I. PENDAHULUAN. berbagai suku, agama, ras dan golongan. Perbedaan-perbedaan pandangan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian adalah menjaga keamanan, sedangkan menjaga ketertiban

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

I. PENDAHULUAN. lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 7 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM TERPADU GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. persamaan perlakuan (equal treatment). Berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Hukum acara pidana merupakan perangkat hukum pidana yang mengatur tata cara

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

I. PENDAHULUAN. ini dibutuhkan agar masyarakat memiliki kesadaran agar tertib dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi tiap-tiap warga negaranya.

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH LAMPUNG DIREKTORAT PEMBINAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak

I. PENDAHULUAN. kepengurusan dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

I. PENDAHULUAN. dengan tindakan ancaman dan kekerasan. Perkosaan sebagai salah satu bentuk kejahatan yang

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. kondisi sosial budaya dan politik suatu negara berkembang untuk menuju sistem

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Way Panji yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara majemuk, dalam artian bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Perbedaan-perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat di selesaikan jika kita semua memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu pandangan lebih kuat dari pandangan lain. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut sering kali menimbulkan gesekan-gesekan sosial oleh adanya seluruh kepentingan masyarakat agar tetap berintegrasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Permasalahan konflik sosial di Indonesia merupakan fenomena yang tidak asing lagi dan menyita perhatian publik karena wujudnya yang sebagian besar telah mengarah pada suatu kekerasan sosial dan telah meluas pada berbagai lapisan masyarakat. Pada umumnya konflik diakibatkan oleh perbedaan pendapat, pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Setiap individu dalam masyarakat memiliki perspektif yang berbeda tentang hidup dan masalah-masalahnya. Perbedaan perspektif tersebut disebabkan karena masing-masing kita memiliki sejarah dan karakter yang unik, dilahirkan dalam cara hidup tertentu serta masing-masing kita memiliki nilai-nilai yang memandu pikiran dan perilaku yang memotivasi kita untuk mengambil tindakan tertentu dan menolak tindakan lainnya.

2 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, konflik sosial (disebut juga konflik) didefinisikan sebagai perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidak amanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional. The American Heritage Dictionary of The English language, mendefinisikan konsep Polisi sebagai berikut: 1.a. Agovermental department established to maintain order, enforce the law, and detect crime, b. (take pl.v). The members of such a department. Dalam terjemahan bebas terutama no 1.a. Polisi adalah sebuah Departemen Pemerintahan yang didirikan untuk memelihara keteraturan serta ketertiban dalam masyarakat, menegakkan hukum, dan mendekteksi kejahatan serta mencegah terjadinya kejahatan. 1 Tugas utama Kepolisian menjaga keteraturan keamanan dan ketertiban masyarakat agar masyarakat tetap berada pada koridor tatanan masyarakat tersebut. Untuk menjaga agar tetap terjaganya tatanan masyarakat maka pihak Kepolisian harus bergaul dan hidup bermasyarakat di tempat satuan wilayah dia bertugas.dalam hal ini fungsi Kepolisian dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan diatas adalah lingkungan perkotaan baik pada tingkat satuan tugas sektoral (Polsek) maupun satuan tugas kota (Polres). 2 Wilayah baik Resor (Kota) maupun Sektor (Kecamatan) hubu ngan antara Polisi dan Masyarakat saling mempengaruhi dan membutuhkan, atau lebih tepatnya 1 Houghton Mifflin Company, The American Heritage Dictionary of The English language, http://www.thefreedictionary.com Diakses pada tanggal 23 Maret 2015. 2 Parsudi Suparlan, Ilmu Kepolisian, Jakarta: YPKIK, 2008, hlm.57.

3 keberadaan Polisi dalam kehidupan masyarakat adalah fungsional dalam hidup bermasyarakat. Sehingga Polisi mengetahui akan perubahan kehidupan masyarakat, perubahan nilai nilai hidup masyarakat tersebut. Karena dengan cepatnya pihak Kepolisian mengetahui perubahan akan tata nilai kehidupan masyarakat, yang akan menyebabkan pula perubahan nilai nilai budaya yang menyebabkan efek samping, maka pihak kepolisian dapat cepat menangkalnya. Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Lampung menyepakati pentingnya rembug pekon sebagai wadah untuk menanggulangi dan mengatasi konflik horizontal di Lampung. Forum rembug pekon ini terdiri dari kepala pekon (desa) atau lurah, ketua adat, tokoh pemuda dan agama, badan pembinaan desa dari unsur TNI, serta badan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dari unsur Polri. Kegiatan rembug pekon dilakukan untuk mencegah maraknya konflik komunal di Lampung seperti terjadi pada 2012. Pada tahun lalu, konflik bertubi-tubi terjadi di Lampung Selatan, Mesuji, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan lain-lain. Pelaksanaan sebagaimana dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, pada Pasal 13 dinyatakan Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat. Penjelasan Pasal 13 di rumuskan sebagai berikut: Rumusan tugas pokok bukan merupakan urutan, ketiga-tiganya sama penting. Sedangkan dalam pelaksanaannya tugas pokok mana yang akan dikedepankan tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang akan dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan, di samping itu dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan

4 norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Berdasarkan prasurvei, sebanyak 2.329 permasalahan di Lampung berhasil diselesaikan melalui rembug pekon pada 2014, pada tahun sebelumnya, ada 1.606 permasalahan disharmoni yang muncul di tingkat akar rumput diselesaikan secara tuntas sebelum meluas dan menjadi persoalan besar. Rembug pekon melibatkan babinkamtibmas, babinsa, kepala desa/kelurahan, dan masyarakat. 3 Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti tentang Peran Kepolisian dalam Melaksanakan Rembug Pekon Sebagai Penyelesaian Konflik Sosial dalam Masyarakat. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan masalah dimaksudkan untuk lebih menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga dapat ditentukan suatu pemecahan masalah yang tepat dan mencapai tujuan atau sasaran sesuai yang dikehendaki. Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah peran polisi dalam pelaksanaan rembug pekon untuk menyelesaikan konflik sosial masyarakat? 2. Bagaimanakah Implementasi rembug pekon dalam menyelesaikan konflik sosial di masyarakat? 3 Adi, Rembug Pekon Selesaikan 2.329 Masalah, www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung /75770-rembug-pekon-selesaikan-2329-masalah Diakses pada tanggal 23 Maret 2015.

5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dalam penelitian ini, yaitu: a. Untuk mengetahui tentang Implementasi rembug pekon dalam menyelesaikan konflik sosial di masyarakat. b. Untuk mengetahui peran polisi dalam pelaksanakan rembug pekon untuk menyelesaikan konflik sosial masyarakat. 2. Kegunaan Penelitian ini, yaitu a. Kegunaan secara teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca serta menjadi acuan untuk penelitian berikutnya yang membahas lebih dalam mengenai peran kepolisisan dalam melaksanakan Rembug Pekon sebagai penyelesaian konflik sosial dalam masyarakat. b. Kegunaan secara praktis yaitu hasli penelitian ini dapat memberikan informasi pemikirian dan pertimbangan bagi penegak hukum dan pemerintah dalam menangani konflik sosial dalam masyarakat dengan rembug pekon. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berguna untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 4 4 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Bumi Aksara, 1983, hlm. 25.

6 Teori peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa. Ada beberapa teori tentang peran menurut Soerjono Soekanto 5 : a. Peranan Normatif Merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan normatif adalah peranan yang dilakukan oleh seorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. b. Peranan Ideal Peranan ideal adalah peranan yang dilakukan oleh seseorag atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem. c. Peranan Faktual Peranan faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata. Permasalahan kedua dalam hal menjawabnya digunakan berdasarkan: Keputusan kepala kepolsian negara republik indonesia Nomor : kep/618/vii/2014 tentang Buku Pintar Bhabinkamtibmas Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Terdapat dalam point 8 tentang kegiatan dalam kejadian peristiwa menonjol yaitu pada point B tentang konflik sosial. 1 Pra konflik a) Memelihara kondisi damai dalam masyarakat dengan cara: - Mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing; - Menghormati perbedaan suku, bahasa, dan adat istiadat antar warga; - Menghargai hak, pendapat, dan kebebasan orang lain; 5 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung: Bina Cipta, 1980, hlm. 220.

7 - Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa; - Menghormati hak atas kepemilikan orang/pihak lain yang dijamin dan dilindungi undang-undang; - Mengembangkan komunikasi lintas budaya, suku, dan agama dalam bentuk forum atau kegiatan sosial bersama; - Mengembangkan sikap saling gotong royong dalam berbagai kegiatan walaupun dalam kelompok yang berbeda; - Menumbuhkembangkan sikap rasa kesetiakawanan sosial dan saling membantu terhadap sesama yang memerlukan bantuan/terkena musibah. b) Mengembangkan sistim penyelesaian perselisihan secara damai melalui musyawarah untuk mufakat dengan tidak melanggar hukum (alternative dispute resulution); c) Meredam potensi konflik, dengan cara; - Memaafkan forum diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalaham dengan melibatkan tomas, toga, todat, dan toda; - Membangun kemitraan dengan berbagai komunitas dalam masyarakat melalui penerapan polmas guna mengeliminir potensi konflik; - Melaporkam kepada pimpinan agar pelanggaran hukum yang terjadi di desa/kelurahan tempatnya bertugas diproses hukum secara tegas non diskriminatif serta menghormati hak azasi manusia.

8 d) Membangun sistem peringatan dini konflik - Mencatat dan melaporkan kepada pimpinan apabila ada organisasi/lsm yang mencurigakan dan memperkeruh/mendorong terjadinya konflik; - Membangun komunikasi yang intensif melalui jejaring sosial guna memperluas jaringan informasi; - Meningkatkan sambang kampung. 2 Saat konflik a) Menghentikan konflik melalui mediasi para pihak dengan mengikutsertakan peran adat/pranata sosial; b) Dalam hal mediasi belum mencapai kesepakatan, melakukan negoisasi untuk mendapatkan hasil yang diharpakan (perdamaian); c) Dalam hal negoisasi tidak mencapai hasil, menghimbau kepada para pihak yang berkonflik untuk menahan diri dan tidak melakukan perbuatan/tindakan yang melanggar hukum; d) Apabila imbauan tidak dipatuhi dan kekerasan mulai terjadi, melapor dan memohon kepada pimpinan untuk mengeluarkan maklumat kepada masyarkat yang berisi peringatan atau ultimatum untuk menghentikan aksi kekerasan; e) Menyebarluaskan maklumat kepada masyarakat dan bersama dengan pasukan dari satuan atas menghentikan aksi kekerasan yang terjadi. 3 Pasca konflik a) Melakukan kegiatan rekonsiliasi meliputi:

9 - Mediasi perundingan damai secara permanen dengan mengajak para pihak yang berperan dalam konflik untuk berdamai dan merumuskan butir-butir kesepakatan perdamaian dengan melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh yang diterima para pihak yang berkonflik; - Menfasilitasi pemberian resitusi baik yang dilakukan pemerintah, pemda, ataupun pihak lain; b) Melakukan kegiatan rehabilitasi meliputi: - Pemulihan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat melalui kegiatan pengawasan dan pengamanan di tempat konflik, melakukan kegiatan sambang kepada para pihak berkonflik, dan meningkatkan kegiatan Polmas di tempat konflik; - Melakukan kegiatan bakti sosial dan kesehatan di tempat konflik; - -Memperbanyak kegiatan simpatik melalui acara kesenian, keagamaan, kerja bakti, olah raga bersama, dan kegiatan sosialnya; - Membantu proses pengembalian dan pemulihan asset korban konflik. 6 2. Kerangka Konseptual a. Peran adalah perilaku menjalankan kewajiban dan menuntut hak yang melekat pada status atau seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. 7 b. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 8 6 Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : Kep/618/VII/2014 tentang Buku Pintar Bhabinkamtibmas Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, hlm. 11-13. 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002: Hlm. 243. 8 Setiawan Widagdo, Kamus Hukum, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012, Hlm. 334.

10 c. Rembug pekon adalah suatu wadah dimana tempat berkumpulnya masyarakat dan pemerintah pada lini terdepan untuk menyelesaikan permasalahan guna mencari solusi dengan jalan musyawarah dan mufakat. 9 d. Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. 10 e. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 11 E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang berisi yaitu Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Teoritis dan Konseptual, serta Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka yang berisi yaitu Tinjauan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Konflik Sosial, Rembug Pekon dan Fenomena Konflik Sosial yang terjadi di Provinsi Lampung. 9 Polda Lampung, Rembug Pekon/Desa/Kelurahan dalam Mewujudkan Pembangunan dan Keamanan di Provinsi Lampung, Bandar Lampung: Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Lampung, 2013, Hlm. 3. 10 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial 11 Setiawan Widagdo, Op.Cit., Hlm. 279.

11 BAB III Metode Penelitian yang terdiri dari Jenis dan Tipe Penelitian, Pendekatan Masalah, Data dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Metode Pengelolahan Data, dan Analisis Data. BAB IV Pembahasan yang berisi Implementasi Rembug Pekon dalam menyelesaikan konflik sosial di masyarakat, dan Peran Polisi dalam pelaksanaan Rembug Pekon untuk menyelesaikan Konflik Sosial di Masyarakat. BAB V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.