BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah dilaksanakan dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada di daerah. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga semakin rumit terutama dalam penyajian laporan keuangan. Di dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya membutuhkan peralatan dan sarana-sarana yang mendukung

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan dan sarana pendukung lainnya untuk memperlancar pekerjaan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya harus ditunjang

aktiva tetap sampai dengan aktiva tersebut siap untuk digunakan.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang penelitian. Dimulai ketika runtuhnya orde baru dan dimulainya era reformasi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga keberadaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

GHUFRON ISMAWAN B

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap perusahaan membutuhkan aktiva tetap, baik aktiva tetap berwujud

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan tentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai. tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. maupun berskala kecil. Oleh karena itu aktiva tetap sebagai modal awal hampir tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan

ANALISIS AKUNTANSI ASET TETAP PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANJUNGPINANG BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO.

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar dalam. memperoleh aset tetap yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG NERACA AWAL UNIT KERJA DAN NERACA AWAL DAERAH KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk kegiatan pemerintahan. Aset tetap tersebut merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN BARANG DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH PADA PT. JAMKRIDA NTB BERSAING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baikdalamrangkamewujudkansemangatgood governance.

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, dan peralatan/inventaris yang digunakan dalam mendukung

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sehingga investasi yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebar ke seluruh pelosok negeri dan telah merambah

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 9 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah laba yang optimal, kelangsungan hidup yang terus-menerus dan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. menuju cita- cita yang diinginkan sebagai masyarakat adil dan makmur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Ditinjau Dari Sudut Pandang Akuntansi dan Perpajakan Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lembaga pemerintahan tentunya tidak terlepas dengan adanya Belanja

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari operasional suatu organisasi atau instansi. Aset tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan,

BAB II LANDASAN TEORI. manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka daerah diberi kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan prinsip keadilan dalam wadah Negara Kesatuan RI. Dengan adanya otonomi daerah ini diharapkan pemerintah daerah lebih melayani kebutuhan masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Demi tercapainya harapan tersebut, maka pemerintah daerah harus mampu menggali semua potensi yang ada di daerah yang merupaka aset atau kekayaan daerah. Barang daerah adalah aset yang sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan. Barang bagi pemerintah lebih diutamakan dalam menjalankan aktifitas pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat, oleh karena itu sangat diperlukan sistem pengelolaan barang atau kekayaan daerah yang transparan, ekonomis, efesien, efektif dan akuntabel. Dengan diberlakukannya SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) oleh pemerintah pusat terhadap setiap kota/kabupaten terutama pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada pemerintah daerah, diharapkan pemerintah daerah bisa menerapkan atau memberlakukan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagi acuan dalam pengelolaan anggaran maupun

kekayaan daerah. Dalam SAP dinyatakan bahwa setiap barang/aset daerah harus ditampilkan dalam neraca daerah agar diketahui seberapa besar kekayaan daerah tersebut. Menurut PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap, peralatan dan mesin mencakup mesinmesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari dua belas bulan. Peralatan dan mesin merupakan salah satu komponen penting bagi pemerintah dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Selain itu, peralatan dan mesin merupakan salah satu komponen dalam neraca yang harus dipertanggungjawabkan kewajarannya. Sehingga ketelitian dalam melakukan pengelolaan, pengakuan, penilaian, dan pelepasan berpengaruh terhadap kewajaran penilaian dalam laporan keuangan daerah. Banyaknya peralatan dan mesin yang dimiliki oleh pemerintah menjadi kendala tersendiri dalam melakukan penyusunan laporan keuangan. Agar dapat dibedakan mana yang menjadi aset daerah dan mana yang bukan aset daerah, maka setiap aset daerah baik yang bergerak maupun tidak bergerak harus dikodefikasi. Kodefikasi adalah pemberian kode/nomor pada setiap barang inventaris yang menjadi milik/dikuasai oleh pemerintah daearah yang menyatakan lokasi dan bidang barang. Jenis dan banyaknya aktiva tetap pada instansi pemerintahan tergantung pada perkembangan dan aktivitas instansi pemerintah itu sendiri. Pengadaan suatu asset tetap disesuaikan dengan kebutuhan instansi pemerintah yang bersangkutan dengan aktivitasnya. Akuntansi asset tetap pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No.07 (PSAP 07) tentang Akuntansi Aset Tetap. Aset tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dari aset lancar. Jika aset lancar dikendalikan pada saat konsumsinya, pengendalian aset tetap dilaksanakan pada saat

perencanaan perolehan aset tersebut. Hal ini disebabkan banyak pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan dengan aset tetap yang tidak bisa tidak harus dilakukan karena berupa comited cost, yang dalam masa pengoperasian aset tetap jenis biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen melalui wewenang yang dimilikinya. Karena pengendalian aset tetap dilakukan pada saat perencanaan perolehannya, sistem akuntansi aktiva tetap menyediakan mekanisme otorisasi sejak saat perencanaan sampai dengan alat pelaksanaan perolehan aset tetap, ( Mulyadi 2001:591). Di dalam menjalankan kegiatan operasional instansi pemerintah, proses perolehan aset tetap tersebut memerlukan pertimbangan-pertimbangan bagi pihak instansi pemerintahan, karena kesalahan dalam mempertimbangkan cara memperoleh aktiva tetap juga akan mempengaruhi operasi instansi pemerintahan. Terutama dari segi dana yang tersedia untuk memperoleh aset tetap tersebut. Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT merupakan sebuah lembaga pemerintahan yang bergerak dibidang pertambangan umum yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintah provinsi dengan tugas dekonsentrasi dibidang pertambangan. Dalam hal ini Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT berperan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi yang disebut SKPD Provinsi. SKPD provinsi adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap dekonsentrasi di bidang energi dan sumber daya mineral. Aktiva tetap menurut Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT adalah aktiva yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau aktiva yang dibangun terlebih dahulu dengan kriteria digunakan dalam operasi normal, Barang-barang tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual.

Dari hasil pra penelitian, ditemukan bahwa aset tetap pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT, mempunyai peranan penting dalam kelangsungan kerja organisasi, untuk memperlancar kegiatan kerja organisasi maka harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai agar dapat berjalan baik, fasilitas atau aset tetap yang ada di Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT meliputi tanah, gedung dan bagunan, peralatan dan mesin, dan aset tetap lainnya. Dengan harga perolehan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Nilai Aktiva Tetap Periode 31 Desember 2015 Jenis aktiva Harga Perolehan Akumulasi Nilai Buku penyusututan Tanah Rp. 1.500.000.000 - Rp. 1.500.000.000 Gedung dan Rp. 12.441.111.500 Rp. 31.102.778,75 Rp. 12.410.008.721.25 Bangunan Peralatan Rp. 2.216.348.756 Rp. 5.540.871,89 Rp. 2.210.807.884,41 dan Mesin Aset tetap Rp. 139.508.500 Rp. 2.179.820,3125 Rp.137.328.679,6875 lainnya

Jumlah Rp. 16.296.968.756 Rp. 38.823.470,9525 Rp. 16.258.145.285,347 Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Tabel di atas menunjukkan jumlah harga perolehan aset tetap yang ada di Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT sebesar Rp. 16.296.968.756 dengan jumlah akumulasi penyusutan sebesar Rp 38.823.470,9525. dan jumlah nilai buku yang diperoleh dari jumlah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp. 16.258.145.285,347. Aktiva tetap pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT dimulai dengan mencatat harga perolehannya yaitu jumlah mata uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh aktiva tetap sampai aktiva tersebut siap digunakan. Perolehan aktiva tetap dapat ditempuh dengan berbagai cara misalnya dengan pembelian tunai, pembelian secara kredit jangka panjang, dan dengan pembelian dengan surat berharga. Namun dalam prakteknya sistem akuntansi yang di terapkan pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT belum dilakukan secara maksimal diantaranya adalah bagian-bagian yang terkait dengan sistem akuntansi aktiva tetap, prosedur yang membentuk sistem akuntansi dan dokumen-dokumen yang digunakan. Secara teoritis kondisi tersebut akan mengakibatkan informasi-informasi akuntansi yang dihasilkan belum memadai dan mempengaruhi pihak manajemen untuk memperoleh informasi yang akurat dan dan komprehensif, hal ini menunjukan bahwa sistem akuntansi aktiva tetap pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT dalam penerapannya belum dilakukan secara komprehensif yaitu belum dilengkapi dengan catatan dan formulir yang memadai.

Mengacu pada latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi Aktiva Tetap Pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Sistem Akuntansi Aktiva Tetap Pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT 1.3 Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi aktiva tetap pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran penulis bagi lembaga/instansi yang bersangkutan. b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut yang lebih relevan.