Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

TINJAUAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI ROYALTY RAHASIA DAGANG DALAM PERJANJIAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini

KEPUTUSAN KOMISI NO. 57/2009. Tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian waralaba..., Elfiera Juwita Yahya, FH UI, Universitas Indonesia

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KARAKTERISTIK PERJANJIAN KERJASAMA PADA PERUSAHAAN PT. PERTAMINA (PERSERO)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK

ANALISIS TERHADAP PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) USAHA TOKO ALFA MART (Studi Pada PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KONSUMEN KEPADA PT. BALI DEWATA MAS SEBAGAI PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata Kunci: Pertanggungjawaban, kargo pusat, agen. Universitas Kristen Maranatha

PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP PERJANJIAN FRANCHISE DI INDONESIA 1 Oleh : Christie Pertiwi Mopeng 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tahun 2007, No Sekretariat Negara. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

TINJAUAN YURIDIS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM KONTRAK KERJASAMA PRODUKSI DAN PENGGUNAAN MEREK SO KRESSH ARTIKEL ILMIAH

vii Universitas Kristen Maranatha

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI KUALIFIKASI PERJANJIAN PELAYANAN SAFE DEPOSIT BOX ANTARA NASABAH DENGAN PIHAK BANK SINARMAS

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

Kata Kunci: Tukar-Menukar, Swasta, Pemerintah Daerah, Perlindungan Hukum.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI

PERLINDUNGAN HUKUM FRANCHISEE ATAS KEPAILITAN FRANCHISOR. Prehantoro Fakultas Hukum Universitas Yos Sudarso Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Kerjasama untuk Menjalankan Perniagaan Rumah Makan A untuk Keseragaman (Uniformity) Rasa Dihubungkan dengan Ciri Khas Usaha dan Perjanjian Waralaba Makanan pada Umumnya A Juridical Perspektive af a Cooperative Agreement to Operate Restaurant Business A for The Uniformity of Flavors Linked to Typical Business and General Food Franchise Agreements 1 Maulita, 2 H.M. Faiz Mufidi 1,2 Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 Email: 1 maulita.aqila@yahoo.com Abstract. The background of this research is based on first of all by, the use of type of cooperative agreement on franchise business. Whereas regarding the franchise agreement is already regulated by the laws and regulations in Article 4 of Government Regulation no. 42 of 2007 on franchising. That the franchise is held under a written agreement between the Franchisor, which is basically a franchise agreement are one aspect of legal protection that regulates all forms of activities related to franchising. The second background is about setting uniformity of flavors in the cooperation agreement since a franchise requires a uniformity of flavors. This study aims to determine how the essence of the use of the type of cooperation agreement on a franchise business by looking at the characteristics of the franchise agreement and knowing how the parties regulate the uniformity of flavors on the agreement itself. Keyword : Franchise Agreement, Uniformity of Taste. Asbtrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertama, penggunaan jenis perjanjian kerjasama pada usaha waralaba. Padahal mengenai perjanjian waralaba tersebut telah diatur oleh peraturan perundang-undangan dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba bahwa waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara Pemberi Waralaba. pada dasarnya perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum yang mengatur segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan waralaba. Latar belakang kedua yakni mengenai pengaturan keseragaman rasa pada perjanjian kerjasama tersebut. Karena dalam waralaba menuntut adanya keseragaman rasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana esensi penggunaan jenis perjanjian kerjasama pada usaha waralaba dengan melihat ciri-ciri dari perjanjian waralaba dan mengetahui bagaimanakah para pihak mengatur mengenai keseragaman rasa pada perjanjian kerjasama tersebut. Kata Kunci: Perjanjian Waralaba, Keseragaman Rasa. A. Pendahuluan Menurut Pasal 1313 Kitab Undang Undang Hukum Perdata pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian atau kontrak di dalam sistem civil law dikenal dengan kontrak bernama dan kontrak tidak bernama. Kontrak bernama (contractus nominat, named contract, benoemde overeenkomst) adalah kontrak-kontrak atau perjanjian-perjanjian yang namanya telah ditentukan secara pasti oleh kodifikasi (kitab undang-undang). Kontrak semacam ini secara rinci substansi atau isi kontrak telah diatur dalam KUHPdt. Kontrak semacam ini adalah jenis kontrak yang paling banyak dipakai oleh masyarakat seperti jual beli, sewa-menyewa dan tukar menukar. 1 Seiring dengan perkembangan zaman hubungan-hubungan hukum yang dilakukan tersebut, tidaklah cukup tersedia sebagaimana diatur dalam Bab V sampai 1 Ridwan Khairandy, op. cit, Hlm 76. 602

Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Kerjasama untuk 603 dengan Bab XVIII Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2 yang hanya mengatur 15 jenis perjanjian. Dalam prakteknya banyak perjanjian-perjanjian baru yang timbul, tumbuh, dan berkembang yang pengaturannya tidak ditemukan dalam KUHPdt yang kemudian disebut dengan perjanjian innominat 3. Seperti kontrak production sharing, joint venture, leasing, franchise. 4 Sejalan dengan itu berkembang pula jenis perjanjian baru yakni perjanjian kerjasama yang dilakukukan dalam rangka membuka cabang rumah makan yang juga tidak diatur oleh KUHPdt. Dalam perjanjian kerjasama tersebut yang mengatur mengenai perjanjian kerjsama untuk membuka rumah makan baru terdiri dari para pihak yakni pertama X dan Y terhadap pihak kedua Z tersebut para pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Adapun Hak dan kewajiban tersebut sepertinya memiliki kemiripan dengan perjanjian waralaba yakni mengenai ketentuan penggunaan logo dan merek dagang, serta penggunaan bahan-bahan yang menunjukan ciri khas usaha. Berlakunya Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1997 tentang Waralaba (yang diganti menjadi Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba) dan Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba mewajibkan pihak-pihak yang terlibat dalam system waralaba melakukan perjanjian waralaba. Tentunya di dalam membuat suatu perjanjian waralaba haruslah didahului dengan kata sepakat yang gunanya untuk mengatur hakhak dan kewajiban para pihak. 5 mengenai permasalahan ini penulis membuat rumusan masalah yaitu Bagaimanakah esensi perjanjian kerjasama dihubungkan dengan ciri-ciri perjanjian waralaba? dan Bagaimanakah jaminan keseragaman rasa pada perjanjian kerjasama dihubungkan dengan ciri khas usaha pada usaha waralaba?. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan penulis dalam penliatian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui esensi perjanjian kerjasama yang dihubungkan dengan ciriciri perjanjian waralaba 2. Untuk mengetahui jaminan kesamaan rasa pada perjanjian kerjasama dengan dihubungkan dengan ciri khas usaha dan jaminan kualitas produk. C. Landasan Teori Pengertian Waralaba Secara khusus pengaturan mengenai waralaba di Indonesia terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba 6 : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Definisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Managemen yang anatara lain mendefinisikan waralaba sebagai berikut Waralaba adalah suatu system pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (pemberi 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata selanjutnya oleh penulis disebut dengan KUHPdt dalam penulisan ini. 3 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta, 2010, Hlm 1. 4 Ibid. 5 Adrian Sutedi, Perkembangan Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Bogor,2008, Hlm 80. 6 Lihat PP No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba, Pasal 1. Ilmu Hukum, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

604 Maulita, et al. waralaba) memberikan hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu, dan lokasi tertentu kepada individu atau perusahaan lain (penerima waralaba) yang berskala kecil dan menengah. Perjanjian Innominaat (perjanjian tidak bernama) Jenis perjanjian tidak bernama ini diatur dalam Buku III KUHPdt, hanya ada satu pasal yang mengatur tertang perjanjian innominaat, yaitu pasal 1319 KUHPdt yang berbunyi : semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab lalu. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perjanjian, baik yang mempunyai nama dalam KUHpdt maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada Buku III KUHPdt. Dengan demikian, para pihak yang mengadakan kontrak innominaat tidak hanya tunduk pada berbagai peraturan yang mengaturnya, tetapi para pihak juga tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam KUHPdt Perjanjian Waralaba Secara khusus mengenai syarat lainnya mengenai sahnya perjanjian waralaba diatur dalam Pasal 4 PP No. 42 Tahun 2007, yakni: Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dengan memperhatikan hukum Indonesia. 7 Dalam Pasal 5 PP No. 42 tahun 2007 tentang waralaba, perjanjian waralaba memuat klausula paling sedikit : 1. Nama dan alamat para pihak; 2. Jenis Hak Kekayaan Intelektual; 3. Kegiatan Usaha; 4. Bantuan, fasilitas, bimbingan opersional, 5. Pelatihan dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba; 6. Wilayah usaha; 7. Jangka waktu perjanjian; 8. Tata cara pembayaran imbalan; 9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris; 10. Penyelesaian sengketa; 11. Tata cara perpanjangan, pengkhiran dan pemutusan perjanjian. Ciri Khas Usaha Bagi Terjaminnya Keseragaman Rasa (Uniformity Taste) Dalam Bisnis Waralaba Pada Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba pasal 3 huruf a yang dimaksud dengan ciri khas usaha adalah suatu yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha jenis lain sejenis, dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas yang dimaksud. Misalnya sistem manajeman, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yag merupakan karakteristik khusus dari Pemberi waralaba. 8 Dalam perjanjian waralaba makanan sebagaimana dinyatakan terdahulu terdapat kewajiban pemberi waralaba untuk tidak membuat menjual, atau mengiklankan produk-produk yang belum disetujui pemberi waralaba. Dalam kamus besar bahasa indonesia 7 Lihat Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba. 8 Lihat Penjelasan Pada Penjelasan Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba Pasal 3 Huruf A Volume 3, No.2, Tahun 2017

Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Kerjasama untuk 605 keseragaman/ke se ra gam an/ n perihal seragam; keadaan seragam. 9 D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi pokok pembahasan ialah mengenai penggunaan jenis perjanjian kerjasama pada bisnis waralaba. Berdasarkan buku III KUHPdt pasal 1319 10 semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab lalu. sehingga perjanjian-perjanjian yang namanya tidak disebutkan dalam jenis perjanjian yang diatur oleh KUHPdtr dikenal dengan istilah perjanjian nominaat (perjanjian tidak bernama). Seperti contoh perjanjian kerjasama, perjanjian lisensi dan perjanjian waralaba. karena ketiga jenis perjanjian tersebut merupakan perjanjian baru. Oleh karena itu pengaturannya tunduk pada ketentuan umum mengenai perjanjian sebagai dasar hukum dan peraturan perundang-undangan lainnya. Agar suatu perjanjian dapat dianggap sah, para pihak dalam perjanjian tersebut haruslah memenuhi ke-4 syarat yang telah ditentukan oleh KUHPdt. Dalam KUHPdt dengan tegas dinyatakan bahwa kontrak yang telah dibuat secara sah oleh para pihak mengikat mereka sebagai undang-undang. Ketentuan tersebut memberikan kebebasan bagi para pihak, mereka dapat membuat ketentuan sendiri yang dapat mengikat kedua pihak agar terdapat kepastian hukum. 11 Berlakunya asas kebebasan berkontrak pasal 1338 KUHpdt yang mengandung pengertian bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan dari para pihak yang terkait didalamnya, selama perjanjian tersebut tidak melanggar undang-undang dan kepentingan umum. Berkaitan dengan judul Keseragaman rasa (uniformity taste) dan jaminan kualitas produk pada bisnis waralaba, keseragaman rasa sangat berkaitan erat dengan ciri khas usaha. Karena pada produk warlaba ciri khas tersebut merupakan suatu keistimewan produk yang ditawarkan oleh pemberi waralaba. artinya produk tersebut haruslah memiliki ciri atau tanda pembeda dengan produk lainnya yang sejenis. Sehingga ketika calon penerima waralaba yang membuka cabang dari rumah makn asli pemilik waralaba haruslah memiliki keseragam rasa atau kesamaan dengan produk pemberi waralaba bagi terciptanya kepuasan konsumen. Karena waralaba dibuat berdasarkan suatu perjanjian, maka pengaturan mengenai keseragam rasa ini pun haruslah tercantum dan dipatuhi oleh para pihak yang membuat perjanjian. Adapun perjanjian kerjasama yang dibuat antar X, Y dan Z mengatur pula mengenai keseragaman rasa tersebut. Pasal 3 mengenai tanggung jawab pihak pertama, huruf : i. menyediakan dan mengantar ke Malaysia dan Singapura bahan-bahan mentah dan bahan-bahan siap proses yang diperlukan sebagai bumbu dan resep untuk produksi makanan sesuai kebutuhan menu yang telah ditetapkan dengan standar dan kualitas yang dapat menjamin kesamaan rasa hidangan rumah makan A yang asli. E. Simpulan Dari perumusan masalah yang penulis kemukakan serta pembahasannya, baik berdasarkan teori maupun berdasarkan data yang penulis dapatkan di lapangan, maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut 1. Rumah makan A tersebut termasuk bisnis waralaba karena karakteristik waralaba telah terpenuhi berdasarkan pasal 3 huruf (a,b,c,d,e,f,) PP No.42 tahun 2007. 9 Arti Kata Ragam, http://kbbi.web.id/ragam Diakses pada 11 januari 2016. 10 Lihat Pasal 1319 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 11 M. Faiz, op.cit, Hlm 7. Ilmu Hukum, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

606 Maulita, et al. Dapat dilihat dari ciri khasu usaha yang terletak pada ragam produk yangd isajikan, memberikan keuntungan dengan pembukaan cabang di seluruh Indonesia, terbukti memiliki standar pelayanan yang termuat dalam standar operasional produk (SOP), adanya hak kekayaan intelektual yang telah didaftarkan yakni merek dari produk tersebut. Karena waralaba dibuat berdasarkan perjanjian maka perjanjian waralaba termasuk kedalam perjanjian innominaat (perjanjian tidak bernama) karena pengaturannya tidak terdapat kedalam jenis perjanjian yang diatur oleh KUHPdt. Mengenai esensi dari perjanjian kerjasama tersebut menurut hemat penulis dirasa kurang tepat, karena penggunaan kata kerjasama yang memiliki nama kurang jelas atau tidak merujuk pada kerjasama apa (spesifik) padahal jika dilihat keseluruhan isi perjanjian nya berisikan klausul yang mirip dengan perjanjian waralaba. tetapi tetap sah menurut hokum. Ini didasarkan pada pasal 1320 mengenai syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dimana ke-4 (empat) syarat tersebut telah terpenuhi. Juga beraitan dengan pasal 1338 KUHpdt mengenai asas kebebasan berkontrak menurut asas ini bahwa semu perjanjian yang dibut secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Mengenai keseragaman rasa yang menjadi jaminan bagi konumen atas terjaganya kualitas produk pun telah dipenuhi oleh rumah makan A ini. Karena di dalam perjanjian kerjasamanya tersebut telah ditentukan mengenai penggunaan bahabahan yang hendak digunakan. Seperti yang tercantum pada Pasal 3 mengenai tanggung jawab pihak pertama, huruf (i): menyediakan dan mengantar ke Malaysia dan Singapura bahan-bahan mentah dan bahan-bahan siap proses yang diperlukan sebagai bumbu dan resep untuk produksi makanan sesuai kebutuhan menu yang telah ditetapkan dengan standar dan kualitas yang dapat menjamin kesamaan rasa hidangan rumah makan A yang asli. F. Saran Rumah makan A sebaiknya menggunakan jenis perjanjian waralaba pada calon penerima waralaba yang berminat pada usahanya tersebut. Karena pengaturan mengenai perjanjian waralaba telah diatur sebagaimana pada BAB III perjanjian waralaba pasal 4 ayat 1 bahwa waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis anatara pemberi waralaba dan penerima waralaba dengan memperhatikan hukum Indonesia. juga mengenai klausulnya tersebut telah dijelaskan oleh pasal 5. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan perjajian waralaba. Mengenai keseragaman rasa dan jaminan kuliats produk dari rumah makan A untuk harus selalu dijaga. Agar rumah makan A tidak kehilangan identitasnya juga konsumen akan selalu merasa puas atas produk yang dibuat oleh Rumah makan A. ini juga berkaitan dengan calon penerima waralaba yang akan membeli produk waralaba tersebut. Daftar Pustaka Buku: Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Persepektif Perbandingan (Bagian Pertama), Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.. Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta, 2010. Karya Ilmiah: M. Faiz Mufidi, Perjanjian Alih Teknologi Dalam Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Volume 3, No.2, Tahun 2017

Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Kerjasama untuk 607 Pengembangan Usaha Nasional Dalam Pengembangan Hukum Ekonomi, Disertasi Doktor, Universitas Padjajaran, Bandung, 2008, Hlm 196 Sumber Lainnya: Arti Kata Ragam, http://kbbi.web.id/ragam Peraturan perundang-undangan : Kitab undang-undang Hukum Perdata Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba Ilmu Hukum, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017