BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP adalah akibat rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pedidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks perencanaan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis. Redja Mudyahardjo ( Arif Rohman 2013: 9 ) mengatakan bahwa makna pendidikan bisa dibagi menjadi tiga yakni makna maha luas, sempit dan luas terbatas. Makna secara maha luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Makna secara sempit, pendidikan adalah persekolahan. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak atau remaja yang diusahakan padanya agar punya kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh berkaitan dengan hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial. Makna secara luas terbatas, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranannya secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup. Makna pendidikan menurut yuridis atau perundang-undangan yang berlaku, dapat disimak dari dua undang-undang pendidikan yang berlaku terakhir di Indonesia. Undang-

undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan: pendidikan adalah upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran,bimbingan dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa ( Arif Rohman 2013 : 9-10 ). Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai kondisi dan potensi daerah, karakteristik peserta didik serta kebutuhan satuan pendidikan. Namun, pengembangan KTSP ini mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007: 3). Dengan demikian, materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. untuk itu, guru harus bijaksana dalam

menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Guru adalah komponen yang selama ini dianggap penting, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta didik sebagai subjek dan objek belajar. Untuk itu, guru dituntut harus memiliki empat kompetensi yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Guru pada hakikatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul tanggungjawab berat berkaitan dengan proses pendidikan generasi penerus bangsa menuju gerbang pencerahan dalam melepaskan diri dari belenggu kebodohan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus memiliki kemampuan atau keterampilan dalam mengelola kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanakan, dan pengevaluasian pembelajaran sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. Dalam proses perencanaan pembelajaran seorang guru harus mampu mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan Bahan Ajar Peserta Didik (BAPD). Dalam pelaksanaannya seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup sesuai dengan perangkat pembelajaran yang disusun. Sedangkan dalam proses pengevaluasian seorang guru harus mampu mengevaluasi hasil belajar peserta didiknya dalam proses pembelajaran. Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda. Dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi peserta didik pun berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sebagai seorang guru yang profesional, harus pintar memilih dan menggunakan berbagai model

pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan kurikulum, karakteristik peserta didik dan tingkat perkembangan peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung. Dengan menerapkan model pembelajaran langsung, guru juga harus menggunakan metode maupun media yang bervariasi. Selain itu, ketersediaan fasilitas-fasilitas pembelajaran misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, juga dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang lengkap di sekolah maka peserta didik akan lebih bersemangat dalam pembelajaran, peserta didik tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugas pada teman lain karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan fasilitas yang disediakan. Penentuan kualitas suatu pendidikan juga sangat ditentukan oleh penilaian. Penilaianpenilaian ini dilakukan untuk menilai prestasi peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan menilai dari kegiatan awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Sistem penilaian yang harus dilakukan guru adalah penilaian produk, penilaian afektif maupun penilaian psikomotor. Persentasi kelulusan UN SMA se-kota Kupang secara keseluruhan selalu meningkat setiap tahun, namun jika ditinjau lebih khusus lagi untuk setiap mata pelajaran UN khususnya mata pelajaran Fisika, disekolah SMA Negeri 2 Kupang mengalami penurunan dalam pada periode terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Data Kelulusan Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 2 Kupang No. Tahun Pelajaran Klasifikasi Rata- Rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi Standar Deviasi

1. 2013/2014 A 7,64 5,30 8,40 033 2. 2014/2015 B 68,75 20,5 89,7 14,08 Dari data diatas, dapat dilihat bahwa, klasifikasi perolehan data kelulusan peserta didik, mengalami penurunan, dari A menjadi B. Hal ini, merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi oleh pihak sekolah, agar periode berikutnya klasifikasi kelulusan mata pelajaran Fisika tidak semakin merosot melainkan bisa kembali berada pada kategori A dengan nilai yang memuaskan. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Kupang diperoleh gambaran kondisi riil saat proses pembelajaran Fisika berlangsung, antara lain: 1. Ketika guru memulai pelajaran terkadang peserta didik belum siap untuk mengikuti pelajaran yang akan disampaikan (peserta didik masih sibuk dengan kegiatan pribadinya). Peserta didik cenderung mengikuti pelajaran hanya dengan mendengar, mencatat dan selebihnya mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan sebagai umpan balik (feed back). 2. Dalam melaksanakan pembelajaran dikelas guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa diselingi dengan demonstrasi. Hal inilah yang membuat peserta didik jenuh atau bosan mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik keluar masuk tanpa menghiraukan guru yang sedang mengajar 3. Guru jarang memberi kesempatan kepada peserta didik melakukan eksperimen sehingga peserta didik tidak terlibat secara langsung dalam menemukan konsep-konsep mengenai materi-materi Fisika karena keterbatasan alat-alat praktikum. Kendala lain yang dialami oleh sekolah ini adalah terbatasnya laboratorium dan perpustakaan yang merupakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.

4. Sistem penilaian yang diberikan belum sesuai dengan tuntutan KTSP yaitu penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Sistem penilaian yang diberikan hanya penilaian kognitif saja dan jarang memberikan penilaian afektif dan psikomotor. 5. Pada saat pembelajaran berlangsung peserta didik harus dibimbing satu persatu oleh guru. Proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher center) sedangkan peserta didik hanya diam,tidak mampu berpikir kritis serta tidak memiliki keinginan untuk mencari tahu informasi tentang materi pelajaran dan motivasi belajar peserta didik yang masih sangat kurang. Apabila tidak dibimbing maka mereka lambat menanggapi pembelajaran tersebut. 6. Peserta didik cenderung belajar sendiri-sendiri, atau lebih tepatnya belajar bersama teman dekatnya saja, sehingga tidak mampu untuk membangun kerja sama. Dampaknya peserta didik tersebut tidak bisa berkembang. Ketika diberi pertanyaan oleh guru,peserta didik yang kurang mampu cenderung diam, sedangkan peserta didik yang mampu aktif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 7. Terdapat siswa yang cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran fisika karena menganggap Fisika sebagai pelajaran yang sulit sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika dan tingkat pemahaman peserta didik di sekolah. Proses pembelajarannya juga kurang efektif karena jumlah guru sangat sedikit jika dibanding jumlah murid yang begitu banyak. 8. Kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran Fisika di sekolah ini adalah 75. Dengan kriteria ketuntasan minimal ini, menurut guru mata pelajaran hasil belajar peserta didik masih belum cukup memuaskan.

Berdasarkan kondisi sekolah yang dipaparkan di atas, maka guru sebagai tenaga profesional harus menyikapi kondisi-kondisi tersebut dengan bijaksana. Dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, guru harus bijaksana dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang cocok untuk dikembangkan, yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang dicapai. Model Pembelajaran Langsung merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses pembelajaran peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, langkah demi langkah. Model pembelajaran ini bersifat teachar centered (berpusat pada guru). Dalam melaksanakan model pembelajaran ini guru harus mendemonstrasikan pengetahuan yang akan ditransferkan kepada peserta didik selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian yang memiliki peran sangat dominan. Oleh karena itu, guru harus bisa jadi model yang menarik bagi peserta didik. Dengan menerapkan model pembelajaran langsung ini, guru mengkhendaki agar peserta didik mempelajari materi dengan memperoleh pengetahuannya berupa pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Dengan demikian, materi yang diambil dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung adalah Hukum Newton. Hukum Newton merupakan salah satu materi pokok pada pelajaran fisika yang harus dipelajari pada peserta didik kelas X semester ganjil tingkat SMA. Materi pokok ini terdapat rumus-rumus, sehingga banyak dibutuhkan pemecahannya menggunakan operasi matematika. Untuk bisa memahami rumus-rumus dengan benar, maka dalam pembelajaran guru harus menyediakan waktu yang cukup untuk membimbing peserta didik secara

bertahap. Demikian juga dalam menggunakan operasi matematik dalam menyelesaikan soal. Konsep dan ide-ide ilmiah serta memperoleh informasi secara bertahap dan berjenjang sehingga penguasaan materi yang berhubungan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural menjadi lebih bermakna. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON PESERTA DIDIK KELAS X A SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 2 KUPANG TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Perumusan Masalah Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah hasil penerapan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? Secara spesifik, masalah ini dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana ketuntasan indikator hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016?

3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar fisika peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016? 4. Bagaimana respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016. Secara spesifik, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016. 2. Mendeskripsikan ketuntasan indikator hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016. 3. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016. 4. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok Hukum Newton pada peserta didik kelas X A Semester Ganjil SMA Negeri 2 Kupang Tahun ajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik Dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik sehingga diharapkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. 2. Bagi guru Sebagai bahan informasi dalam memilih model pengajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan aktivitas mental peserta didik serta membantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya mata pelajaran fisika. 3. Bagi Peneliti Agar memiliki pengetahuan yang luas mengenai model pembelajaran langsung serta menambah pengalaman dan wawasan dalam penerapan model pembelajaran langsung sehingga dapat diterapkan saat terjun langsung di lapangan (sekolah). 4. Bagi Sekolah Memberikan masukan dan solusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah. 5. Bagi LPTK Unwira Suatu penelitian sangatlah bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran.terlebih Universitas ini memiliki tugas menghasilkan colon-calon guru

profesional di masa depan dan dapat dijadikan bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran. E. Asumsi Penelitian Beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam pembelajaran peserta didik sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Peserta didik mengerjakan tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan tanpa dibantu oleh pihak manapun, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar mencerminkan kemampuan masing-masing peserta didik. 3. Pengamat berlaku obyektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti 4. Pengamat berlaku obyektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peserta didik. 5. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada angket respon peserta didik. F. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pokok Hukum Newton. 2. Ruang lingkup penelitian hanya pada SMA Negeri 2 Kupang Kelas X A Semester Ganjil Tahun ajaran 2015/2016. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung.

G. Batasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Penerapan adalah penggunaan suatu model tertentu menurut aturan atau kaidah tertentu. 2. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. 3. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungankecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme (Jogiyanto 2009 : 12). 4. Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar unruk mencapai tujuan belajar (Trianto 2007 : 5 ). 5. Model pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Trianto, 2007 : 29) 6. Hukum newton adalah salah satu materi pokok pada mata pelajaran fisika kelas X SMA yang membahas tentang gerak benda dan gaya yang menyebabkannya.