Case-Based Reasoning Untuk Diagnosa Penyakit Respirologi Anak Menggunakan Similaritas Simple Mathcing Coefficient

dokumen-dokumen yang mirip
CASE BASE REASONING UNTUK MENENTUKAN DAERAH MENENTUKAN DAERAH BERPOTENSI DEMAM BERDARAH (Studi Kasus Kota Pontianak)

RANCANGAN CASE-BASED REASONING MENGGUNAKAN SORENSON COEFFICIENT

Fungsi Similaritas Pada Sistem Berbasis Kasus Penyelesaian Masalah Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENENTUAN PEMASANGAN SALURAN AIR PDAM KOTA CIMAHI DENGAN MENGGUNAKAN CBR DAN ALGORITMA NEAREST NEIGHBORS

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 05, No.03 (2017), hal ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

PENENTUAN PENANGANAN KERUSAKAN MESIN PRODUKSI RESLETING DI PT. HERO TOP ZIP MENGGUNAKAN CASE BASED REASONING DAN SORENSEN COEFFICIENT

CASE-BASED REASONING UNTUK PENDUKUNG DIAGNOSA PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PADA MANUSIA

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK SISTEM DIAGNOSIS PENYAKIT ANJING

PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DETEKSI DINI PENYAKIT LEUKEMIA

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X CASED BASED REASONING UNTUK PEMILIHAN KEGIATAN ORGANISASI MAHASISWA

TEKNOLOGI PENALARAN BERBASIS KASUS (CASE BASED REASONING) UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT KEHAMILAN

DIAGNOSIS KERUSAKAN KOMPUTER MENGGUNAKAN METODE SIMILARITY JACCARD COEFFICIENT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KLINIS UNTUK MENGEFISIENKAN DIAGNOSA PENYAKIT KEJIWAAN MENGGUNAKAN CASE BASED REASONING

Case Base Reasoning Penentuan Harga Rumah Dengan Menggunakan Metode Tversky (Studi Kasus: Kota Pontianak)

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pasangan hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Intelligent Tutoring System: Expert-Knowledge Module Menggunakan Case-Based Reasoning

PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT BUSUK BUAH PADA TANAMAN KAKAO DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BAYESIAN

Intelligent Tutoring System: Expert-Knowledge Module Menggunakan Case-Based Reasoning

SISTEM BERBASIS KASUS UNTUK PENANGANAN MAHASISWA BERMASALAH (STUDI KASUS : TEKNIK INFORMATIKA UII)

PENALARAN BERBASIS KASUS UNTUK DETEKSI DINI PENYAKIT LEUKEMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rima Nurasmi Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan ABSTRAK

Penerapan Case Based Reasoning (CBR) untuk Mendiagnosa Jenis Pecandu Narkoba

MEMPREDIKSI MASA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE JACCARD COEFFICIENT

PENERAPAN CASE BASED REASONING DALAM MENDUKUNG PENYELESAIAN KASUS

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Paru-Paru Menggunakan Metode Case Based Reasoning

CASE-BASED REASONING (CBR) PADA SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN SINGKONG DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN

Sistem Pakar Konsultasi Penyakit Kehamilan Berbasis Kasus Menggunakan Methode Case Based Reasoning (CBR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Bahan bangunan merupakan salah satu faktor yang penting untuk membuat sebuah rumah, untuk

CASE BASED REASONING MENENTUKAN KELOMPOK UKT (STUDI UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dan Permasalahan Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, namun tidak semua orang dapat menempuh

Penentuan Penanganan Kasus Terhadap Penyakit...

APLIKASI PENENTUAN KELAYAKAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING TUGAS AKHIR

PENERAPAN METODOLOGI PENALARAN BERBASIS KASUS DALAM MENDIAGNOSA KERUSAKAN KOMPUTER

PERBANDINGAN METODE NEAREST NEIGHBOR DAN ALGORITMA C4.5 UNTUK MENGANALISIS KEMUNGKINAN PENGUNDURAN DIRI CALON MAHASISWA DI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Tanaman Padi Menggunakan Case-Based Reasoning

SISTEM DETEKSI AWAL PENYAKIT TBC DENGAN METODE CBR

Case Based Reasoning Diagnosis Penyakit Cardiovascular Dengan Metode Simple Matching Coefficient Similarity

BAB I PENDAHULUAN 1BAB I PENDAHULUAN

PENENTUAN PEMULIHAN KESEHATAN IBU HAMIL MENGGUNAKAN TEKNIK CASE BASED REASONING DAN MANHATTAN DISTANCE

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI CASE BASE REASONING (CBR) UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT KULIT PADA BAYI

SISTEM BERBAASIS KASUS MENENTUKAN MAJIKAN TKI

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT TOOLS UNTUK PENGELOLAAN PENGETAHUAN PERBAIKAN MODUL CATU DAYA TELEKOMUNIKASI

Penerapan Case-Based Reasoning Pada Sistem Cerdas Untuk Pendeteksian dan Penanganan Dini Penyakit Sapi

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang rentan akan penyakit. Pada bidang teknologi kesehatan semua

PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT TOOLS UNTUK PENGELOLAAN PENGETAHUAN PERBAIKAN MODUL CATU DAYA TELEKOMUNIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Case Based Reasoning Untuk Diagnosis Penyakit Demam Berdarah

SISTEM PAKAR PERTUMBUHAN BALITA BERBASIS WEB DENGAN METODE CASE BASED REASONING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA KUCING DENGAN METODE CASE BASED REASONING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

Implementasi Case Base Reasoning Untuk Mendiagnosa Penyakit Gigi dan Mulut Implementation of Case-Based Reasoning for Diagnosing Oral Disease

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PESTISIDA PADA TANAMAN JAGUNG BISI 2 MENGGUNAKAN METODE CBR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 7. Tahapan Proses penelitian

PERANCANGAN APLIKASI KONSELING MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING. Syaiful Hendra 1*, Sri Kusumadewi 2

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

Purwokerto 53182, Telp. (0281)

Penerapan Case-Based Reasoning pada Sistem Cerdas untuk Pendeteksian dan Penanganan Dini Penyakit Sapi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

Case Based Reasoning (CBR) Untuk Pendeteksi Penyakit Pada Tanaman Kacang Kedelai Berbasis Web

CASE BASED REASONING UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGREK DENDROBIUM MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMILARITAS PROBABILISTIC SYMMETRIC

Rancang Bangun Aplikasi Konseling Hiv/Aids Berbasis Web Dengan Penalaran Case Based

REKOMENDASI PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI CITEUREUP MENGGUNAKAN CASE BASED REASONING DAN NEAREST NEIGHBORS

SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT MUSANG DENGAN METODE CASE BASED REASONING BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE HYBRID CASE-BASED DAN RULE-BASED REASONING

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI SIMULATED ANNEALING PADA CASE BASED REASONING UNTUK STUDI KASUS PEMBELIAN KOMPUTER

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK PENGOBATAN BEKAM DENGAN METODE CASE BASE REASIONING (STUDI KASUS : RUMAH BEKAM MUSLIMAH YOGYAKARTA)

IMPLEMENTASI CASE BASED REASONING UNTUK MENENTUKAN TUJUAN WISATA

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PENCERNAAN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING. Ernawati

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3269

DAFTAR ISI. Abstraksi... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... BAB I PENDAHULUAN...

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

PENERAPAN CASE BASED REASIONING (CBR) UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT MATA BERBASIS WEB. Uswatun Hasnah

Program Aplikasi Diagnosa Kerusakan Mobil dengan Metode Case Based Reasoning berbasis Open Source

Case Based Reasoning Untuk Mendeteksi Kerusakan Harddisk

Pembuatan Aplikasi Diagnosa Kerusakan Mesin Sepeda Motor Matic dengan Case-Based Reasoning

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT LAMBUNG DENGAN IMPLEMENTASI METODE CBR (CASE-BASED REASONING) BERBASIS WEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIAGNOSA PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN (THT) PADA ANAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE ANDROID

IMPLEMENTASI METODE SORENSEN COEFFICIENT DALAM MENENTUKAN DAERAH BERPOTENSI RAWAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH (STUDI KASUS : KOTA PONTIANAK) Dede Rachmat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

Transkripsi:

17 Case-Based Reasoning Untuk Diagnosa Penyakit Respirologi Anak Menggunakan Similaritas Simple Mathcing Coefficient Tursina Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jl. Ahmad Yani, Pontianak 78124 e-mail: tursina15@yahoo.com Abstract Penelitian ini mengusulkan salah satu pendekatan dalam diagnosa penyakit Respirogi anak yaitu dengan pendekatan Case-Based Reasoning(CBR). Proses CBR melalui 4 tahap yaitu Retrieve, Reuse, Revise dan Retain. Hal yang terpenting dalam CBR adalah menentukan nilai kemiripan atau similaritas antara kasus-kasus yang tersimpan di basis kasus dengan kasus baru yang akan dicari solusinya. Perhitungan similaritas kasus pada penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Matching Coefficient (SMC.) Kata Kunci : CBR, Similaritas, Simple Matching Coefficien (SMC). 1. Pendahuluan Case-Based Reasoning (CBR) merupakan penalaran yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan baru dengan cara mengadapasi solusi-solusi yang terdapat pada kasus-kasus sebelumnya yang mempunyai permasalahan yang mirip dengan kasus yang baru [1]. Sumber pengetahuan utama sistem CBR adalah berdasarkan kasus-kasus yang telah ada atau yang telah tersimpan didalam basis kasus [2]. Kasus-kasus dapat diperoleh dari pengalaman seseorang atau pengalaman seorang pakar dibidangnya. Implementasi CBR sudah banyak dilakukan diberbagai bidang, salah satunya di bidang kedokteran. Dibidang kedokteran CBR banyak digunakan untuk mendukung diagnosa gangguan pada suatu penyakit. Pada penelitian ini dilakukan diagnosa penyakit yang sering dialami anak-anak yaitu penyakit Respirologi dengan menggunakan metode case-based reasoning (CBR) dan Simple Matching Cofficient Similarity. Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode Case-Based Reasoning untuk mendiagnosa penyakit Respirologi anak dengan mencari tingkat kemiripan (similarity) antara basis kasus dengan kasus baru (kasus yang akan didiagnosa) Sumber data utama yang diperoleh sebagai penunjang dalam membangun CBR pada sistem ini adalah data rekam medis dari Rumah Sakit. Sistem yang dibuat hanya menggunakan fitur berupa gejala-gejala yang tampak pada pasien. Input dari sistem yang dibuat berbentuk biner yaitu 1 (ya) atau menyatakan ada gejala dan 0 (tidak) yang menyatakan tidak ada gejala. Sedangkan perhitungan similaritas kasus menggunakan metode Simple Matching Coefficient (SMC) yang merupakan salah satu cara perhitungan similaritas untuk data biner [3] 2. Case Based Reasoning (CBR) CBR adalah salah satu metode dengan pendekatan berbasis pengetahuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman pada masa lalu, hal ini berbeda dengan sistem pakar berbasis aturan yang harus mengetahui cara menyelesaikan suatu masalah[2]. CBR memiliki kemiripan dengan seorang dokter dimana dokter akan meneliti dan mendiagnosa gejala yang terjadi pada pasien, kemudian mencari kasus atau gejala yang pernah dia tangani sebelumnya sehingga dokter memberikan hasil diagnosa dan terapi terhadap pasien seperti halnya yang pernah dilakukan pada pasien terdahulu. [4] 2.1 Metodologi Case-Based Reasoning CBR harus melakukan beberapa tahapan proses untuk menghasilkan solusi suatu masalah diantaranya adalah mencari tingkat kemiripan kasus baru dengan kasus yang tersimpan. Tahapan proses pada CBR dalam mencari nilai kemiripan dibutuhkan empat (4) tahap, yaitu[1,5] : 1. Retrieve (penelusuran) adalah menemukan kembali kasus yang sama atau yang paling mirip dengan kasus baru 2. Reuse adalah menggunakan kembali informasi dan pengetahuan dari basis kasus untuk memecahkan masalah kasus baru. 3. Revise adalah merevisi atau memperbaiki solusi yang diusulkan. 4. Retain adalah menyimpan pengalaman untuk memecahkan masalah yang akan datang kedalam basis kasus. Tahapan proses CBR dapat dilihat pada Gambar 1.

18 gambaran konseptual dalam kasus dan meletakkannya dalam indek karakteristik kasus. Basis kasus diatur ke dalam sebuah stuktur yang mendukung efisiensi pencarian dan metode penelusuran kembali. 2.4 Penelusuran (retrieval) dan Similaritas Penusuran yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara membandingkan fitur antara fitur kasus baru dengan fitur kasus yang ada dibasis kasus, kemudian hasil perbandingan tersebut akan dihitung similaritasnya. Fitur yang digunakan adalah berupa gejala-gejala yang tampak pada pasien. Perbandingan fitur menggunakan biner yaitu 1 untuk menyatakan ada gejala dan 0 untuk menyatakan tidak ada gejala. Gambar 1. Tahapan CBR [1] Berdasarkan tahapan yang ada dalam CBR, diperlukan tiga langkah utama dalam menentukan solusi, yaitu [7]: Membangun basis kasus, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan. Menentukan fungsi kemiripan (similarity), langkah ini digunakan untuk mengenali kesamaan atau kemiripan antara kasus-kasus yang tersimpan dalam basis kasus dengan kasus yang baru. 2.2 Representasi Kasus CBR tergantung pada struktur dan isi dari koleksi kasus. Suatu kasus dapat diselesaikan dengan memanggil kasus sebelumnya yang sesuai atau cocok dengan kasus baru. Sebuah kasus dapat menjadi sebuah catatan dari kejadian secara khusus terdiri dari [1]: a) Permasalahan (problem) yang menjelaskan keadaan nyata ketika kasus terjadi. b) Solusi, keadaan diperoleh solusi permasalahan. Pada representasi kasus sistem yang dibangun, setiap kasus dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Pasien (yang berisi data-data tentang pasien) 2. Gejala 3. Penyakit. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan penyimpanan data kasus kedalam basis kasus, serta memudahkan dalam pengambilan data yang sesuai dengan kasus baru. Setiap kasus yang disimpan memiliki tiga bagian yang digunakan dalam memudahkan penyimpanan data kasus. Dari ketiga bagian tersebut hanya satu bagian yaitu gejala yang hanya digunakan untuk dalam pencarian kasus yang mirip, sedangkan pasien hanya digunakan untuk menyimpan data-data pasien sedangkan penyakit dan terapi merupakan solusi atau output dari sistem. 2.3 Penyimpan Penyimpanan kasus merupakan aspek penting dalam mendesain CBR. Representasi kasus menggambarkan Perhitungan similaritas digunakan untuk menghasilkan nilai apakah ada kemiripan atau tidak antara kasus baru dengan kasus yang telah ada di basis kasus. Pada penelitian untuk menghitung similaritas antar kasus digunakan metode SMC atau yang dikenal dengan simple matching similarity (SMC). SMC adalah satu cara untuk menghitung similaritas dua objek (items) yang bersifat biner [3]. Formula yamg digunakan SMC untuk menghitung similarity antara dua objek X dan Y adalah sebagai berikut: Simple maching coefficient (SMC) SMC( X, Y) M 10 M M 11 01 M M 00 11 M dimana : X = Kasus lama Y = Kasus Baru M 11 = Jumlah atribut dimana X=1 dan Y=1 M 10 = Jumlah atribut dimana X=1 dan Y=0 M 01 = Jumlah atribut dimana X=0 dan Y=1 M 00 = Jumlah atribut dimana X=0 dan Y=0 Kasus baru dikatakan similar (mirip) 100% dengan kasus yang lama apabila nilai similaritas dari SMC(X,Y) sama dengan 1, sedangkan tidak similar apabila nilai SMC(X,Y) sama dengan 0. Kasus baru (Y) adalah kasus yang akan dicari solusinya dengan cara membandingkan fitur gejala pada setiap kasus lama (X) atau kasus yang tersimpan di basis kasus. Banyaknya biner tiap kasus sesuai dengan banyaknya jumlah gelaja keseluruhan yang ada pada basis kasus. 2.5 Adaptasi Ketika sebuah kasus yang mirip ditemukan, CBR akan mencoba menggunakan kembali solusi yang disarankan dari kasus yang mirip yang telah ditemukan. CBR akan mengadaptasi solusi yang tersimpan dari kasus yang ditemukan kedalam kasus yang ada. Secara tidak langsung CBR sudah melakukan penambahan pengetahuan untuk digunakan di masa yang akan 00

19 datang. Beberapa teknik yang digunakan dalam CBR untuk adaptasi antara lain [5]: 1. Tidak ada adaptasi(null Adaptation). 2. Penyesuaian atau pengaturan parameter. 3. Reinstantiantioan. 4. Derivational replay. 5. Perbaikam model terpandu. Pada sistem ini menggunakan null adaptation yaitu sistem hanya menerima apapun solusi yang diberikan dari hasil penelusuran kasus yang mirip dengan kasus yang baru. 3. Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Deskripsi Sistem Sistem yang akan dibangun adalah Case-Based Reasoning kasus untuk diagnosa penyakit Respirologi anak. Input dari sistem adalah gejala-gejala yang tampak pada anak, sedangkan output sistem adalah nama penyakit berdasarkan dari gejala yang di-input-kan. 3.2 Akuisisi pengetahuan Akuisisi pengetahuan adalah proses untuk mengumpulkan data-data pengetahuan dari sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan yang akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini: 1. Seorang Pakar: Dokter spesialis penyakit anak. 2. Medical Record yang berhubungan dengan penyakit paru dan pernafasan anak 3. Buku penunjang penelitian yang berhubungan dengan penyakit Respirologi anak. 3.3 Repsesentasi Kasus Menentukan fiur-fitur dari kasus yang akan dijadikan sebagai basis kasus. Pada penelitian ini hanya mendiagnosa 9 penyakit yang berhubungan dengan Respirologi yaitu: - Rhinitis - Influenza - Bronchitis - Asma: ringan, sedang, berat. - Tuberkolosis paru - Otitis media akut - Faringitis - croup:ringan, sedang, berat. - Salesma 3.4 Retrieval dan similaritas Retrieval yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan setiap gejala kasus baru dengan gejalagejala yang ada pada setiap kasus yang ada di basis kasus, perbandingan tersebut dihitung dengan menggunakan similaritas. Jika nilai basis kasus yang dibandingkan sama atau hampir sama dengan nilai kasus baru maka solusi dari basis kasus tersebut akan disarankan untuk menjadi solusi dari kasus baru. Nilai similaritas kasus antara 0 sampai dengan 1. Kasus baru dikatakan mirip 100% apabila similaritas antara kasus baru dengan kasus yang ada dalam basis kasus bernilai 1, sebaliknya jika tidak sama sekali kemiripan akan bernilai 0. Setiap fitur (gejala) tidak diberikan pembobotan, sedangkan data yang di-input-kan pada sistem berbentuk biner 1 atau 0. Input 1 (ya) untuk menyatakan bahwa ada gejala dan 0 (tidak) menunjukkan tidak ada gejala. Perhitungan similaritas menggunakan Simple Matching Coefficient (SMC) 3.5 Update Kasus Update kasus akan dilakukan apabila kasus baru yang didiagnosa mempunyai nilai dibawah threshold atau tidak berhasil didiagnosa (nilai similaritas 0). Pada sistem ini ditentukan threshold sebesar 0.95 yang digunakan sebagai indikator apakah kasus yang baru tersebut akan di-retain ke basis kasus atau tidak. Kasus baru yang di-update akan tersimpan di basis kasus, secara langsung sistem akan mendapatkan pengetahuan baru dari kasus baru yang telah di-update ke dalam basis kasus. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Proses Pengisian Basis Kasus Tahap awal dari penggunaan system CBR adalah pengisian basis kasus. Data-data yang akan dijadikan basis kasus adalah yang berhubungan dengan penyakit paru dan pernafasan pada anak-anak yang berusia antara 3 sampai dengan 10 tahun. 4.2 Proses Diagnosa dan Update Kasus Diagnosa penyakit dilakukan dengan cara memasukkan data pasien dan gejala-gejala kasus yang akan didiagnosa ke dalam form pengisian basis kasus. Ketika gejala pada kasus baru dimasukkan, maka sistem akan mencari tingkat kemiripan dengan kasus-kasus yang tersimpan pada basis kasus. Sistem akan menampilkan hasil diagnosa kasus berupa nilai similaritas. Solusi kasus baru dinyatakan mirip atau solusi dari kasus yang lama dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus yang baru apabila nilai kemiripannya lebih besar atau sama dengan 0.95 (nilai threshold). Kasus yang tidak berhasil didiagnosa maka akan dilakukan update kasus. Ada dua kondisi untuk dilakukannya update kasus: - Apabila kasus yang didiagnosa tidak mempunyai kemiripan sama sekali dengan kasus-kasus yang ada di basis kasus (similaritas = 0). - Apabila kasus yang diagnosa mempunyai nilai kemiripan dibawah 0.95 (dibawah nilai threshold), maka akan dilakukan update kasus karena derajat kepercayaan dinilai rendah atau tidak terlalu besar. 4.3 Pengujian Sistem Kasus-kasus yang digunakan dalam pengujian sistem ini adalah kasus-kasus yang diperoleh dari rekam medis sebanyak 250 kasus. Kasus-kasus yang diperoleh tidak semua dimasukkan kedalam basis kasus tetapi terbagi dua bagian yaitu 150 kasus digunakan sebagai basis kasus (yang tersimpan didalam sistem) sedangkan 100 kasus digunakan untuk pengujian sistem.

PROSENTASE KEAKURASIAN(%) 20 Uji coba sistem dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1. Pengujian tanpa threshold. Pengujian dilakukan dengan cara mendiagnosa 100 kasus baru terhadap 150 kasus yang ada di basis kasus. 2. Pengujian dengan threshold. Pengujian dilakukan terhadap 100 kasus baru terhadap 150 kasus yang terdapat pada basis kasus. Pengujian menggunakan 3 nilai threshold yang berbeda-beda yaitu: 0.50, 0.75 dan 0.95. Pengujian 1 dan 2 akan mengdiagnosa kasus baru dengan cara menghitung similaritas antara kasus baru (100 kasus) dengan kasus yang tersimpan di basis kasus (150 kasus). 4.4 Pengujian tanpa Threshold Pada pengujian ini dilakukan pengujian terhadap 100 kasus baru yang berbeda-beda. Hasil yang diharapkan pada pengujian ini adalah apakah diagnosa yang dilakukan sistem menggunakan metode SMC sudah sesuai dengan hasil dari pakar. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali. Setiap pengujian dilakukan dengan mengdiagnosa 20 kasus baru yang berbeda-beda di setiap pengujian jadi total kasus baru yang akan di uji sebanyak 100 kasus baru. Hasil pengujian 1 terhadap 20 kasus baru dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai similaritas dan nama penyakit berdasarkan perhitungan dengan metode SMC 20 kasus baru yang di-input-kan. Tabel 1. Hasil Diagnosa SMC terhadap Pakar untuk 20 kasus baru yang diuji. Kasus baru Similaritas Nama Penyakit PAKAR 1 0.97 Salesma Salesma 2 0.94 Faringitis Faringitis 3 0.94 Influenza Influenza 4 0.88 Salesma Influenza 5 0.97 Asma Ringan Asma Ringan 6 0.94 TB Tuberkulosis (TB) 7 1 Croup Croup Sedang Sedang 8 0.91 Croup Sedang Croup Ringan --- 20 0.94 Faringitis Faringitis Dari hasil pengujian 100 kasus baru diperoleh rata-rata prosentase keakurasian diagnosa 100 kasus baru yang diuji menggunakan metode SMC terhadap diagnosa pakar sebesar 89%. Prosentase keakurasian dapat dilihat pada Gambar 2. 100 90 80 70 1 2 3 4 5 PENGUJIAN KE- Gambar 2. Prosentase 5 kali pengujian terhadap 100 kasus baru dengan Metode Simple Matching Coefficient (SMC). Pengujian juga dilakukan dengan menghitung ratarata berdasarkan banyaknya kasus berdasarkan nama penyakit. Pengujian dilakukan terhadap kasus baru yang ke 20 diperoleh nilai rata-rata similaritas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rata-rata Similaritas berdasarkan penyakit No Nama Penyakit Rata-Rata Similaritas 1 Salesma 0.0642 2 Faringitis 0.8666 3 Influenza 0.7095 4 Croup Ringan 0.7857 7 Otitis media Akut 0.8142.. 12 Asma Berat 0.7171 Dari Tabel 2 diperoleh bahwa untuk kasus baru (kasus ke 20) nilai similaritas yang tertinggi kedua metode adalah penyakit Faringitis. 4.5 Pengujian dengan Treshold Pada pengujian ini dilakukan terhadap 100 kasus baru yang sama seperti pada pengujian sebelumnya (tanpa threshold). Hasil yang diperoleh banyaknya kasus yang ada dibasis kasus (150 kasus) yang mirip dengan 100 kasus baru yang di-input-kan dengan menentapkan threshold (0.50, 0.75 dan 0.95). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Banyaknya kasus yang mirip berdasarkan threshold Kasus Baru Banyaknya kasus berdasarkan threshold 0.5 0.75 0.95 1 150 19 1 2 150 111 0 3 150 107 0 4 150 26 0.... 100 150 19 4

21 Pada Tabel 3 menunjukkan banyaknya kasus yang berada pada threshold-threshold yang telah ditentukan, misalnya pada pengujian untuk kasus 1 terhadap 150 kasus yang di basis kasus diperoleh: Banyaknya kasus yang berada di threshold 0.50 sebanyak 150 kasus (100%). Hal ini berarti semua nilai similaritas kasus 1 terhadap 150 kasus yang ada dibasis kasus berada di atas nilai threshold 0.5. Threshold 0.75 sebanyak 19 kasus (12.67% dari 150 kasus) Threshold 0.95 sebanyak 1 kasus (0.67% dari 150 kasus) Dari hasil pengujian dengan threshold 0.95 diperoleh kasus-kasus yang berada diatas threshold dengan sebanyak 46 kasus dari 100 kasus baru yang diuji. Prosentase banyaknya kasus berdasarkan treshold (0.50, 0.75 dan 0.95) dari 100 kasus baru yang diuji terhadap 150 kasus di basis kasus dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Prosentase banyaknya kasus berdasarkan threshold No. Kasus 5. Kesimpulan Prosentase Banyaknya kasus (%) SMC 0.5 0.75 0.95 1 100 12.67 0.667 2 100 74 0 3 100 71.33 0 4 100 17.33 0 5 100 73.33 1.333 6 100 76 0 7 100 71.33 4 8 100 58 0 9 100 90 0.667. 100 100 12.67 0.667 1. Gejala-gejala penyakit pada sistem ini digunakan sebagai problem case sedangkan nama penyakit digunakan sebagai solution space. 2. Nilai kemiripan antara kasus baru dengan kasus yang ada di basis kasus bernilai antara 0 atau 1. Nilai 0 berarti menunjukkan kemiripan kasus tidak ada sedangkan kemiripan dikatakan sama apabila kemiripan kasus baru dengan kasus yang ada di basis kasus bernilai 1. 3. Proses retrieval dilakukan dengan cara membandingkan setiap fitur (gejala) antara kasus baru dengan kasus yang ada di basis kasus, sedangkan perhitungan similaritas dilakukan dengan metode SMC. Sistem akan menampilkan satu kasus yang mempunyai nilai similaritas tertinggi. 4. Pengujian dengan metode SMC terhadap 100 kasus baru mempunyai rata-rata nilai keakurasian sebesar 89%. 5. Ada dua kondisi update kasus: pertama, kasus baru yang didiagnosa tidak mempunyai kemiripan sama sekali dengan kasus yang terdapat di basis kasus (similaritas bernilai 0). Kedua, kasus baru memiliki kemiripan dengan kasus yang terdapat di basis kasus tetapi mempunyai nilai dibawah 0.95, sehingga derajat kepercayaan hasil diagnosa tidak terlalu besar. Referensi [1] Althoff, K. D. (2001). Case-Based Reasoning, Handbook of Software Engineering & Knowledge Engineering (ed. S.K. Chang) Vol 1, World Scientific, Singapore. [2] Watson, I. (1997). Applying Case-Based Reasoning, Technique for Enterprise Systems, Morgan Kaufmann Publishers. [3] Tan, P.N., M. Steinbach and V.Kumar. (2005). Introduction to Data Mining, Addison Wesley. [4] M. Salem dan Abdel-Badeeh. (2007). Case Based Reasoning Technology for Medical Diagnosis, World Academy of Science, Engineering and Technology, http:// www.waset.org/journals/ waset/v31/v31-2.pdf, diakses pada tanggal 17 maret 2010. [5] Sankar K. Pal dan Simon. (2004). Foundations Of Soft Case-Based Reasoning, Wiley-Interscience. [6] Swaboda, W., Zwiebel, F.M., Spitz, R., and Gierl, L, (1994). A Case based consultation system for postoperative management of liver-transplanted patient, Proceeding of the 12th MIE Lisbon, IOS Press, Amsterdam, pp.191-195. [7]. Kusrini and Hartati, S, (2011) Penggunaan Penalaran berbasisi Kasus Untuk membangun Basis Pengetahuan dalam Sistem Diagnosa Penyakit, Http://dosen.amikom.ac.id/downloads/artikel/full_paper_sr iti_kusrini.pdf, diakses pada tanggal 17 maret 2011. Biography Tursina, lahir di Semparuk, Kalimantan Barat, Indonesia pada tanggal 15 Januari 1978. Memperoleh gelar Sarjana Informatika dari Universitas Islam Indonesia (UII), Jogjakarta, Indonesia pada tahun 2001 dan gelar Master of Computer Science dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta pada tahun 2011, Indonesia. Bidang penelitian saat ini Case-Based Reasoning.

22