BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas

ANALISIS KONDISI INFRASTRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN SKALA PENILAIAN ASCE DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telepon, jaringan gas dan pemadam kebakaran. Utilitas umum ini membutuhkan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DESEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JUNI 2017

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG APRIL 2015

ANALISIS KONDISI INFRASTRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN SKALA PENILAIAN ASCE DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JUNI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JANUARI 2016

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MEI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JANUARI 2016

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

Tujuan Penyediaan Prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekonomi (Grigg, 1988 dalam Kodoatie, 2003). Sistem infrastruktur. yang dikatakan Kwiatkowski (1986) dalam Hudson (1997).

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Bangka Belitung Letak Administratif Wilayah Bangka Belitung

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. besar, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie, R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayananpelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Sedangkan definisi lain infrastruktur menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 38 tahun 2015, Jenis Infrastruktur ekonomi dan sosial mencakup : 1) Infrastruktur transportasi; 2) Infrastruktur jalan; 3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi; 4) Infrastruktur air minum; 5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat; 6) Infrastruktur sistem pengelolaan limbah setempat; 6

7 7) Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; 8) Infrastruktur telekomunikasi dan informatika; 9) Infrastruktur ketenagalistrikan; 10) Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan; 11) Infrastruktur konservasi energi; 12) Infrastruktur fasilitas perkotaan; 13) Infrastruktur fasilitas pendidikan; 14) Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian; 15) Infrastruktur kawasan; 16) Infrastruktur pariwisata; 17) Infrastruktur kesehatan; 18) Infrastruktur lembaga permasyarakatan; dan 19) Infrastruktur perumahan rakyat. 2.2 Sistem infrastruktur Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Disini, peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang (bahkan tidak) berfungsi akan memberikan

8 dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya infrastruktur yang terlalu berkelebihan untuk kepentingan manusia tanpa memperhitungkan kapasitas daya dukung lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia termasuk makhluk hidup yang lain. 2.3 Perancangan Sistem Infrastruktur Tahapan mulai dari studi, perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan sekaligus pemeliharaan merupakan proses yang perlu dilakukan untuk membuat sistem infrastruktur yang terpadu dan menyeluruh. Salah satu tantangan utama dalam perancangan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama lain dan dampak-dampaknya (Grigg, 1988) dalam satu keseimbangan yang harmoni. Untuk suksesnya perancangan sistem infrastruktur yang bersifat menyeluruh tahapan di bawah ini dapat dipakai sebagai salah satu acuan yang meliputi (Grigg,1988) : 1) Perencanaan menyeluruh yang komprehensip 2) Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan sistem 3) Perkiraan biaya 4) Perencanaan organisasi dan institusi 5) Perencanaan untuk peningkatan sistem yang ada

9 2.4 Krisis infrastruktur Krisis infrastruktur juga dapat diartikan sebagai situasi maupun kondisi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat infrastruktur tersebut akan menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok, masyarakat, atau suatu bangsa. Penyebab-penyebab dari krisis infrastruktur tersebut yaitu, menurut Grigg dalam kodoatie (2003) : 1) Kegagalan pembuatan (modal, desain, konstruksi/teknologi) 2) Runtuh (ambruk, teknologi) 3) Rusak/aus (umur, pemakaian, salah pakai) 4) Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran) 5) Tidak ada penambahan/penyesuaian (kapasitas kurang) 6) Tidak ada/minim pemeliharaan Adapun penyebab dari kesalahan manajemen yakni, : 1) Pemotongan anggaran/investasi kurang 2) Kesalahan pemilihan infrastruktur 3) Pemakaian melewati umur/life-cycle tidak diperhatikan 4) Kecenderungan mengabaikan pemeliharaan 5) Mahalnya teknologi baru 6) Mahalnya pemeliharaan (20-40% dari konstruksi baru) 7) Teknologi (R&D) kurang berkembang Dari uraian diatas, jika terjadi kegagalan ataupun krisis suatu infrastruktur akan mempengaruhi dan memberi dampak kepada masyarakat, dan

10 mempengaruhi pembangunan ekonomi maupun kegiatan sosial. Contohnya krisis infrastruktur di Indonesia antara lain kemacetan di Ibukota Jakarta yang semakin hari semakin parah sedangkan kapasitas jalannya tidak ditambah dan kurangnya pemeliharaan jalan yang sesekali turun hujan menyebabkan banjir. Oleh karena itu perlu diperhatikan kelayakan infrastruktur dan penanganannya. 2.5 Kondisi Infrastruktur di Indonesia Ranking infrastruktur Indonesia tidak terlalu jelek dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, hanya biaya logistik yang muncul jauh lebih mahal dari negara-negara tersebut di ASEAN. Menurut data World Economiv Forum (WEF), ranking infrastruktur Indonesia di tahun 2014 berada pada peringkat 56 dari 144 negara. Posisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan negara baru berkembang seperti Vietnam. Menurut Anggota Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Ina Primiana, dilansir oleh Husen Miftahudin, Jumat 13 Maret 2015 dari Jakarta, Metrotvnews.com, Meskipun demikian, dalam Logistic Performance Index (LPI) urutan Vietnam, lebih baik dari Indonesia. Hal ini jelas membuktikan, biaya logistik Vietnam lebih murah dan efisien karena tidak mengalami kemacetan, konektivitas, serta international shipment lebih baik ketimbang Indonesia. Ini menunjukkan kondisi infrastruktur Indonesia belum memberikan efek positif pada kinerja logistik. Permasalahan logistik Indonesia dipicu oleh ketimpangan pembangunan antara Indonesia barat dan timur, dimana 54% pembangunan infrastruktur senilai Rp. 62,8 triliun

11 terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan 46% lainnya terbagi untuk pulau-pulau lain. 2.6 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota Provinsi ini adalah Pangkalpinang. Pulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan dua pulau yang dipisahkan Selat Gaspar. Secara geografis Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104 50-109 30 BT dan 0 50-4 10 LS, dengan keseluruhan luas daratan Kepulauan Bangka Belitung kurang lebih 16.424,14 km 2 dan luas laut kurang lebih 65.301 km 2. Disebelah utara Kepulauan Bangka Belitung dibatasi oleh Laut Natuna, sebelah timur berbatasan dengan Selat Karimata, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan untuk sebelah barat berbatasan dengan Selat Bangka. Jumlah Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi 7 Kabupaten, yaitu Bangka, Belitung, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Pangkalpinang. Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan hasil timah putih, pasir kuarsa, tanah liat putih (kaolin), dan granit. Sebagian besar penduduknya tinggal di kawasan pesisir pantai, sehingga kaya akan hasil ikan laut. Pertambangan timah merupakan salah satu kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini tidak heran jika pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Timah pertama kali ditemukan di

12 Pulau Bangka pada sekitar tahun 1709 melalui penggalian di sungai Olin di Kecamatan Toboali oleh orang-orang Johor, Malaysia. Sejak saat itu, maka Pulau Bangka mulai terkenal sebagai daerah penghasil timah putih (Muhibat,2007). Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan dengan keadaan iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami musim basah dan kering. Di Kepulauan Bangka Belitung tidak terdapat gunung berapi. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kepulauan Bangka Belitung jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 1.343.881 jiwa, dengan laju pertumbuhan 2013-2014 sebesar 2,19%. Kota dengan kepadatan tertinggi yaitu di kota Pangkalpinang. Dalam memperlancar kegiatan perekonomian, transportasi darat memegang peranan penting sebagai penunjang mobilitas orang dan pendistribusian barang-barang di Kepulauan Bangka Belitung. Begitu juga dengan transportasi laut mempunyai peranan dalam mendukung kelancaran arus orang, barang, dan jasa baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kepulauan Bangka Belitung. Pelabuhan di Bangka Belitung yang sering menjadi pintu masuk penumpang adalah Pelabuhan Tanjung Kalian di Muntok, Pelabuhan Pangkal Balam di Pangkalpinang, dan Pelabuhan Tanjung Gudang di Belinyu. Ketiga pelabuhan ini berada di Pulau Bangka. Sementara itu di Pulau Belitung, pelabuhan laut yang sering menjadi pintu masuk adalah Pelabuhan Laskar Pelangi Tanjung Pandan, Pelabuhan Tanjung Batu dan Pelabuhan Manggar.

13 Dari daratan Pulau Sumatera, biasanya orang akan menyeberang ke Pulau Bangka dari Palembang melalui 2 pelabuhan, yaitu Pelabuhan Bom Baru dan Pelabuhan Tanjung Api-Api. Kota-kota lain di Indonesia yang terhubung dengan Bangka Belitung melalui moda transportasi laut antara lain Tanjung Pinang di Kepulauan Riau dan Tanjung Priok di Jakarta/Banten. Antara Pulau Bangka dan Pulau Belitung, moda transportasi laut yang melayani penumpang adalah dengan kapal cepat yang menghubungkan Pelabuhan Pangkal Balam (Pulau Bangka) dan Pelabuhan Laskar Pelangi Tanjung Pandan (Pulau Belitung). Sementara itu untuk transportasi udara di Kepulauan Bangka Belitung terdapat 2 pelabuhan udara yaitu Bandar Udara HAS Hanandjoeddin dan Bandar Udara Depati Amir yang berfungsi untuk mengangkut penumpang, pos, dan kargo untuk satu perjalanan atau lebih, dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain. Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan keindahan pantainya yang memiliki pasir putih yang dihiasi oleh batu-batu granit sehingga banyak mengundang wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk berkunjung ke Kepulauan Bangka Belitung menggunakan transportasi udara maupun transportasi laut. Sumber : http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/provinces/map_babel.gif Gambar 2.1 Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung