BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB II LANDASAN TEORI. yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pertumbuhan ekonomi dan modernisasi disegala bidang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. simbolik dan sulit untuk dipelajari. Pandangan tersebut muncul dikarenakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika yang Menggunakan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain, salah satunya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian dan prioritas secara optimal dari pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari baik secara langsung dan tidak langsung. Dalam Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. wahana untuk mempersiapkan anak didik menghadapi dunianya di masa depan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

DAFTAR RUJUKAN. Ahmadi, Abu Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berjalan begitu cepat. Pengaruh globalisasi juga menjadikan

Ismarti 1, Raja Rizca Gusfyana 1. Indonesia Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran penuh terhadap hubungan hubungan dan tugas-tugas sosial. kebodohan, keterbelakangan dan kelemahan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut baik secara definisi maupun yang lainnya. Secara luas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak sekali ayat Al-Qur an yang. adalah yang dinyatakan dalam Al-Qur an ayat 39 surah Fathir:

BAB 1 PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia termasuk bangsa Indonesia. Lewat perubahan itu,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan siswa agar dapat memainkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai habis dengan demikian, belajar tuntas semestinya terarah pada upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas sebagai manusia yang hidup di tengah manusia yang lain dan. untuk menjadikan hidupnya lebih bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya teknik informatika akan mempermudah aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan makna dan prinsip kerja yang ditempuh serta dari data yang

ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapakan pendidikan karena manusia mempunyai kelebihan dan titik

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Harapan dari pendidikan paling mendasar yaitu membebaskan buta. huruf, kebodohan, keterbelakangan dan kelemahan 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi. Diajukan Oleh: Errys Dwi Susilo

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang harus dipelajari disetiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu interaksi manusiawi (human interaction)

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. siswa mampu menyelesaikan semua persoalan-persoalan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas kegiatan belajar tersebut bergantung pada tingkat kerumitanan jenis

Perbedaan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Tipe NHT dan Tipe TPS Pada Materi Pecahan

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE NHT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. awalnya tidak berkompeten akan menjadi manusia yang lebih berkompeten dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagian besar dari proses perkembangan manusia berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai anggota masyarakat dalam suatu Negara. Tujuan pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya merupakan interaksi pendidik (guru) dengan siswa (siswa) untuk

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kunci dari suatu kehidupan didunia. Karena tanpa pendidikan manusia akan mudah digoyahkan oleh dunia. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang, karena pendidikannya yang kurang. 1 Banyak sekali rakyat Indonesia yang tidak melanjutkan sekolah sampai jenjang yang tertinggi. Karena masyarakat Indonesia kebanyakan berfikir pendidikan yang tinggi tidak penting, yang penting kerja dan menjadi orang sukses. Padahal pendidikan adalah suatu hal terpenting dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22. ان ش ر الد وآ ب ع ن د للا الص م ال ب ك م ال ذ ي ن ل يع ق ل و ن ) ۲۲ ) Artinya: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apaapapun. 2 Sesuai ayat Al-Qur an diatas, bahwasanya seseorang diharapkan untuk mengejar pendidikan. Karena pendidikan paling tidak mampu membebaskan masyarakat dari belenggu paling mendasar, yaitu buta 1 Ratna Sukmayani, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs kelas IX, (Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal.5 2 Soenarjo, Al-Qur an dan terjemahan, (Jakarta: t.p.,1971), hal.263 1

2 huruf, kebodohan, keterbelakangan, dan kelemahan. 3 Pengertian pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar yang dilaksanakan secara teratur dan berencana untuk menyiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan baik berupa bimbingan pengajaran maupun latihan agar peserta didik dapat berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 4 Sedangkan menurut Mudyahardjo dalam Filsafat Pendidikan Suparlan Suhartono pendidikan itu berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa kanak-kanak, remaja dan dewasa, menurut jenjang pra sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dan perguruan tinggi. 5 Melihat pernyataan diatas bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa dengan cara siswa harus lebih aktif dari gurunya. Sehingga dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator siswa, yang lebih berperan dalam pembelajaran adalah siswa. Namun masih banyak guru yang lebih aktif dari pada siswanya. Apalagi dalam hal pembelajaran matematika. Seorang siswa harus lebih lebih aktif untuk bertanya dan menanggapi teori-teori yang ada. Karena matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas, sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang matematika berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, 3 Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2012), hal.20 4 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogjakarta: Teras, 2009), hal.76 5 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 88

3 dan pengalaman masing-masing. 6 Sehingga definisi matematika itu akan terus mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan zaman. Nasution dalam Fathani mengatakan bahwa istilah matematika berasal dari kata yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah-sekolah dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya. Sampai saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membingungkan. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika, padahal matematika diajarkan diseluruh jenjang sekolah. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, seorang guru harus menyediakan dan mempersiapkan fasilitas belajar yang memadai agar siswa menjadi senang dan mempunyai minat untuk belajar matematika. Karena ilmu matematika dapat digunakan untuk menghadapi perubahan dan perkembangan zaman. Pada dasarnya belajar matematika itu adalah belajar konsep, oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep 2012), hal. 5 6 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

4 matematika tersebut. Dengan demikian seorang guru semestinya tidak keliru dalam menanamkan konsep-konsep matematika kepada siswanya, sebab sekali konsep matematika keliru diterima siswa, sangat sulit untuk mengubah pengertian yang keliru tersebut. Ini berarti matematika bersifat sangat abstrak, yaitu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak dan penalarannya deduktif. Begle menyatakan bahwa sasaran atau objek penelaahan matematika adalah fakta konsep, operasi dan prinsip. 7 Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masing banyak seorang siswa yang kurang dalam memahami suatu konsep matematika. Karena kurangnya penanaman konsep yang baik dalam sistem belajar mengajar. Pemahaman konsep adalah pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Kegiatan terjadinya proses belajar mengajar akan menentukan hasil belajar seseorang. Rendahnya hasil belajar siswa bukan hanya disebabkan dari siswa itu sendiri, tetapi motivasi belajar dan proses belajar yang kurang sesuai. Kurangnya interaksi antar siswa dengan guru juga sangat memengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu kerjasama antar guru dan siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran matematika agar siswa menyukai matematika sehingga dapat memahami konsep matematika dengan baik. Sehingga berakibat pula pada hasil belajar matematika yang kurang baik. 7 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), hal. 35

5 Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam pembelajaran matematika harus digunakan model, metode, strategi, pendekatan yang sesuai. Agar pembelajarannya bisa mencapai hasil yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk pengajaran matematika. Karena model pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. 8 Selain itu pembelajaran kooperatif ini adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5. 9 Sehingga pembelajaran ini dilakukan untuk mengolah potensi-potensi yang telah dimiliki oleh seorang siswa. Model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk mengarahkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. 10 Ada beberapa banyak model-model pembelajaran kooperatif. Namun, peneliti ingin menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Make a Match. Karena model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki tujuan untuk mendorong siswa berfikir dalam suatu tim dan berani tampil mandiri. 11 Sedangkan model pembelajaran Maka a Match memiliki tujuan siswa dapat mencari 8 Rusman,Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 201 9 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 62 10 Rusman,Model-model Pembelajaran..., hal. 210 11 Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 216

6 pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik. 12 Sehingga kedua tipe pembelajaran kooperatif ini sama-sama memiliki tujuan yang baik untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui peran model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Make a Match. Oleh karena itu peneliti melakukan pengkajian secara teoritis maupun praktis permasalahan dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tunggangri Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah di atas, maka dipaparkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri? 2. Bagaimana hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads 12 Rusman,Model-model Pembelajaran..., hal. 223

7 Together (NHT) dengan Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri. 2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri.

8 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. 13 Adapun hipotesis yang peneliti ajukan sebagai berikut: Ada perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri. E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini sebagai sumbangan khazanah ilmiah tentang perdedaan hasil belajar matematika menggunakan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada siswa kelas VIII MTs Negeri Tunggangri. 2. Secara Praktis a) Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pengajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Agar lebih mudah dalam memberikan ilmu kepada siswa. 13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 96

9 b) Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu juga dapat mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran. c) Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih motivasi dan kreatifitas siswa dalam belajar. Sehingga memperoleh pengetahuan yang baru dan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik dan berkualitas. d) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match. e) Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan serta tambahan ilmu pengetahuan dalam pembuatan skripsi selanjutnya.

10 F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Lokasi penelitian ini adalah MTs Negeri Tunggangri, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Dengan sampel kelas VIII F dan VIII G yang berada gedung sekolah bagian barat. Penelitian dengan judul perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Tunggangri tahun ajaran 2015/2016, dapat diidentifikasi sebagai berikut: a) Hasil belajar matematika siswa yang menggunalan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match. b) Tingkat hasil belajar siswa terhadap materi keliling dan luas lingkaran. 2. Keterbatasan Penelitian Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada: a) Penelitian dilakukan di semester genap tahun ajaran 2015/2016. Hal ini disesuaikan dengan masa penelitian yang disediakan oleh lembaga sekolah. b) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII F dan VIII G di MTs Negeri Tunggangri.

11 c) Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match. d) Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah lingkaran (keliling dan luas lingkaran) e) Hasil belajar matematika dibatasi pada penilaian post test kognitif serta peneliti menerapkan perlakuan. G. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman maka perlu dijelaskan beberapa istilah pada skripsi ini: 1. Penegasan Konseptual a) Hasil belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. 14 b) Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. 15 c) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 14 Purwanto,evaluasi hasil belajar,(yogyakarta:pustaka Pelajar,2009),Hal.39 15 Erman Suherman et.all, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), hal. 17

12 terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 16 d) Numbered Heads Together (NHT) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif trehadap struktur kelas tradisional. 17 e) Make a Match adalah jenis pembelajaran kooperatif yang siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. 18 2. Penegasan Operasional Perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match pada kelas VIII MTs Negeri Tunggangri dengan pokok bahasan keliling dan luas lingkaran. Numbered Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif trehadap struktur kelas tradisional. 19 Sedangkan Make a Match adalah jenis pembelajaran kooperatif yang siswa disuruh mencari pasangan kartu yang 16 Rusman, Model-model Pembelajaran..., hal. 202 17 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,(Jakarta:Prestasi Pustaka,2007), hal.62 18 Rusman, Model-model Pembelajaran..., hal. 223 19 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif..., hal.62

13 merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. 20 Para guru menggunakan model pembelajaran kooperatif ini bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 21 Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian komparasi dan eksperimen. Populasinya seluruh kelas VIII MTs Negeri Tunggangri yang berjumlah 396 dengan sampel kelas VIII F dan VIII G yang berjumlah 81. Pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling ciri-ciri sampel sudah diketahui sebelumnya yaitu kemampuannya sama atau homogen. Dengan teknik pengumpulan data observasi, test dan dokumentasi. Setelah data hasil post test terkumpul diuji menggunakan uji t-test. Selanjutnya akan diketahui perbedaan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match. H. Sistematika Penelitian Skripsi ini terdiri dari enam bab, yang masing-masing bab memuat pokok pikiran tersendiri, namun tetap berhubungan antara bab satu dengan lainnya. kelima bab tersebut memiliki sub bab sebagai berikut: 20 Rusman, Model-model Pembelajaran..., hal. 223 21 Ibid., hal. 202

14 BAB I Pendahuluan: yang didalamnya membahas secara singkat skripsi ini dan membawa pembaca untuk mengetahui garis-garis besar yang ada didalamnya, yang memuat: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah dan sistematika penelitian. BAB II Landasan Teori: yang didalamnya membahas teori-teori dari beberapa sumber yang berhubungan dengan skripsi ini meliputi: landasan berisi hakikat matematika, belajar mengajar matematika, model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Make a Match, penelitian terdahulu dan kerangka berfikir. BAB III Metode Penelitian: bab ini membahas rancangan penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, kisikisi instrumen penelitian, instrumen penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV Hasil Penelitian: dalam bab ini membahas deskripsi data dan pengujian hipotesis. BAB V Pembahasan: dalam bab ini berisi pembahasan rumusan masalah I, pembahasan rumusan masalah II, pembahasan rumusan masalah III. BAB VI Penutup: bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.