BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. rupiah terhadap Dollar US hingga mencapai lebih dari Rp ,- (posisi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

PROSES PENYELESAIAN PERKARA JUAL BELI TANAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jual-Beli dalam perkara perdata diatur di Buku ke III Kitab Undangundang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal, maupun untuk melaksanakan usaha, seperti untuk tempat perdagangan, industri, pertanian, perkebunan, pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana lainnya. Lahan pertanahan digunakan untuk membangun rumah yang menjadi tempat untuk berkumpul, berinteraksi, dan mendidik anak. Selain untuk perumahan, tanah sekarang ini juga dibutuhkan untuk tempat usaha. Terbatasnya ketersediaan lahan/tanah membuat kebutuhan dan permintaan akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah sekarang ini juga bukanlah hal yang mudah ditengah tingginya kebutuhan akan tanah, terutama untuk wilayah perkotaan. Upaya untuk mendapatkan tanah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah jual beli. Melalui jual beli, kepemilikan tanah beralih dari satu pihak ke pihak lain. Jual beli biasanya dilakukan dengan perjanjian atau yang dikenal dengan perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli merupakan perjanjian yang bersifat riil, maksudnya penyerahan barang yang diperjanjikan merupakan syarat yang mutlak dipenuhi untuk adanya sebuah perjanjian. Dengan kata lain, apabila telah diperjanjikan sesuatu hal akan tetapi dalam prakteknya 1

2 belum diserahkan objek perjanjian tersebut maka perjanjian tersebut dianggap tidak ada atau belum ada perjanjian. Selain itu perjanjian jual beli juga menganut asas terang dan tunai, yaitu jual beli berupa penyerahan hak untuk selama-lamanya dan pada saat itu juga dilakukan pembayarannya oleh pembeli yang diterima oleh penjual. 1 Transaksi jual beli tanah dilakukan dengan perjanjian untuk lebih memberikan kepastian hukum, karena hak atas tanah, termasuk objek perjanjian yang secara khusus diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di mana setiap perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah terikat atau harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Maksudnya pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang menyangkut tentang hak atas tanah, harus tunduk terhadap aturan hukum yang mengatur atau berkaitan dengan pengaturan tentang hak atas tanah atau dengan kata lain pihak yang melakukan perbuatan hukum tertentu tentang hak atas tanah, maka ia tidak bebas untuk melakukannya, akan tetapi dia terikat dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang hak atas tanah. Sesuai rumusan Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah: Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 1 R. Subekti, 1998, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal.

3 Menurut ketentuan di atas, ada beberapa unsur yang dipenuhi dalam jual beli, yaitu: kata sepakat antara pihak penjual dan pihak pembeli, kemampuan atau kecakapan baik penjual maupun pembeli untuk mengikatkan diri, suatu hal tertentu atau obyek tertentu (tanah), dan suatu sebab yang halal. Dengan demikian jual beli tanah adalah suatu pemindahan hak tanah untuk mengalihkan hak atas tanah kepada pihak lain. Jual beli tanah adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah, yang disebut penjual, berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain, yang disebut pembeli, sedangkan pihak pembeli berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga yang telah disetujui. 2 Selanjutnya di dalam pasal 1458 KUH Perdata menyatakan bahwa: Jual beli itu dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun benda itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. Dalam jual beli tanah, kedua-duanya harus saling bersepakat untuk saling mengikatkan diri yang satu terhadap yang lain untuk memberikan suatu prestasi tertentu. Maka diantara mereka ada perikatan, dimana pada pihak yang satu ada hak dan pada pihak yang lain ada kewajiban. Dimana hak dan kewajiban itu mempunyai nilai ekonomis. 3 29 2 Boedi Harsono, 2003, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria: Isi dan Pelaksanaan. Jakarta: Djambatan. Hal 27 3 J. Satrio, 1992, Hukum Perikatan. Bandung : Alumni, hal 43

4 Pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut yang kurang tepat pada akhirnya akan menimbulkan sengketa. Jual beli tanah yang sudah dilaksanakan dengan baik masih banyak dijumpai perselisihan antara para pihak. Karena tanpa disadari para pihak yang melakukan jual beli tanah khususnya pihak pembeli tanah tidak bisa menguasai dan mempergunakan tanahnya secara leluasa, misalnya pihak pembeli tidak bisa melakukan balik nama atas tanah tersebut dikarenakan kurangnya cukup bukti yang kuat untuk melakukan balik nama atas tanah miliknya, bisa juga tanpa disadari pihak pembeli tidak menyadari bahwa tanah yang dia beli adalah tanah sengketa. Di sini para pihak biasanya menggunakan akta di bawah tangan yaitu akta yang ditanda tangani para pihak yang melakukan jual beli tidak dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang. Sebenarnya dalam meyelesaikan jual beli atas tanah dan pemenuhan hak atas tanah harus dilaksanakan dihadapan pejabat yang berwenang untuk mendapatkan akta otentik, yaitu akta yang dibuat dihadapan pejabat yang berwenang. Oleh karena dalam perjanjian jual beli hak atas tanah dengan memakai akta di bawah tangan sering menimbulkan perkara yang pada akhirnya perkara tersebut sampai ke Pengadilan Negeri. Timbulnya sengketa tanah dapat terjadi karena adanya gugatan dari seseorang atau badan hukum yang berisi tuntutan hukum akibat perbuatan hukum yang telah merugikan hak atas tanah dari pihak penggugat. Adapun materi gugatan dapat berupa tuntutan adanya kepastian hukum mengenai siapa

5 yang berhak atas tanah, status tanah, bukti-bukti yang menjadi dasar pemberian hak,dan sebagainya. 4 Untuk mempertahankan hak dan kewajibannya, orang harus bertindak berdasarkan peraturan hukum yang telah ditetapkan. Apabila pihak yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan sendiri tuntutannya secara damai, maka pihak yang merasa dirugikan dapat membawa ke pengadilan untuk penyelesaian sengketanya. Cara penyelesaian melalui hakim ini diatur dalam hukum acara perdata. Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan bertujuan untuk memulihkan hak seseorang yang telah dirugikan atau terganggu, mengembalikan suasana seperti dalam keadaan semula bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata, supaya peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya. 5 Selanjutnya bagaimana pertimbangan hakim dalam sidang pembuktian dan menetapkan putusan atas perkara jual beli tanah? Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Proses Penyelesaian Perkara Jual Beli Tanah (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten). 4 Sarjita, 2005, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Konflik, Yogyakarta: Tugujogja Pustaka, hal 2 5 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hal 15

6 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses jual beli tanah? 2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian atas perkara jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten? 3. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menentukan putusan atas perkara jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan proses jual beli tanah 2. Untuk menganalisa pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian atas sengketa jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten 3. Untuk menganalisa pertimbangan hakim dalam menentukan putusan atas sengketa jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada para pihak sebagai berikut: 1. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang prosedur, persidangan, dan putusan gugatan perdata. 2. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi acuan mengenai hukum acara yang berlaku dalam persidangan serta bentuk putusan pengadilan khususnya terhadap sengketa jual beli tanah. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi masyarakat tentang prosedur, persidangan, dan putusan gugatan perdata. Penelitian ini kiha diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi masyarakat para pencari keadilan tentang prosedur beracara di pengadilan. E. Kerangka Pemikiran Menurut Pasal 1457 KUHPerdata: Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli tanah adalah suatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya (berjanji) untuk menyerahkan hak atas tanah yang bersangkutan

8 kepada pembeli yang mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual harga yang telah disepakatinya. Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah, yang disebut pihak penjual, berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain, yang disebut pembeli, sedangkan pihak pembeli berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga yang telah disetujui. 6 Sebagai perbuatan hukum, jual beli hak atas tanah dan bangunan harus dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan diwujudkan dalam Akta Jual Beli (AJB). Adanya AJB dari PPAT sebagai tanda bukti telah dipenuhinya sifat terang dan nyata (riil) yang merupakan syarat sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan, sehingga menurut hukum mengikat para pihak yang melakukannya. 7 Setelah dilakukannya perbuatan hukum yang bersangkutan di hadapan PPAT, dipenuhinya syarat terang (bukan perbuatan hukum yang gelap ), yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akta yang ditandatangani para pihak mewujudkan secara nyata atau riil perbuatan hukum pemindahan hak yang dilakukannya. 8 Setelah proses tersebut selesai, maka perjanjian jual beli tanah yang diwujudkan dalam AJB dapat digunakan sebagai sebagai syarat permohonan balik nama ke kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). 6 Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria: Isi dan Pelaksanaan. Jakarta: Djambatan. Hal 307 7 Ibid, hal. 313 8 Ibid, hal 318

9 Sebagai suatu bentuk dari perikatan, perjanjian pengikatan jual beli tanah mengandung hak dan kewajiban dari para pihak yang membuatnya, sehingga apabila hal-hal yang telah disepakati dalam akta pengikatan jual beli dilanggar atau tidak dipenuhi oleh para pihak yang membuatnya maka hal tersebut dapat dikatakan telah terjadi wanprestasi. Namun dalam prakteknya perjanjian pengikatan jual beli dimungkinkan untuk dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak atau atas kesepakatan kedua belah pihak. Bahkan perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut dapat pula dibatalkan oleh suatu keputusan pengadilan. Dibatalkannya suatu akta perjanjian yang dibuat secara otentik tentu saja akan membawa konsekuensi hukum. Suatu perjanjian tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan yang diinginkan oleh para pihak. Proses jual beli tanah dapat menimbulkan sengketa karena karena adanya perbedaan nilai, kepentingan, pendapat dan atau persepsi antara orang perorangan dan atau badan hukum mengenai status penguasaan dan atau status kepemilikan dan atau status penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu. 9 Sengketa yang biasanya timbul pada praktik jual beli tanah adalah pembeli tanah tidak bisa menguasai dan mempergunakan tanahnya secara leluasa, pihak pembeli tidak bisa melakukan balik nama atas tanah tersebut dikarenakan kurangnya cukup bukti yang kuat untuk melakukan balik nama atas tanah miliknya, proses jual beli dilakukan di bawah tangan sehingga di kemudian hari pihak penjual mengingkarinya, bisa juga tanpa disadari pihak

10 pembeli tidak menyadari bahwa tanah yang dibeli adalah tanah sengketa. Pihak pembeli yang merasa dirugikan kemudian melakukan gugatan ke pengadilan. Proses penyelesaian perkara jual beli tanah melalui pengadilan bertujuan untuk memulihkan hak seseorang yang telah dirugikan atau terganggu, mengembalikan suasana seperti dalam keadaan semula bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata, supaya peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya. 10. Pihak yang merasa dirugikan hak perdatanya dalam jual beli tanah dapat mengajukan perkaranya ke pengadilan negeri untuk memperoleh penyelesaian sebagaimana mestinya, yakni dengan menyampaikan gugatan terhadap pihak dirasa merugikan. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif, yaitu hukum dikonsepkan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Penelitian hukum normatif mengidentifikasi dan mengkonsepsi hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan yang berdaulat. 11 9 Erna Sri Wibawanti dan R.Murjiyanto. 2013. Hak Atas Tanah dan Peralihannya. Yogyakarta: Liberty, hal. 7 10 Abdulkadir Muhammad, 2000. Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal 15 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudj, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hal.12

11 Penelitian jukum normatif meneliti aspek hukum, asas hukum, kaidah hukum, doktrin dan lain-lain. Penelitian hukum normatif mengkaji hukum yang dikonsepsikan sebagai norma atau kaidah yang berlaku di dalam masyarakat. Pengkajian yang dilakukan hanyalah terbatas pada peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait dengan objek yang diteliti. 12 Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini dilaksanakan terhadap prosedur penyelesaian sengketa jual beli tanah melalui pengadilan. Tujuannya adalah untuk meneliti asas-asas hukum. 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi: a. Data Sekunder, data sekunder dalam penelitian ini meliputi: 1) Bahan Hukum Primer Bahan-bahan hukum primer adalah sumber hukum yang berlakunya bersifat mengikat, antara lain: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) c) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. d) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. e) Yurisprudensi 12 Ibid, hal 14

12 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berlakunya tidak mengikat atau bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder berupa berbagai buku hasil karya para pakar, hasil-hasil penelitian, berbagai hasil seminar atau kegiatan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan data hasil wawancara yang dilakukan untuk menunjang data sekunder. b. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber. Data primer diperoleh dengan melakukan penelitian langsung terjun ke lapangan. a. Lokasi Penelitian Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian ini di Pengadilan Negeri (PN) Klaten b. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek-subyek yang diteliti yaitu dengan informan atau responden yang berkompeten dalam

13 permasalahan mengenai penyelesaian perkara gugatan pihak ketiga terhadap sita eksekusi, yaitu antara lain Hakim di PN Klaten. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa cara: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan suatu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara mengiventarisasi dan mempelajari serta mengutip dari buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini atau berbagai bahan hukum yang sesuai dengan kajian tersebut di atas. b. Studi Lapangan Studi lapangan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan menganalisa berbagai sumber yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Study lapangan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan dan wawancara. 1) Membuat Daftar Pertanyaan Penulis mempersipakan terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Kemudian penulis menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan sengketa jual beli tanah yang disidangkan di PN Klaten. 2) Wawancara

14 Wawancara, adalah kegiatan pengumpulan data primer untuk memperoleh informasi atau keterangan yang lengkap secara langsung terhadap para pihak yang terkait dengan permasalahan tersebut. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara formal. Wawancara ini merupakan pencarian dan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dengan cara penulis terjun langsung ke lokasi penelitian yang menjadi tempat penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak terkait yakni dengan hakim, panitera, dan pihak yang berperkara dalam sengketa jual beli tanah. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Metode analisis data kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis putusan pengadilan yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa jual beli tanah. Hasil analisis kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden atau narasumber yang bersangkutan, untuk kemudian dilakukan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.

15 G. Sistematika Skripsi Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, serta untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan memberikan gambaran mengenai sistematika penulisan skripsi, maka penulis membaginya menjadi 4 (empat) bagian. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Dalam Bab I ini berisi antara lain Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam Bab II ini berisi Tinjauan umum tentang Sengketa Jual Beli Tanah yaitu Pengertian Jual Beli Tanah, Syarat-Syarat Perjanjian Jual Beli, Prosedur Jual Beli Tanah, Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah dan Akibat Hukum yang Timbul Setelah Jual Beli Tanah. Tinjauan umum tentang Penyelesaian Sengketa Jual Beli Tanah yaitu Pengertian Sengketa Jual Beli Tanah dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Jual Beli Tanah. Tinjauan umum tentang Penyelesaian Sengketa Jual Beli Tanah Melalui Pengadilan yaitu Menyusun Gugatan, Mengajukan Gugatan ke Pengadilan Negeri, Pemanggilan Para Pihak, Pemeriksaan Perkara yaitu Upaya mendamaikan para pihak, Pembacaan gugatan yang diajukan penggugat, Jawaban tergugat atas gugatan pihak penggugat, Jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat (replik), Bantahan pihak tergugat melalui duplik dan Pembuktian yaitu Pengertian pembuktian, Beban Pembuktian, Alat bukti,

16 Pengambilan kesimpulan dari hasil kesimpulan, Penilaian pembuktian. Putusan yakni Pengertian putusan, Macam-macam putusan, Amar putusan, Bentuk putusan dan Dasar-dasar pertimbangan hakim dalam mengambil putusan. BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam Bab III Penulis akan menguraikan dan membahas hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukannya mengenai Proses dan prosedur jual beli tanah, Pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian atas sengketa jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten dan Pertimbangan hakim dalam menentukan putusan atas sengketa jual beli tanah di Pengadilan Negeri Klaten. BAB IV Penutup Dalam Bab IV berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang telah diajukan berkaitan dengan hasil penelitian yang penulis tuangkan dalam skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN