2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

THE STUDY OF BUILDING ESTABLISHMENT IN BORDER RIVER IN RAISING LAW OF AWARENESS TO BE GOOD CITIZENS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanah di daerah sempadan sungai dengan memperoleh Ijin Pemanfaatan Lahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTA BANJARMASIN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 58 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN DAN KESEHATAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tanah tidak lagi mengandalkan kepada tanah-tanah yang luas tetapi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2002

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 06 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAIRAN DI KOTA BANDUNG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 6

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG SEMPADAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI UTARA;

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman, kemajuan teknologi serta pertumbuhan penduduk menimbulkan berbagai permasalahan sosial, terutama pesatnya perkembangan masyarakat diperkotaan ditandai dengan padatnya pemukiman warga. Permasalahan sosial tersebut menyangkut masalah keamanan, ketertiban, dan keindahan. Masalah keamanan yaitu tingginya angka kriminalitas diperkotaan yang semakin tinggi sebagai efek dari pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Permasalahan ketertiban di perkotaan besar terjadi dalam berbagai aspek misalkan dalam hal pemukiman warga, dewasa ini banyak pemukiman liar yang tumbuh diantaranya dibawah jalan layang dan dipinggir sungai hal ini menyebabkan keadaan menjadi tidak tertib karena menganggu kenyamanan, akibatnya banyak bangunan tersebut terkesan tidak rapi atau semrawut sehingga mengganggu keindahan. Kota Bandung sebagai kota besar banyak menimbulkan berbagai masalah. Hal ini dilihat dari padatnya pemukiman, komplek pertokoan, lembaga instansi pemerintahan serta banyaknya pabrik dikawasan industri. Adapun konsekuensi dari pelbagai kondisi yang terdapat dalam perkotan adalah kerusakan lingkungan di Kota Bandung, indikator kerusakan lingkungan yang paling mudah dilihat secara kasat mata adalah kerusakan yang terjadi didaerah aliran sungai, yaitu banyaknya sampah rumah tangga, berbagai kotoran, limbah industri, dan diperparah oleh penyalahgunaan lahan dipinggiran daerah aliran sungai oleh masyarakat, pinggiran sungai yang disebut dengan sempadan sungai banyak disalah gunakan oleh masyarakat, seperti membuat rumah, toko dan tempat usaha. Padahal sempadan sungai digunakan untuk menjaga ekosistem sungai agar tidak

2 rusak, seharusnya sempadan sungai tertata dan tidak ada satu bangunan pun yang berdiri agar aliran sungai tetap terpelihara. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) dalam pasal 1 nomor 39 disebutkan; Sungai adalah pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Kemudian disebutkan larangan penggunaan sempadan sungai pada pasal 38 yaitu: Dalam rangka mewujudkan ketertiban pada sempadan sungai dan saluran air di Daerah, setiap Orang, Badan Hukum dan/atau Perkumpulan, dilarang : a. Mendirikan bangunan pengairan tanpa ijin untuk keperluan usaha; b. Melakukan pengusahaan sungai dan bangunan pengairan tanpa ijin; c. Mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan- bangunan di dalam atau melintas sungai; d. Mengambil dan menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat komersial tanpa ijin; e. Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai; f. Membuang/memasukkan limbah B3 atau zat kimia berbahaya pada sumber air yang mengalir atau tidak, seperti sungai, jaringan air kotor, saluran air minum, sumber mata air, kolam-kolam air minum dan sumber air bersih lainnya; g. Membuang air besar (hajat besar) dan hajat kecil atau kecil dan memasukan kotoran lainnya pada sumber mata air, kolam air minum, sungai dan sumber air bersih lainnya; h. Memelihara, menempatkan keramba-keramba ikan di saluran air dan sungai; i. Mengambil atau memindahkan tutup got selokan saluran air lainnya kecuali oleh petugas untuk keperluan dinas; j. Mempersempit, mengurug saluran air dan selokan dengan tanah atau benda lainnya sehingga mengganggu kelancaran arus air ke sungai. Bunyi pasal tersebut dijelaskan bahwa penggunaan sempadan sungai telah melarang setiap kegiatan yang di lakukan baik perorangan, badan hukum dan/atau perkumpulan mengunakan sempadan sungai tanpa izin. Jika larangan tersebut tidak di indahkan maka tindakan tersebut dapat dikatakan melanggar peraturan karena dapat menimbulkan kerusakan pada sempadan sungai.

3 Sungai Cicadas yang terletak di Bandung Timur memiliki peran yang sangat vital, karena berada di tengah perkotaan, sungai yang seharusnya dipelihara akan tetapi sangat ironis banyaknya sampah, air sungai yang bercampur dengan limbah dan bangunan di pinggiran sungai cicadas tersebut menambah kerusakan ekosistem daerah aliran sungai. Salah satu permasalahan daerah aliran sungai biasa terjadi pada perkotaan besar yaitu permasalah bangunan dipinggir sungai, hal ini dapat terjadi karena lahan diperkotaan semakin hari semakin sempit sehingga masyarakat mendirikan bangunan di pinggir sungai, pemukiman di pinggir sungai sangat tidak sehat karena akan menimbul penyakit bagi masyarakat yang membangun bangunan di pinggir sungai, seperti yang sudah kita ketahui bahwa air sungai di perkotaan merupakan pembuangan air dari pemukiman warga dan limbah industri yang masuk kedalam sungai sehingga airnya dapat menimbulkan penyakit. Dengan kondisi seperti ini, Pemerintahan Kota Bandung sebagai pembuat dan pelaksana regulasi perlu membuat aturan yang berkaitan dengan tata ruang kota agar pemukiman dapat dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tata ruang kota. Agar permasalahan yang terjadi seperti mendirikan bangunan disempadan sungai yang menggangu kelestarian daerah aliran sungai, selain itu mendirikan bangunan di sempadan sungai merupakan perbuatan melanggar peraturan yang berlaku karena penggunaan sempadan sungai telah diatur dalam peraturan yang telah diatur oleh pemerintah. Hal tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai pasal 1 ayat (9) berbunyi Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Bunyi pasal tersebut menjelaskan bahwa larangan untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai, karena sempadan sungai berfungsi sebagai perlindungan sungai sehingga jika ada masyarakat mendirikan bangunan di sempadan sungai maka dapat merusak sungai itu sendiri dan dikatakan melanggar peraturan. Selanjutnya disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 pasal 22 ayat (2) pada butir b;

4 Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan dengan larangan: a. menanam tanaman selain rumput b. mendirikan bangunan; dan c. mengurangi dimensi tanggul. Butir pasal tersebut menjadi landasan yuridis adanya larangan untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai, karena jika mendirikan bangunan disempadan sungai akan merusak ekosistem sungai dan merusak daerah aliran sungai sehingga menganggu kenyamanan dan ketertiban, artinya dalam membuat bangunan sebaiknya dibangun pada tempat yang memang diperuntukan untuk mendirikan bangunan masyarakat jangan mendirikan bangunan secara dengan mendirikan bangunan dilahan yang dilarang oleh pemerintah. Dewasa ini terjadi di Kota Bandung, salah satu kota yang sedang berkembang ternyata banyak warga yang mendirikan bangunan di sempadan sungai, padahal telah ada larangan untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai, aturan tersebut tercantum dalam yaitu Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pasal 120 pada ayat 1 dan 2, yaitu: (1) Setiap orang atau badan dilarang : a. menempatkan, mendirikan, baik secara keseluruhan atau sebagian bangunan di daerah sempadan sungai dengan jarak kurang dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini; b. membuang sampah, limbah padat atau cair ke sumber air; c. mendirikan bangunan untuk hunian atau kegiatan usaha di daerah sempadan sungai dan/atau di atas saluran/sungai. (2) Pengecualian pemanfaan lahan di daerah sempadan sungai atau saluran adalah untuk kegiatan-kegiatan : 1. pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta rambu-rambu pekerjaan; 2. pemasangan rentang kabel listrik, kabel telpon dan pipa air minum; 3. pemasangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau jembatan baik umum maupun kereta api; 4. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi sungai; 5. pembangunan prasarana lalu lintas dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

5 Namun pada kenyataannya, masih terdapat pelanggaran yang terjadi yaitu pelanggaran mendirikan bangunan di sempadan sungai padahal peraturan atau regulasi yang mengatur tentang penggunaan sempadan telah jelas dan tegas melarang menggunakan sempadan sungai tidak sesuai dengan peruntukan. Permasalahan ini didapat dari hasil studi pendahuluan yaitu mencari data dan fakta yang terjadi dilapangan melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Peneliti mendapatkan data yang menunjang dan semakin tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, yaitu melakukan wawancara kepada Bapak H. Endang Kuswanda selaku Kasi Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, beliau menjelaskan pelanggaran mendirikan bangunan di sempadan sungai semakin marak hal ini dikarenakan beberapa faktor yakni terbatasnya lahan yang ada di kota bandung dan tingginya nilai tanah dikota bandung membuat masyarakat membangun bangunan di lahan yang dilarang oleh pemerintah yaitu di sempadan sungai, kemudian kurangnya pemahaman tentang peraturan larangan untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai. faktor ekonomi yang mendorong untuk masyarakat mendirikan bangunan untuk kebutuhan menjual barang dan jasa, lahan yang bebas milik pemerintahan sehingga dengan tidak meminta izin untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai. Selain itu peneliti melakukan wawancara dengan pemilik salah satu pemilik bangunan di sempadan sungai, ibu T menjelaskan bahwa beliau tahu larangan mendirikan bangunan di sempadan namun karena faktor ekonomi beliau membangun warung disempadan sungai. areal Melihat fenomena yang ada kian hari bangunan disempadan sungai di Sungai Cicadas Kawasan Babakan Surabaya Kelurahan Babakansari Kecamatan Kiaracondong semakin bertambah bukan semakin berkurang, hal ini jika dibiarkan akan menjadi permasalahan yang kompleks untuk kedepanya. Sedikitnya ada 18 bangunan yang berdiri di sepanjang sungai tersebut jika dibiarkan maka bangunan tersebut akan terus bertambah.

6 Mengingat masih banyaknya pelanggaran yang terjadi, oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran hukum masyarakat khusunya mereka yang membuat bangunan di sempadan sungai. berdasarkan latar bealakang tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Kajian Tentang Pendirian Bangunan di Sempadan Sungai dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat agar Menjadi Warga Negara yang Baik (Studi Deskriptif di Daerah Babakan Surabaya Kel. Babakan Sari Kec. Kiaracondong Kota Bandung) B. Rumusan Masalah Penelitian Sebagaimana yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di sempadan sungai ditinjau dari perspektif warga negara yang baik? 2. Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di sempadan sungai ditinjau dari perspektif warga negara yang baik? 3. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat Sungai Cicadas Kota Bandung? 4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di Sempadan Sungai? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam peneliian dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut. 1. Tujuan Umum

7 Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat tentang Pendirian Bangunan di Sempadan Sungai agar Menjadi Warga Negarayang Baik di Kawasan Babakan Surabaya Kel. Babakan Sari Kec.Kiaracondong Kota Bandung. 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana tingkat kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di sempadan sungai di tinjau dari perspektif warga negara yang baik. b. Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di sempadan sungai ditinjau dari perspektif warga negara yang baik. c. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat Sungai Cicadas Kota Bandung. d. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang mendirikan bangunan di Sempadan Sungai. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kajian hukum, yaitu kesadaran hukum didalam masyrakat. b. Dapat meneberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendididkan khususnya kepada para Stakeholder agar mengurangi pelanggaran dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat agar masyarakat taat terhadap hukum demi terciptnya warga negara yang baik. c. Sebagai bahan masukan untuk bahan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan literatur bagi yang berminat dalam masalah yang penulis bahas.

8 2. Secara Praktis a. Bagi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dapat membantu mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat kemudian mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. b. Bagi masyarakat dapat membantu sejauh mana tingkat kesadaran hukum mahasiwa agar menjadi warga negara yang baik. c. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan agar menjadi referensi bagaimana agar membentuk siswa agar menjadi warga negara yang baik dengan taat hukum ketika turun kemasyarakat. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian skripsi mulai dari bab satu hingga bab lima. Skripsi ini terdiri dari atas lima bab, yang secara garis besar bisa dilihat dibawah ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Bangunan dan Sempadan Sungai B. Tinjauan Mengenai Kesadaran Hukum C. Tinjauan Mengenai Warga Negara yang Baik D. Tinjauan Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Hukum BAB III METODE PENELITIAN

9 A. Pendekatan dan Metode Penelitian B. Lokasi dan Subjek Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Penjelasan Istilah E. Instrumen Penelitian F. Tahap- Tahap Penelitian G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data H. Validasi Data BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian B. Deskripsi Hasil Penelitian C. Analisis Data Hasil Penelitian D. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan B. Rekomendasi