BAB III LANDASAN TEORI. kimia) satu sama lain dan dari bahan bahan organik yang telah melapuk (yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Faktor yang sangat penting dalam menentukan suatu konstruksi bangunan

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

PENGARUH SAMPAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN KOLOM KAPUR DENGAN VARIASI JARAK PENGAMBILAN SAMPEL

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK MEKANIS TANAH KEMBANG SUSUT YANG DISTABILISASI DENGAN LIMBAH MARMER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membangun suatu jalan, tanah dasar merupakan bagian yang sangat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK

Modul (MEKANIKA TANAH I)

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

air tanah (drainase tanah), mengganti tanah yang buruk.

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Uraian Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PENGARUH BAHAN CAMPURAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KONSOLIDASI SEKUNDER PADA LEMPUNG EKSPANSIF

PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

PENGARUH PENCAMPURAN TRAS DAN KAPUR PADA LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI DAYA DUKUNG

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

I. PENDAHULUAN. tanah memiliki kondisi yang ideal. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang. memiliki kuat dukung dan sifat tanah yang buruk.

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tanah Tanah menurut Braja M.Das didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah pada umumnya dapat berupa kerikil, pasir, lanau, atau lempung tergantung dari partikel tanah yang paling mendominasi. 3.2. Tanah Lempung Tanah lempung didefinisikan sebagai tanah dengan ukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas (Terzaghi,1987). Tanah lempung juga memiliki sifat permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, sangat kohesif, memiliki sifar kembang susut yang tinggi, proses konsolidasi yang lambat, dan memiliki ukuran lebih kecil dari 0,002 mm (Hardiyatmo, 1999). Tanah lempung juga dapat diklasifikasikan menurut kadar airnya (Braja M.Das, 1985) seperti pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan Kadar Air Tanah Tipe Lempung Kadar air, w (%) Kaku 21 Lembek 30 50 Lunak 90 120 8

9 3.3. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan sifat dan karakteristik tanah, tanah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis golongan tanah. Secara umum tanah diklasifikasikan berdasarkan tekstur tanah yang dipengaruhi oleh ukuran butir yang terkandung dalam tanah. Dari ukuran butir tanah tersebut tanah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kerikil, pasir, lanau dan lempung. Salah satu jenis tanah yang sering dijumpai adalah jenis tanah lempung. Untuk lebih tepat dalam menentukan jenis tanah maka dilakukan berbagai metode pengklasifikasian tanah. Salah satu metode yang sering dipakai dalam mengklasifikasikan tanah adalah metode USCS ( Unified Soil Classification System ) yang diperkenalkan oleh Cassagrande pada tahun 1942. Sistem klasifikasi tanah ini membagi tanah menjadi dua kelompok besar yaitu : 1. Tanah berbutir kasar, yaitu tanah yang kurang dari 50% berat contoh total tanah yang lolos dari ayakan No. 200. Tanah ini terbagi dari kerikil dengan simbol (G) dan pasir dengan simbol (S). 2. Tanah berbutir halus, yaitu tanah yang lebih dari 50% berat contoh total tanah yang lolos dari ayakan No. 200. Tanah ini terbagi dari lanau dengan simbol (M), lempung dengan simbol (C) dan lanau organik dengan simbol (O).

10 Selain itu sistem ini memiliki simbol simbol lain antara lain : W P = Tanah dengan gradasi baik (well graded) = Tanah dengan gradasi buruk (poorly graded) L = Tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity) (LL < 50%) H = Tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity) (LL > 50%) Untuk dapat menggunakan klasifikasi ini maka diperlukan faktor faktor berikut : 1. Persentase ukuran butir yang lolos saringan No. 200 2. Persentase ukuran butir yang lolos saringan No. 40 3. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40 Faktor faktor yang didapat dimasukkan kedalam grafik dan tabel seperti pada Gambar berikut (sumber Braja M.Das) Gambar 3.1 Grafik Hubungan Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI)

11 (Sumber Braja M.Das) Gambar 3.2 Kriteria untuk Penentuan Simbol Menurut USCS (Sumber : Braja M.Das) Gambar 3.3 Bagan Alur Penentuan Jenis Tanah Menurut USCS

12 3.4. Pondasi Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau bebatuan yang berada dibawahnya (Hardiyatmo, 1996). Dalam klasifikasinya, pondasi dibagi menjadi dua yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Menurut Terzaghi, pondasi yang termasuk kategori pondasi dangkal adalah jika kedalaman dari pondasi (Df) kurang atau sama dengan lebar pondasi (b). Contohnya adalah pondasi memanjang, pondasi telapak, pondasi rakit seperti pada Gambar 3.4 berikut (Sumber : Hardiyatmo, 1996) Gambar 3.4 Macam-Macam Pondasi Dangkal 3.5. Distribusi Tegangan Dalam Tanah Berbagai cara telah digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban pondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai banding z/b bertambah. Maka dari itu Boussinesq mengusulkan salah satu pendekatan kasar yang sederhana untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban yang berada dipermukaan. Caranya adalah dengaan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 Vertikal : 1 Horizontal) yang diperlihatkan di Gambar 3.5 (Hardiyatmo, 2002).

13 Gambar 3.5 Distribusi Tegangan Tanah dengan Cara Pendekatan 3.6. Penurunan Tanah Ada beberapa terjadinya penurunan yang diakibatkan beban yang berada di permukaan, antara lain : 1. Kerusakan akibat defleksi yang besar pada pondasi, kerusakan ini umu terjadi pada pondasi dalam. 2. Distorsi pada tanah pendukungnya ( shear distorsion ) dari tanah itu sendiri. 3. Keruntuhan geser akibat terlampauinya daya dukung sehingga akan mengakibatkan penurunan sebagian ( different settlement ) atau keseluruhan pada seluruh bangunan. 4. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori. Pada penurunan tanah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :

14 1. Immediate Settlement (Penurunan seketika), yang diakibatkan dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air. Penurunan ini biasanya terjadi ketika masa konstruksi berlangsung. 2. Primary Consolidation Settlement (Penurunan konsolidasi primer), yaitu penurunan yang disebabkan perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Penurunan ini pada umunyaa terjadi pada lapisan tanah kohesif (clay/lempung). 3. Secondary Consolidation Settlement (Penurunan konsolidasi sekunder), yaitu penurunan yang terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah. 3.7. Perbaikan Tanah Perbaikan tanah dimaksudkan untuk melakukan suatu upaya terhadap tanah yang memiliki karakteristik teknis yang bermutu rendah menjadi material yang layak digunakan sebagai material konstruksi (mempunyai karakteristik teknis yang lebih baik). Dari perbaikan tanah ini dapat dibagi menjadi beberapa tipe perbaikan tanah antara lain : 1. Perbaikan secara mekanis. Yaitu upaya yang digunakan untuk meningkatkan kepadatan tanah dengan menggunakan gaya mekanis eksternal dalam jangka waktu yang singkat.

15 Contoh : pennggunaan roller, teknik vibrasi, kompaksi dalam 2. Perbaikan tanah secara kimiawi. Yaitu menggunakan tambahan zat adiktif yang dicampurkan dengan material tanah sehingga terjadi reaksi kimia yang mengarah kepada terbentuknya material yang mempunyai spesifikasi teknis yang lebih baik. Contoh : penambahan kapur pada tanah ekspansif yang dapat mereduksi sifat kembang susut tanah. 3. Perbaikan tanah dengan cara menyisipkan perkuatan dalam lapisan tanah. Teknik ini pada intinya serupa dengan dengan penyisipan tulangan baja pada mortar beton. Dengan menyisipkan material perkuatan (seperti: geosintetik, steel bar, steel mesh), akan terbentuk material yang kuat terhadap tarik dan tekan. 4. Perbaikan tanah secara hidrolik. Perbaikan tanah ini pada prinsipnya mengeluarkan air pori dari dalam tanah melalui drainase atau sumur. 3.8. Perbaikan Tanah dengan Menambah Bahan Tambah Di dalam upaya untuk menstabilisasi tanah dengan mengubah sifat-sifat plastisitas, kompresibilitas dan permeabilitas tanah dengan menggunakan bahan tambahan tertentu, dimaksudkan agar dapat menjaga kadar air tanah tetap rendah sehingga kekuatan tanah tetap terjaga. Menurut Bowles (1989) tidak ada bahan

16 tambah yang dapat membuat tanah menjadi total kedap air, sehingga air tidak menembus tanah yang telah terstabilisasi tetapi tergantung dari tingkat kepadatan dan seberapa besar pengurangan tingkat permeabilitas pada tanah tersebut yang membuat tanah tersebut seolah kedap air. 3.8.1 Kapur Salah satu bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan untuk perbaikan tanah adalah menggunakan kapur. Secara umum diketahui bahwa dengan menambah kapur pada tanah lunak akan mengurangi plastisitas tanah dan potensi kembang susut (swelling). Menurut Sherwood (1993), kapur dapat memliki senyawa kimia yan berbeda antara lain a. Kalsium Oksida (CaO), disebut juga kapur tohor (quick lime) b. Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] disebut juga kapur padam (slaked lime) atau kapur terhidrasi (hidrat lime). c. Kalsium Karbonat (CaCO3) disebut juga batu gamping. Dari ketiga senyawa kapur tersebut, hanya kapur tohor dan kapur padam yang dapat bereaksi dengan tanah dengan membentuk reaksi kimia yang kompleks. Keduanya dapat dimasukkan kedalam tanah dengan bentuk padat atau dicampur air terlebih dahulu dalam bentuk bubur atau lumpur.

17 3.8.2 Abu Serabut Kelapa Selain menggunakan kapur, dapat juga digunakan bahan lain sebagai bahan campuran perbaikan tanah. Bahan itu adalah ampas tebu, sekam padi maupun serabut kelapa yang dibakar terlebih dahulu hingga menghasilkan abu. Alexander (2003) melakukan pengujian mengenai abu serabut kelapa dan memperoleh komposisi senyawa abu serabut kelapa (dalam satuan persen berat) yang terdiri dari SiO2 sebanyak 42,98 %, Al 2,26 %, Fe 1,16 %. Hasil penelitian silikon oksida yang terdapat di abu serabut kelapa dapat bersifat reaktif yang memungkinkan bereaksi secara kimia dengan Ca(OH)2 atau kapur bebas. Reaksi yang dihasilkan berupa Ca(OH)2 + SiO2 C-S-H Yang menghasilkan senyawa C-S-H yang merupakan senyawa berbentuk gel yang tersegmentasi dan mampu mengikat partikel-partikel tanah dan tidak mudah larut dalam air (Muntahar, A.S, 2000). 3.8.3 Plastik Menurut Mujiarto (2005) plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat sifat unik yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Polimer yang memiliki sifat seragam akan menjadi homopolimer dan yang beragam menjadi kopolimer. Sampah plastik yang ditemukan dalam kehidupan sehari hari menurut Hartono (1998) dapat diklasifikasikaan menjadi beberapa jenis antara lain : 1. Polyethylene Terephthalate (PET, PETE), PET bersifat transparan, jernih, dan kuat. Biasanya dipergunakan sebagai botol minuman (air

18 mineral, jus, soft drink, minuman olah raga) tetapi tidak untuk air hangat atau panas. 2. High Density Polyethylene (HDPE). HDPE dapat digunakan untuk membuat berbagai macam tipe botol. Hasil daur ulangnya dapat digunakan sebagai kemasan produk non-pangan seperti shampo, kondisioner, pipa, ember, dll. 3. Polyvinyl Chloride (PVC), memiliki karakter fisik yang stabil dan tahan terhadap bahan kimia, pengaruh cuaca, aliran, dan sifat elektrik. Bahan ini paling sulit untuk didaur ulang dan biasa digunakan untuk pipa dan kontruksi bangunan. 4. Low Density Polyethylene (LDPE) biasa disebut kantong gula pasir yang banyak dipakai untuk tutup plastik, kantong/tas kresek dan plastik tipis lainnya. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus pandang biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek (madu, mustard). 5. Polystyrene (PS) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum yang sekali pakai, tempat kaset CD, karton tempat telor, dll. 6. PP (Polypropylene) yaitu jenis plastik memiliki logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya,serta tulisan PP di bawah segitiga. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.

19 7. Other Plastik yang menggunakan kode ini terbuat dari resin yang tidak termasuk enam golongan yang lainnya, atau terbuat dari lebih dari satu jenis resin dan digunakan dalam kombinasi multi layer. Jenis golongan plastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis golongan LDPE (Low Density Polyethylene) yaitu berupa kantong plastik/tas kresek dan sering menjadi limbah sampah. Dengan memiliki sifat tidak mudah terurai dan serta memiliki kuat tarik yang tinggi plastik dapat digunakan sebagai bahan perkuatan tanah (Sazuatmo, 2011).