1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan. Manajer pada umumnya harus bijaksana dalam melaporkan laba untuk mencapai tujuan mereka. Pihak manajemen cenderung memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya bersifat jangka pendek (Kusuma dan Sari, 2003). Pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajemen untuk tujuan spesifik itulah yang disebut dengan manajemen laba (Scott, 2000). Informasi laba memiliki peranan yang penting dalam income statement. Informasi laba juga menjadi pusat perhatian investor. Investor jarang memperhatikan prosedur yang digunakan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perhatian investor tertuju pada besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan harus menunjukan laporan keuangan yang baik guna meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat
2 harga saham stabil atau bahkan terus naik. Di Indonesia sekarang ini, saham merupakan salah satu income bagi perusahaan-perusahaan go public. Pada umumnya manajemen laba dapat dibagi menjadi Akuntansi Manajemen Laba (Accounting Earnings Management - AEM) dan Manajemen Laba Rill (Real Earnings Management - REM). Akuntansi manajemen laba berisi suatu pilihan dari metode-metode penilaian persediaan dan penyusutan yang telah disetujui oleh Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK). Penilaian persediaan tertuang dalam PSAK No.14 dan penyusutan asset tetap tertuang dalam PSAK No.17. Manajemen laba rill terdiri dari produksi rill dan keputusan investasi, seperti pengurangan biaya penelitian dan pengembangan yang mempengaruhi penjualan dan beban administrasi. Perhatikan bahwa selama manajer menggunakan kebijaksanaan mereka dalam batas-batas PSAK, kedua manajemen laba tersebut adalah legal. Manajer memiliki beberapa pertimbangan dalam menentukan bagaimana pelaporan keuangan mereka harus agresif dan koservatif. Real earnings management (REM) dan accounting earnings management (AEM) adalah alat yang berguna untuk mengelola laba. Burgstahler dan Dichev (1997) menunjukkan bukti bahwa manajer mengelola laba untuk menghindari kerugian dan mengurangi laba dengan menggunakan manajemen laba rill dan/atau akuntansi manajemen laba. Manajer dapat terlibat dalam berbagai penggunaan pola manajemen laba. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba (income smoothing). Perataan laba merupakan strategi yang sangat popular di kalangan manajemen laba (Scott, 2006). Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa perataan laba dapat terjadi sebagai aktivitas yang yang rasional (Lambert, 1984; Trueman dan
3 Titman, 1988). Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Dari perspektif teori kontrak (contracting theory), manajer yang berperilaku sebagai penolak resiko lebih memillih mengurangi variabel bonus. Akibatnya, manajer mungkin meratakan pelaporan laba dari biaya lembur sehingga menerima kompensasi relatif konstan. Kompensasi yang efisien dapat mengeksploitasi perataan laba ini, dan membenarkan cara mengurangi keinginan manajer untuk mengurangi perataan laba. Pada situasi tertentu, tujuan manajemen kemungkinan berbeda dengan tujuan pemegang saham (pemilik). Dalam perusahaan besar, para pemegang saham terbagi secara menyebar luas. Pada kondisi yang demikian, para pemegang saham hanya memiliki daya kendali yang terbatas terhadap jalannya operasi perusahaan. Ketika pengendalian perusahaan terpisah dari para pemilik, manajemen memiliki kecenderungan tidak selalu bertindak mewakili kepentingan pemilik, melainkan akan bertindak sebagai pemuas melalui pemaksimalan profit yang bersifat jangka pendek dibanding bertindak ke arah maksimalisasi kekayaan para pemegang saham atau nilai perusahaan yang mengarah pada kelangsungan hidup perusahaan. Manajemen akan bertindak lebih pada keamanan dirinya pada tingkat pertumbuhan perusahaan dalam toleransi yang bisa diterima. Dengan kata lain, manajemen akan lebih mengutamakan eksistensinya dibanding pemaksimalan kekayaan pemilik. Menurut Harmono (2009) pemegang saham adalah pemilik dana yang memberikan otoritas pengelolaannya kepada manajemen, dalam hal ini manajemen disebut sebagai agen pemegang saham,
4 memanfaatkan modal yang diberikan pemegang saham untuk dioperasikan dengan baik. Untuk itu, manajemen berkewajiban memberikan informasi kinerja mereka melalui leporan keuangan periodik kepada pemegang saham (principal). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dimana principal menginginkan laba yang tinggi sehingga dapat dialokasikan untuk pembagian deviden, sedangkan agen pun berusaha memenuhi keinginan principal agar dapat memperoleh kompensasi bonus. Oleh sebab itu, agen atau manajemen memiliki motivasi untuk membuat laba terlihat bagus dan stabil setiap tahunnya, untuk memenuhi target ini, creative accounting melalui praktek perataan laba pun dilakukan oleh manajemen (Husnan, dkk:1996). Perkiraan agen (manajer) merupakan penolak resiko dan menggunakan fungsi nya yang terpisah dari waktu ke waktu. Selanjutnya berasumsi bahwa kompensasi nya hanya bergantung pada laba yang dilaporkan setiap periode dan bahwa ketidakteraturan keuntungan didistribusikan secara independen dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, jika kompensasi agen adalah linear atau cekung, ia akan menyesuaikan hasil periode pertama yang sangat tinggi (rendah) ke bawah (ke atas). Perilaku ini sesuai dengan perataan laba. Selain itu, perusahaan dapat meratakan laporan laba bersih untuk tujuan pelaporan eksternal. Perataan laba dapat menyampaikan informasi pribadi ke luar dengan membolehkan perusahaan untuk berkomunikasi dengan mengharapkan laba yang besar. Seperti sebuah perjalanan mobil yang lancar adalah tidak hanya nyaman, tetapi juga meyakinkan penumpang tentang keahlian pengemudi.
5 Graham et al. (2005) melaporkan bahwa 78% manajer akan mengorbankan kecil, sedang, atau besar nilai untuk mencapai perataan laba. Perataan laba merupakan salah satu tindakan bentuk earning management. Perataan laba dapat dilakukan dengan cara melakukan penundaan atau mempercepat pengakuan pendapatan atau beban, atau bisa dengan melakukan perubahan metode akuntansi, dengan catatan, semua perubahan tersebut tidak melanggar aturan-aturan akuntansi yang berlaku. Watt dan Zimmerman (1978) pernah berpendapat dalam bukunya bahwa ukuran perusahaan dianggap sebagai proksi dari political cost, dianggap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku perataan laba. Perusahaan berukuran sedang dan besar memiliki tekanan yang lebih kuat dari stakeholders agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investor, dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan praktek perataan laba. Dalam tulisan ini, saya membahas penggunaan real dan accounting earnings management untuk perataan laba. Real earnings management telah dianggap sebagai alat yang baik untuk perataan laba. Standar akuntansi sebagai instrumen keuangan yang memerlukan manajer untuk mengevaluasi surat berharga dengan harga pasar. Begitu juga standar akuntansi untuk impairment membutuhkan manajer untuk menilai kembali aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud yang mengalami penurunan nilai secara besar. Mungkin sulit bagi manajer untuk menggunakan accounting earnings management untuk mengelola laba. Namun, fakta ini mengarah pada peningkatan real earnings management (Schipper, 2003). Ewert dan Wagenhofer (2005) menemukan bahwa kualitas laba meningkat
6 dengan standar yang lebih ketat, yang membatasi accounting earnings management, tetapi mereka mengidentifikasi beberapa konsekuensi yang mungkin lebih besar daripada manfaat ini. Pertama, manajer meningkatkan biaya dalam real earnings management karena kualitas laba yang lebih tinggi meningkatkan manfaat marjinal atau real earnings management. Kedua, standar akuntansi yang lebih ketat dapat meningkat ketimbang penurunan yang diharapkan accounting earnings management. Sementara berbagai upaya telah dilakukan oleh para peneliti untuk menunjukkan accounting earnings management, sedangkan baru sedikit peneliti yang membahas mengenai real earnings management. Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk membuktikan bahwa kebijakan manajer menggunakan real dan accounting earnings management untuk meratakan pelaporan laba yang dilakukan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang tersebut, maka penulis mengambil penelitian dengan judul Hubungan Antara Real Earnings Management dan Accounting Earnings Management : Perspektif Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka perumusan masalah dalam penilitian ini adalah untuk menyelidiki adanya hubungan antara real earnings management dan accounting earnings management : perspektif perataan laba pada perushaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta.
7 Rumusan masalah ini disusun berdasarkan data sekunder, yaitu laporan keuangan dan annual report yang terdapat di BEI. Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka rumusan penelitian dapat dijabarkan dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah penghasilan tak terduga (unexpected income) mempunyai pengaruh terhadap Real Earnings Management (REM)? 2. Apakah penghasilan tak terduga (unexpected income) mempunyai pengaruh terhadap dan Real Earnings Management (REM) berpengaruh terhadap Accounting Earnings Management (AEM) 3. Apakah terdapat hubungan antara Real Earnings Management dan Accounting Earnings Management. C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh unexpected income terhadap Real Earnings Management b. Untuk mengetahui pengaruh unexpected income dan Real Earnings Management terhadap Accounting Earnings Management terhadap. c. Untuk mengetahui hubungan antara Real Earnings Management dan Accounting Earnings Management dalam perspektif perataan laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
8 2. Kontribusi Penelitian a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan penulis dapat gunakan sebagai penerapan ilmu yang selama ini penulis pelajari ke dalam praktek nyata. b. Bagi Perusahaan Untuk dapat membandingkan antara teori-teori yang diperoleh dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, khususnya mengenai hubungan antara akuntansi manajemen laba dan manajemen laba rill dalam perspektif perataan laba. c. Bagi Fakultas Bermanfaat sebagai salah satu literatur atau bahkan bahan bacaan yang dapat membantu untuk kegiatan belajar atau kepustakaan.