BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. Dalam melakukan pemeriksaan seorang auditor harus dapat menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama untuk memperoleh keyakinan yang memadai, bahwa laporan keuangan yang diauditnya bebas dari kesalahan, kecurangan dan telah disusun sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Alasan laporan keuangan perlu diaudit oleh eksternal auditor yang independen menurut Wahyudi dan Mardiyah (2006) adalah : 1. Laporan keuangan ada kemungkinan mengandung salah saji baik yang disengaja ataupun tidak. 1
2 2. Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (wajar tanpa pengecualian) diharapkan pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material. Artinya, walaupun di dalam laporan keuangan tesebut terdapat salah saji (tetapi tidak terlalu berpengaruh) maka salah saji tersebut dianggap wajar sehingga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang dapat diterima oleh umum. Menyatakan profesional dan dipengaruhi oleh presepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Untuk menentukan tingkat materialitas, antara auditor yang satu dengan yang lainnya akan berbeda-beda. Konsep dari materialitas menurut Arens (2012) menyatakan konsep materialitas menggunakan tiga tingkatan dalam mempertimbangkan jenis laporan yang harus dibuat, antara lain : 1. Jumlah yang tidak material, jika terdapat salah saji laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak material. 2. Jumlahnya material, tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan. Tingkat materialitas ini terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar sehingga tetap berguna.
3 3. Jumlahnya sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan. Tingkat tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Dengan demikian tujuan penetapan materialitas sangat penting untuk membantu auditor dalam merencanakan pengumpulan bahan bukti kompeten yang cukup. Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) menyatakan laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan disajikan secara tidak wajar dalam semua hal yang material. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan ataupun kecurangan. Pertimbangan auditor mengenai materialitas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011) merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Syarat utama seorang auditor adalah profesionalisme. Auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh pemakai informasi. Bagi auditor, penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional, maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai proses audit. Di dalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat materialitas awal, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin auditor itu
4 profesional maka semakin auditor tersebut tepat dalam menentukan tingkat materialitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reni Yendrawati (2008) menunjukan bahwa profesionalisme memiliki arah hubungan positif dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan terhadap laporan keuangan. Selain memiliki sikap profesionalisme, auditor juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Bonner dan Lewis (1990) menyatakan Pengetahuan akuntan publik bisa diperoleh dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor juniornya. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan publik melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Noviyani dan Bandi (2002) menyatakan pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan penting untuk membuat perencanaan audit yang efektif. Agoes (2004) menyatakan setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tanpa etika, profesi
5 akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Etika profesi menurut (Murtanto dan Marini, 2003) merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Agoes (2004) menunjukkan kode etik IAPI dan aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing. Prinsip-prinsip etika yang dirumuskan IAPI dan dianggap menjadi kode etik perilaku akuntan Indonesia adalah tanggung jawab; kepentingan masyarakat; integritas; obyektifitas dan independen; Kompetensi dan ketentuan profesi; kerahasiaan; dan perilaku profesional. Semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas. Selain profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliuran dan etika profesi, seorang auditor juga harus mempunyai pengalaman yang cukup agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Pada saat auditor mempertimbangkan keputusan mengenai pendapat apa yang akan dinyatakan dalam laporan audit, material atau tidaknya informasi, mempengaruhi jenis pendapat yang akan diberikan oleh auditor. Informasi yang tidak material atau tidak penting biasanya
6 diabaikan oleh auditor dan dianggap tidak pernah ada. Tetapi jika informasi tersebut melampaui batas materialitas (materiality), pendapat auditor akan terpengaruh. Libby (1990) mengemukakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Pencapaian keahlian tersebut dimulai dari pendidikan formalnya yang diperluas menjadi pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktek audit. Pengalaman audit merupakan proksi dari keahlian auditor, sehingga dapat menentukan pertimbangan tingkat materialitas yang baik bagi seorang auditor. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009) yang berjudul Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik, dan penelitian dari Ni Komang Sarwini (2014) yang berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali). Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul : Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta) 1.2 Perumusan Masalah
7 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dan diidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan? 2. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan? 3. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan? 4. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam hal ini mengemukakan maksud-maksud yang terkandung dalam kegiatan penelitian, sedangkan kegunaan penelitian adalah tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh profesionalisme terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan. 2. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan. 3. Menganalisis pengaruh etika profesi terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan.
8 4. Menganalisis pengaruh pengalaman auditor terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan penulis, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Teoritis Bagi akademisi, penelitian ini sebagai bahan masukan dan sumber acuan bagi pembaca atau peneliti untuk menjadi perbandingan terhadap masalah-masalah terkait profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, etika profesi, dan pengalaman kerja terhadap tingkat materialitas akuntan publik dalam audit laporan keuangan. 2. Praktis a. Bagi kantor akuntan publik, dalam melakukan rekuitmen calon tenaga kerja hendaknya dinilai dari profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, etika profesi, dan pengalaman auditor tersebut. Karena dengan profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, etika profesi, dan pengalaman auditor yang memadai dapat meningkatkan pengetahuan dalam menentukan tingkat materialitas. b. Bagi auditor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam membuat perencanaan audit atas laporan keuangan klien sehingga dengan adanya pemahaman tentang materialitas laporan keuangan tersebut, auditor eksternal dapat memiliki sikap
9 profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, etika profesi, dan pengalaman auditor yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa audit dan meningkatkan prestise profesi akuntan publik didunia bisnis. 1.5 Sistematika Penelitian Dalam penyususunan penelitian ini, pembahasan dan penganalisaannya diklasifikasikan secara sistematis ke dalam 5 (lima) bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penelitian. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Tinjauan Literatur, Penelitian Terdahulu, Rerangka Konseptual, Pengembangan Hipotesis. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang Rancangan Penelitian, Variabel dan Pengukurannya, Definisi Operasional Variabel, Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Deskripsi Penelitian, Karakteristik Responden, Analisis Deskriptif, Uji Kualitas Data, Pengujian Hipotesis, dan Pembahasan dan Analisis Hipotesis.
10 BAB V: SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN Dalam bab ini penulis memberikan Simpulan, Keterbatasan, Implikasi dan Saran.