BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran penyakit Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue. merupakan penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Journal of Health Education

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

PEMBENTUKAN MAWAS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ)

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit luas di banyaknegara di Asia Tenggara. Terdapa tempat jenis virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan Demam Berdarah Dengue atau yang selanjutnya disingkat DBD, baik ringan maupun fatal (Depkes, 2013). Penyakit DBD merupakan masalah kesehatan utama bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Jumlah infeksi virus dengue telah meningkat dari tahun sejak 1970-an. Akibatnya, seperempat dari populasi dunia berada pada resiko infeksi dengan 50-100.000.000 infeksi virus dengue di seluruh dunia pertahun (WHO, 2009). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Depkes RI, 2009). Insidensi DBD di seluruh dunia telah meningkat tajam dalam beberapa terakir lebih dari 2,5 milyar orang atau 40% penduduk dunia be resiko untuk terkena DBD world health organization (WHO) memperkirakan 50-100 juta orang terinfeksi virus dengue setiap tahunnya diseluruh dunia, Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya dimana lebih dari 1,2 juta kasus telah 1

2 terlaporkan pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus ditahun 2010 (WHO, 2013). Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka kesakitan= 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,9%). Dibandingkan tahun 2013 dengan kasus sebanyak 112.511 serta IR 45,85 terjadi penurunan kasus pada tahun 2014. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar 51 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2014. Angka kesakitan DBD menurut provinsi tahun 2014 dapat dilihat pada tahun 2014 terdapat sebanyak 26 provinsi (76,5%) yang telah mencapai target renstra 2014. Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi tahun 2014 yaitu Bali sebesar 204,22, Kalimantan Timur sebesar 135,46, dan Kalimantan Utara sebesar 128,51 per 100.000 penduduk. Adapun angka kejadian di Provinsi Jawa Tengah sebesar 33,79 (Kemenkes, 2015). Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence rate (IR) DBD di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target nasional <20/100.000 penduduk.

3 Tabel 1.1 Jumlah Kasus Insidence Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR) Kabupaten Banyumas 2013 sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013 Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Data Banyumas menyatakan bahwa Banyumas, Meski sudah dilakukan berbagai upaya pencegahan terhadap penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), korban meninggal akibat virus dengue di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah masih terus berjatuhan. Sejak awal Februari hingga Senin (22/2/2016) korban meninggal sudah mencapai 9 orang. Kasus demam berdarah (DB) di Kabupaten Banyumas pada empat bulan pertama meningkat tajam. Data yang di peroleh di desa/ kelurahan endemis DBD Kabupaten Banyumas pada tahun 2014-2016 berjumlah 17 kecamatan, dan salah satunya kecamatan sokaraja khususnya di Desa Sokaraja Tengah

4 merupakan angka tinggi DBD. Angka bebas jentik pada bulan maret total 97, 098. Berdasarkan data yang diperoleh dengan wawancara kepala Desa Sokaraja Tengah mengatakan jumlah penduduk Sokaraja Tengah jumlah total 6.959 dengan 32 RT dan 7 RW. Penduduk laki-laki berjumlah 3451 dan jumlah penduduk perempuan 3488. Total KK 2201 Dan jumlah ibuibu PKK 28. Di Sokaraja Tengah setiap RW memiliki Dasawisma dari RW01 ada 6RT dan memliliki 1 Dasawisma, RW03 ada 6 RT memiliki 2 Dasawisma, RW04 ada 4 RT memiliki 6 Dasawisma, RW05 ada 3 RT memiliki 6 Dasawisma, RW 06 ada 4RT memiliki 4 Dasawisma, RT 07 ada 4 RT memiliki 4 Dasawisma. Di Sokaraja Tengah sudah mulai dilaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dan setiap Dawis melakukan setiap satu minggu sekali, setiap rumah sudah ditempelkan angka bebas jentik, tetapi pada RW 06 pemeriksaan jentik mandiri dilakukan didalam rumah khususnya di penampungan air khususnya bak mandi, genangan air, vas bunga, genangan air dibelakang kulkas, diluar rumah contohnya sekitar lingkungan, pot bunga, selokan. Dari data wawancara PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) sudah dilakukan pada tahun 2008, dan pelaksanaan PSN ini tidak berjalan lancar. Pada tahun 2016 masyarakat Sokaraja Tengah mengaktifkan kembali program pemberantasan sarang nyamuk. Di Sokaraja Tengah pada ibu-ibu kader mendapat pelatihan dari dinas kesehatan dan Puskesmas. Dari data kelurahan Sokaraja Tengah mengatakan bahwa RW 06 masih belum dilakukan pemeriksaan jentik,

5 setelah dilakukan survey RW 06 belum dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk, tetapi sebagian RW 06 sudah mengetahui tentang jentik nyamuk, dan bahaya DBD, di RW 06 RT 01 tidak ada kader jentik nyamuk, dan belum dilakukannya pemeriksaan jentik, sedangkan di RT 02 dilakukan memeriksaan jentik setahun sekali dan RW 03 belum dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk, sedangkan RT 04 sudah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk. Menurut Yuli Kusumawati (2008) program pemberantasan vector DBD ditekanankan pada pemberantasan jentik nyamuk, hal ini membutuhkan ketelibatan seluruh masyarakat agar pemberantasan nyamuk dapat bersifat lebih panjang dan berkesinambungan. Model penyadaran pada masyarakat dapat lebih efektif jika dilakukan oleh kader kesehatan atau tokoh masyarakat misalnya istri ketua RT, ketua karang taruna, istri kyai dan sebagainya karena tokoh panutan ini terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan dan lebih dekat dengan masyarakat. Beberapa faktor etiologik yang ditemukan berhubungan dengan penyakit DBD adalah faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas) faktor lingkungan (kepadatan rumah, adanya tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curahhujan), factor perilaku (pola tidur, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, menguras, membuang / mengubur sarang nyamuk) (Depkes RI, 2012).

6 Juru pemantau jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Adanya jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-ulang pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Serta penyuluhan kepada masyarakat. Adanya pemberdayaan masyarakat melalui jumantik. diharapkan masyarakat dapat secara bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara mandiri yakni dari oleh dan untuk masyarakat (Depkes RI. 2010). B. Rumusan Masalah Negara Indonesia sebagai salah satu Negara tropis merupakan daerah endemic untuk penyakit DBD. Seiring dengan permasalahan tersebut, pemerintah membuat beberapa kebijakan terkait pencegahan DBD yaitu melalui pengendalian vector dimana salah satunya lebih menekankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara periodik. Dengan cara seperti salah satunya yaitu pelatihan pemberantasan jentik nyamuk. Namun dari data yang diperoleh angka kejadian DBD masih cukup tinggi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh pelatihan pemantuan jentik mandiri terhadap angka

7 bebas jentik di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pelatihan pemantuan jentik mandiri terhadap angka bebas jentik di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakterisitk responden di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. b. Mengidentifikasi angka bebas jentik sebelum dilakukan pelatihan jentik mandiri di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. c. Mengidentifikasi angka bebas jentik sesudah dilakukan pelatihan jentik mandiri di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. d. Mengidentifikasi pengaruh pemantuan pelatihan jentik mandiri terhadap angka bebas jentik di Wilayah Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal melakukan penelitian ilmiah serta menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang

8 pemberantasan sarang nyamuk, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dari institusi. 2. Bagiinstitusi pendidikan Sebagai bahan masukan perpustakan mengenai ilmu keperawatan khususnya tentang pemberantasan jentik nyamuk. 3. Bagi tempat peneliti a. Memberikan informasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk khususnya mengenai sikap dan praktik pencegahan yang benar terhadap pemberantasan jentik nyamuk b. Menambah informasi tentang pemberantasan jentik nyamuk mandiri pada anggota keluarga penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian DBD. 4. Bagi tenaga kesehatan Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat khususnya untuk menurunkan angka kejadian DBD di masyarakat. 5. Peniliti selanjutnya Sebagai referensi dalam melakukan penelitian dan perbandingan dalam penelitian selanjutnya. E. Penelitian terkait 1. Lidia (2012) dengan judul Evaluasi proses pemantauan jentik di daerah kepadatan jentik rendah (studi di Kelurahan Panggung Lor Kota Semarang jenis penelitian yang digunakan metode analisis

9 (content analysis) dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. 2. Arif (2015) dengan judul Model one home one jumantik (OHOju) sebagai pengembangan jumantik mandiri dalam upaya peningkatan self reliance dan angka bebas jentik dikelurahan Karangrejo Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pendekatan non equivalent control group design. Jumlah sempelnya adalah 164 responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai p untuk sikap adalah 0,005, praktik adalah 0,003, dan ABJ 0,036<0,05, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)diterima.Terdapat hubungan antara penerapan OHOJu terhadap self reliance dan ABJ. 3. Rizqi (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Angka bebas jentik demam berdarah dengue (ABJ-DBD) mlealui penggerakan juru pemantau jentik (jumantik) di RW01 Kelurahan dan yang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan jenis penelitian adalah preexperimental design dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Cara pengambilan sampel adalah cluster random sampling. Berdasarkan hasil uji wilcoxon menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna ABJ-DBD antara sebelum dan sesudah pergerakan jumantik dengan p. value (0,000) < (0,005). Persamaan dari penelitian ini pada variable bebas yaitu pemantauan jentik nyamuk dan variable terikat yaitu ABJ-DBD.