambar desa api api kabupaten penajam paser utara, UPTD. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan api api melakukan kegiatan pelestarian satwa dengan menggunakan 2 bentuk, yaitu ; 1. Dengan proses Penangkaran Alami. ialah ; Dalam proses penangkaran ini, dilakukan dalam beberapa sistem pemeliharaan. Diantaranya, a. Cara diikat Pemeliharaan dengan cara ini cenderung tidak terlalu umum dan lebih banyak dilakukan terhadap satwa atau terhadap hewan ternak pada umumnya. Di pagi hari rusa dikeluarkan dari kandang bermalam atau tempat berteduh dan dibawa ke padang penggembalaan untuk kemudian diikat dan ditinggalkan sepanjang hari. Pada sore hari rusa dibawa kembali ke tempat berlindung atau kandang bermalam. 4

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani) b. Cara dikandangkan Pengertian kandang disini dapat berupa sebuah bangunan yang dibatasi dinding rapat, tetapi juga dapat sebuah area terbuka yang tidak terlalu luas, dibatasi oleh pagar. Karena kecilnya luasan wilayah dalam batas yang berpagar tidak memungkinkan rusa untuk dapat merumput, sehingga perlu diberi pakan setiap harinya. Pembuatan kandang panggung sangat tidak disarankan mengingat sifat rusa yang sangat waspada, sehingga adanya pergerakan dibawah lantai seringkali justru membuat rusa stress. c. Cara pedok ( Paddock ) Pemeliharaan dalam bentuk ini ialah, rusa dilepas di suatu padang pengembalaan dengan ketersediaan rumput yang cukup sehingga rusa rusa ini dapat leluasa merumput. Beberapa padang pengembalaan yang cukup luas ini disebut pedok ( Paddock ), pedok berfungsi sebagai tempat tinggal mereka yang terbatasi oleh pagar, maka dalam pedok harus pula tersedia sumber air minum, pakan, dan naungan yang cukup. Pada tahap perkembangbiakan untuk mengetahui rusa siap kawin dapat dilihat dari ciri-ciri fisiologinya. Rusa jantan dapat diperlihatkan pada saat ranggah (tanduk) mulai tumbuh dimana kualitas dan kuantitas sperma yang paling baik yaitu saat ranggah keras, selain itu adalah kebiasaan rusa berkubang, meraung-raung, dan suka menanduk. sedangkan rusa betina dilihat dari nafsu makan yang berkurang, tidak tenang, sering kencing, vulva terlihat bengkak berwarna merah dan hangat bila dipegang serta berdiri tenang apabila dinaiki pejantan. Ketika melihat ciriciri tersebut sebaiknya rusa dipisah dan dikelompokkan ditempat tersendiri. Permulaan pembuahan pada rusa sulit diketahui, sehingga yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kebuntingan adalah perilaku setelah terjadi perkawinan dimana terlihat rusa betina lebih tenang, perut sebelah kanan membesar, susu (ambing) menurun, dan selalu menolak atau menghindar apabila didekati pejantan. Rata-rata lama bunting pada rusa timor 8,38 bulan dan umur kebuntingan pertama 17,00 bulan. Aktivitas kelahiran (partus) pada rusa sama seperti halnya mamalia lainnya, terdiri dari tiga tahap yakni kontraksi uterus, pengeluaran anak (foetus), dan pengeluaran placenta. Rusa 5

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9 sambar termasuk golongan beranak tunggal dan rata-rata umur beranak pertama 25,50 bulan dengan interval kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan. 2. Kendala dalam pelaksanaan Pelestarian satwa Rusa Sambar di Pusat Penangkaran Rusa Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara. a. Faktor pengadaan bibit/induk. Menurut Bachdar Johan. Hal ini disebabkan masih maraknya aktifitas perburuan liar dari alam, dikarenakan untuk mendapatkannya dilakukan dengan cara diburu dari alam sehingga tidak diperlukan biaya untuk pengadaan, perawatan dan pemeliharaan seperti halnya di lokasi penangkaran 1. Sedangkan pada dasarnya mengembangbiakkan rusa tidaklah sulit, karena perlakuannya hampir sama dengan memelihara hewan ternak lainnya. Dalam melakukan penangkaran satwa liar yang dilindungi harus tetap menjaga kemurnian jenisnya, namun upaya persilangan antar jenis tetap dimungkinkan, yaitu dapat dilakukan pada generasi kedua (F2). Demikian juga untuk satwa hasil penangkaran, satwa yang dapat diperdagangkan adalah mulai F2 dan berikutnya. Hal itu dikarenakan satwaliar dilindungi yang diperoleh dari habitat alam untuk keperluan penangkaran dinyatakan sebagai satwa titipan negara sedangkan satwa generasi kedua dan berikutnya dinyatakan sebagai satwaliar yang tidak dilindungi. b. Teknik Pemeliharaan Menurut I. G. Made Jaya Adhi. Masih minimnya pengetahuan tentang rusa sambar karena satwa ini mudah mengalami stress dan shock, kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap fisiologi satwa karena dapat berdampak terhadap perkembangbiakan satwa yang dapat berujung pada kematian satwa 2. Akan tetapi dalam pelaksanaanya Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur melalui Unit pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan desa api api mengambil langkah penanganan dengan menggunakan teknik pemeliharaan sebagai berikut ; 1 Sumber Data dari Bachdar Johan selaku Kepala Bidang Pasca Panen Dan Kesmavet Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. 2 Sumber Data Dari I. G. Made Jaya Adhi selaku Kepala Bidang Pembudidayaan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. 6

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani) 1. Pengelompokkan rusa 2. Penyapihan Rusa 3. Kesehatan 4. Penandaan (Tagging) c. Masalah Perijinan Penangkaran. Menurut IPG Ngurah Suryawan. Sebelumnya, paradigma yang dipakai adalah konservasi tanpa mengindahkan pelibatan masyarakat. Anggapan selama ini, masyarakat harus dijauhkan dari area konservasi karena keberadaannya dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Produk perundangan yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan kebijakan penangkaran rusa adalah Undang Undang Nomor. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati. Peraturan pelaksana yang diterbitkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa ( Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 1999 ). Pemanfaatan satwa liar pengaturannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar ( Lembaran Negara Nomor 15 Tahun 1999 ), Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447 Tahun 2003 tentang Tata Usaha atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar 3. Pada level daerah produk hukum yang mengatur panangkaran rusa tidak ada. Hal ini cukup bisa dipahami karena kebijakan penangkaran rusa sebagai satwa yang dilindungi berada pada tingkat pusat. Kewenangan pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi hanyalah terkait ijin penangkaran bagi satwa yang tidak dilindungi. Berdasarkan wawancara penulis terhadap beberapa pejabat di lingkungan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur, mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk mengurus perijinan penangkaran rusa. 3 Sumber Data Dari IPG Ngurah Suryawan selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan desa Api Api. 7

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9 Pada level daerah, institusi yang berwenang memberikan ijin penangkaran adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang nota bene adalah institusi pusat yang berada di daerah untuk menangani urusan pemerintah pusat yang ada di daerah Balai Konservasi Sumber Daya Alam sendiri dalam melaksanakan pengurusan penangkaran berlandaskan pada produk perundangan yang berasal dari pusat. Balai Konservasi Sumber Daya Alam kemudian hanya menerbitkan petunjuk teknis sebagai operasionalisasi produk perundangan yang sudah ada. Prosedur penangkaran rusa tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005. Peraturan Menteri tersebut merupakan aturan pelaksana dari Pasal 7 sampai Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa ( Lembaran Negara Nomor 15 tahun 1999 ). Merujuk Peraturan menteri kehutanan Nomor 19 tahun 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan Dan Satwa Liar. Izin penangkaran rusa harus melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Izin penangkaran rusa telah dilimpahkan kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Pelimpahan ini dengan maksud agar masyarakat semakin berminat dalam menangkarkan rusa dengan harapan populasi rusa meningkat sehingga kedepannya rusa bisa menjadi ternak harapan. Pendelegasian wewenang pengeluaran izin penangkaran dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam pada akhirnya merubah alur perijinan penangkaran tersebut. Peralihan wewenang pemberian izin dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam membuat proses perijinan lebih mudah dan lebih cepat sehingga masyarakat semakin terlayani. Peralihan tersebut juga menunjukkan telah terjadinya perubahan paradigma pada Kementerian Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konsevasi Alam. Sekarang ini, paradigma konservasi yang berjalan lebih bersahabat kepada masyarakat. Paradigma konservasi saat ini lebih memandang pelibatan masyarakat sebagai kunci sukses konservasi sumber daya alam. Masyarakat (lokal) dianggap sebagai bagian dari mata rantai konservasi alam. 8

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani) Penutup 1. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan Desa Api-Api. Unit Pelaksana Teknis Daerah mempunyai kedudukan struktural dan fungsional yang sama di dinas pemerintahan propinsi. Unit Pelaksana Teknis Daerah ini berada di bawah pengawasan dan bertanggung jawab kepada Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur, sebagai perpanjangan tangan dari Direktur Jenderal Peternakan Republik Indonesia dan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam. Unit Pelaksana Teknis Daerah ini bergerak dalam kegiatan pengembangbiakan, pelestarian, serta pemanfaatan satwa. Direktur Jendral Peternakan memasukkan rusa sebagai salah satu kelompok aneka ternak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 362/KPTS/TN12/5/1990 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Pemberian Izin dan Pendaftaran Usaha Penangkaran. Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah. Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan telah sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa. Dengan dikeluarkannya peraturan perundangan diatas tidak menutup kemungkinan untuk dapat melestarikan dan memanfatkan keanekaragaman hayati sebagai wujud konservasi sumber daya alam. 2. Kendala dalam pelaksanaan Pelestarian satwa Rusa Sambar di Pusat Penangkaran Rusa Desa A.pi- Api Kabupaten Penajam Paser Utara. Dalam pelestarian rusa sambar di pusat penangkaran desa api api tentunya memiliki kendala, namun dalam pelaksanaannya tetap dimaksimalkan. Kendala kendala itu antara lain ; a. Faktor pengadaan bibit/induk, dikarenakan masih maraknya aktifitas perburuan liar dari alam. Hal ini disebabkan mendapatkannya dilakukan dengan cara diburu dari alam sehingga tidak diperlukan biaya untuk pengadaan, perawatan dan pemeliharaan seperti halnya di lokasi penangkaran. 9

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9 b. Teknik Pemeliharaan, masih minimnya pengetahuan tentang rusa sambar. Karena satwa ini mudah mengalami stress dan shock, kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan satwa yang berujung pada kematian. Dalam hal ini Dinas Peternakan Propinsi Kalimanatan Timur melalui Unit Pelaksana Teknis Dearah. Balai Pembibitan Dan Inseminasi Buatan Desa Api-Api mengambil tindakan penanganan melalui beberapa teknik pemeliharan. c. Perijinan Penangkaran. Sebelumnya, paradigma yang dipakai adalah konservasi tanpa mengindahkan pelibatan masyarakat. Namun dengan adanya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Penangkaran Tumbuhan Dan Satwa Liar telah mengubah anggapan bahwa konservasi saat ini lebih memandang pelibatan masyarakat sebagai kunci sukses konservasi sumber daya alam. Masyarakat dianggap sebagai bagian dari mata rantai konservasi alam. 10

Upaya Pelestarian Rusa Sambar (Efandi Nurahmadani) Daftar Pustaka 11