BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN Pemeriksaan J 10 UJI BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT ( PB ) ( AASHTO T ) ( ASTM D )

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi

dan pengujian kinerja statis beton berpori.

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenai kajian penggunaan beton tanpa pasir berdasarkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah suatu tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x

BAB III UJI MATERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

Percobaan : I - A BERAT JENIS SEMEN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Laboratorium Bahan PT.Ahimix Precast Indonesia Plant Kebon Jeruk.

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN

: Pengujian Bahan Perekat Hidrolis. Materi : Uji Berat Jenis SSD dan Penyerapan Air Agregat Halus dan Kasar REFERENSI

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

SNI. Metode Pengujian Berat Jenis Dan penyerapan air agregat halus SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. SISTEMATIKA PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian di laboratorium sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar Indonesia SNI maupun standar asing seperti ASTM, dan AASHTO. Metode penelitian yang digunakan adalah mencari mix design yang paling tepat pembentuk benda uji dari beton geopolimer dengan prekursor abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) sebagai agregat halus. Tahap selanjutnya adalah tahap percobaan laboratorium, dimana dilakukan pengujian untuk menentukan mix-design beton yang paling tepat, pengujian sifat fisik agregat dan pengujian sifat mekanik dengan pembebanan statis pada sample beton. Benda uji yang akan dibuat untuk penelitian ini adalah Tabel 3.1. Benda Uji No. Parameter Bentuk Benda Uji 1. Tes Kuat Tekan Silinder (Ø15 x 30) Atau Kubus (15 x 15 x 15) 2. Tes Kuat Lentur Balok (15 x 15 x 55) 3. Tes Kuat Tarik Angka Delapan (P 7,5, L a 2,5, L b 4, T 2,5) M. Fajar Hermansyah 30

3.2. PENGUJIAN AGREGAT 3.2.1. Pengujian Berat Jenis Standar : Agregat Kasar : ASTM C 127 04 Agregat Halus : ASTM C 128 04 Tujuan : Untuk menentukan berat jenis agregat. 3.2.1.1. Pengujian Agregat Kasar Alat : 1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm dengan kapasitas 5 kg 2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk sesuai dengan pengujian. 3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr kapasitas 5 kg yang dilengkapi dengan alat penggantung keranjang. 4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu 5. Alat pemisah contoh 6. Saringan no.4 (4,75 mm) Bahan : Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kurang lebih 5 kg. 1. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam. 2. Keluarkan benda uji dari air lalu di lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang (jenuh permukaan kering), untuk butir yang besar pengeringan harus dilakukan satu persatu. 3. Timbang benda uji dalam keadaan jenuh (BJ). 4. Letakan benda uji di dalam keranjang lalu digoyangkan batunya untuk mengeluarkan gelembung udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (BA). Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar 25 C. 5. Masukan benda uji kedalam oven pada suhu (110 ± 5) C sampai berat tetap. M. Fajar Hermansyah 31

Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama satu sampai tiga jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (BK). 3.2.1.2. Pengujian Agregat Halus Alat : 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram mempunyai kapasitas 5 kg 2. Picnometer dengan kapasitas 500 ml 3. Kerucut terpancung 4. Batang penumbuk 5. Saringan 4 mm 6. Oven 7. Pengukur suhu dengan ketelitian 1 C. 8. Talam 9. Bejana tempat air 10. Pompa hampa udara 11. Air suling 12. Desikator Bahan : Benda uji adalah agregat yang lewat ayakan no.4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak 1000 gram. 1. Keringkan benda uji di dalam oven pada suhu (110 ± 5) C sampai berat tetap. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air pada suhu ruang selama 24 jam. 2. Buang air perendam hati-hati jangan ada butiran yang hilang tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai Jenuh Permukaan Kering (JPK). 3. Periksa keadaan JPK dengan mengisi benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan sebanyak 25 kali, angkat kerucut. Keadaan JPK tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak. 32 M. Fajar Hermansyah

4. Setelah tercapai keadaan JPK, ambil benda uji sebanyak 500 gram (Bssd) masukan kedalam picnometer, masukan air suling sebanyak 90% dari isi picnometer, putar sambil digoyangkan sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat dapat digunakan pompa hampa udara atau dengan cara merebus picnometer. 5. Rendam picnometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standart 25 C. 6. Tambahkan air sampai pada batas tertentu. 7. Timbang picnometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (BT). 8. Keluarkan benda uji lalu keringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5) C sampai berat tetap kemudian dinginkan benda uji dalam desikator. 9. Setelah benda uji dingin lalu timbang (BK). 10. Tentukan berat picnometer berisi air penuh (B) dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standart 25 C. Perhitungan : A. Agregat Kasar BK 1. Berat Jenis = BJ BA BJ 2. Berat Jenis ssd (JPK) = BJ BA BK 3. Berat Jenis semu = BK BA BJ BK 4. Penyerapan air = 100% BK B. Agregat Halus BK 1. Berat Jenis = B+ Bssd BT Bssd 2. Berat Jenis ssd (JPK) = B+ Bssd BT BK 3. Berat Jenis semu= B+ BK BT Bssd BK 4. Penyerapan air = 100% BK M. Fajar Hermansyah 33

3.2.2. Pengujian Analisa Ayak Standar : ASTM C 136 05 Tujuan : Untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Alat : 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram. 2. Satu set ayakan untuk agregat halus, terdiri atas: Ø 9,50 mm (3/8 ); Ø 4,75 mm (no. 4); Ø 2,36 mm (no. 8); Ø 1,18 mm (no.16); Ø 0,6 mm; Ø 0,3 mm; Ø 0,3 mm; Ø 0,15 mm (no. 100); pan. 3. Satu set ayakan untuk agregat kasar, terdiri atas: Ø 38,1 mm (1 ½ ); Ø 25 mm (1 ); Ø 19 mm (3/4 ); Ø 12,5 mm (1/2 ) ; Ø 9,5 mm (3/8 ) ; Ø 4,75 mm (no.4); Ø 2,36 mm (no.8); pan. 4. Alat Pengayakan (mesin getar). 5. Talam 6. Sikat halus / kuas / sikat saringan. 7. Oven untuk memanasi. 8. Sendok dan alat-alat lainnya. Bahan : Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat 1. Susun ayakan dari diameter terbesar sampai pan, lalu letakkan dibawah mesin ayakan. 2. Timbang 1000 gram pasir kering (setelah dikeringkan dalam oven pengering), lalu masukkan ke ayakan Ø 9,5 mm, lalu ayakan teratas ditutup. 3. Ayakan diguncangkan dengan mesin penguncang selama 10 15 menit. 4. Timbang berat agregat yang terdapat pada masing-masing ayakan. Perhitungan : Hitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji. % tertahan komulatif di atas ayakan 0,15 mm FM = 100 M. Fajar Hermansyah 34

3.3. RANCANG CAMPUR (MIX DESIGN) BETON GEOPOLIMER Prosedur perhitungan campuran beton geopolimer pada prinsip sama dengan perhitungan campuran beton normal. Pada perhitungan campuran beton geopolimer perbandingan pasta geopolimer sama dengan pasta semen pada perhitungan campuran beton normal. Campuran Beton Normal Semen [C] = A kg Air [W] = B kg Pasta Semen = ( A + B ) kg Pasir [S] = C kg Agregat kasar [CA] = D kg Pasta Geopolimer Fly ash = E % NaOH = F % Waterglass (Na 2 SiO 3 ) = G % Air = H % Campuran Beton Geopolimer Fly ash = (( A + B ) x E %) kg NaOH = (( A + B ) x F %) kg Waterglass (Na 2 SiO 3 ) = (( A + B ) x G %) kg Air = (( A + B ) x H %) kg Pasir [S] = C kg Agregat kasar [CA] = D kg Prosedur Perancangan Campuran Beton Normal 1. Tes terhadap material beton, untuk memeriksa apakah material tersebut memenuhi syarat spesifikasi atau tidak. 2. Menentukan ukuran butiran maksimum agregat kasar, slump dan kandungan udara yang disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi dan pelaksanaan pekerjaan. M. Fajar Hermansyah 35

3. Menentukan Water-Cement ratio yang memenuhi strength dan durability yang diperlukan. 4. Menetukan perbandingan campuran dengan cara coba-coba di dalam batch. Dengan jumlah air adukan dan persentase pasir terhadap agregat (S/A) yang untuk sementara ditentukan. 5. Penyesuaian jumlah air adukan dan admixture untuk mendapatkan slump dan kandungan udara yang diperlukan. 3.4. PENGUJIAN SIFAT FISIK BETON 3.4.1. Uji Slump (Slump Test) Standar : ASTM C 143-05 Tujuan : Untuk mengetahui konsistensi (kekentalan adukan beton). Alat: 1. Kerucut Abrams berbentuk kerucut terpancung. Diameter bawah = 203 mm ( 8 ). Diameter atas = 102 mm ( 4 ). Tinggi = 305 mm ( 12 ). Tebal kerucut minimum 1,6 mm. 102 mm 305 mm 203 mm Gambar 3.1. Kerucut Abrams M. Fajar Hermansyah 36

2. Pelat baja ukuran 50 cm x 50 cm untuk alas tempat kerucut berdiri. 3. Batang baja diameter 16 mm panjang 600 mm, salah satu ujungnya dibulatkan. 4. Mistar ukur. Bahan: Beton segar sebanyak sama dengan cetakan. Prosedur : 1. Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut Abrams mula-mula sebanyak 1/3 tinggi kerucut. Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja Ø 16 mm (ujung bulat berada dibawah, batang harus dalam posisi vertikal). Sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan. 2. Tambahkan lagi 1/3 tinggi berikutnya, lalu ulangi lagi langkah ke 1. 3. Tambahkan lagi 1/3 tinggi kerucut terakhir, lakukan seperti seperti 1), lalu permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. 4. Selubung kerucut diangkat keatas (pada saat itu posisi kaki dipindahkan, tak menginjak lagi kaki kerucut), adukan beton akan turun. Besarnya penurunan ini diukur dengan alat ukur tinggi slump. Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump. 3.5. PENGUJIAN SIFAT MEKANIK BETON 3.5.1. Kuat Tekan Beton Standar : ASTM C 39 04a Tujuan : Untuk mengetahui kuat tekan benda uji disesuaikan dengan kuat tekan rencana Alat : 1. Cetakan kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau silinder Ø15 cm tinggi 30 cm. M. Fajar Hermansyah 37

150 mm 150 mm 150 mm Gambar 3.2. Dimensi Bekisting Kubus Kuat Tekan 300 mm 150 mm Gambar 3.3. Dimensi Bekisting Silinder Kuat Tekan 2. Batang penumbuk diameter 16 cm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan atau penggetar batang 3. Sendok beton 4. Mesin uji tekan 5. Mesin Pengaduk 6. Alat perata M. Fajar Hermansyah 38

Bahan : Benda uji kubus atau silinder 1. Pembuatan benda uji a. Isilah dengan adukan beton dalam tiga lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan, pada saat pemadatan lapisan kedua dan ketiga tongkat pemadat boleh masuk kirakira 4 mm kedalam lapisan dibawahnya. b. Setelah selesai pemadatan, ketuk sisi cetakan perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung udara pada permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton geopolimer dan tutup segera bahan yang kedap air serta tahan karat, kemudian masukan ke dalam oven dengan suhu ± 60 o C biarkan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas dari getaran c. Setelah 24 jam keluarkan benda uji dari oven dan buka cetakan. 2. Persiapan Pengujian a. Tentukan berat dan ukuran benda uji b. Lapisi permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang c. Benda uji siap ditekan 3. Cara Pengujian a. Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris. b. Operasikan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2-4 kg/cm 2 per detik. c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catat beban maksimum yang terjadi. Gambar 3.4. Pembebanan Benda Uji Kuat Tekan M. Fajar Hermansyah 39

Perhitungan : Kuat tekan (sb) = P A Dimana : sb = Kuat tekan (kg/cm 2 ) P = Beban maksimum (kg) A = Luas Penampang (cm 2 ) 3.5.2. Kuat Lentur Beton Standar : ASTM C 78-02 Tujuan : Untuk menentukan kuat lentur beton sesuai yang direncanakan. Alat : 1. Mesin uji tekan beton 2. Peralatan uji lentur lengkap dengan plat besi untuk beban kuat lentur Bahan : Balok ukuran 15 x 15 x 55 cm 150 mm 150 mm 550 mm Gambar 3.5. Dimensi Bekisting Balok Kuat Lentur 1. Siapkan benda uji kemudian keringkan hingga kering udara 2. Ukur luas bidang yang akan ditekan 3. Tempatkan benda uji pada peralatan uji lentur, tempatkan plat besi pada bagian atas benda uji sebagai beban 4. Letakan pada mesin tekan dan beri beban hingga maksimum M. Fajar Hermansyah 40

Perhitungan : Hitung kuat lentur beton tersebut dengan rumus : f cr PL. = MPa 2 bd. Dimana : fcr = kuat lentur beton (MPa) P L b d = Beban (kn) = jarak tumpuan benda uji (cm) = lebar benda uji (cm) = tinggi benda uji (cm) 3.5.2. Kuat Tarik Beton Tujuan : Untuk mengetahui kuat tarik beton. Tes kuat tarik dilakukan hanya material geopolimernya saja. Alat : 1. Mesin Direct Tension Lb = 40 mm P = 75 mm La = 25 mm ` T = 25 mm Gambar 3.6. Dimensi Bekisting Angka Delapan Direct Tension 1. Siapkan benda uji kemudian keringkan hingga kering udara 2. Ukur luas bidang yang akan ditarik 3. Tempatkan benda uji pada mesin direct tension 4. Beri beban hingga benda uji putus. Ditinjau penampang tengah dengan tinggi benda uji 2,5 cm dan lebarnya 2,5 cm. M. Fajar Hermansyah 41

Perhitungan : Hitung kuat tarik (direct tension) tersebut dengan rumus : f ct P = MPa A Dimana : fct = kuat tarik beton (kg/cm 2 ) P = beban maksimum (kg) A = Luas Penampang (cm 2 ) 3.6. PENGUJIAN LEACHING Tujuan : Untuk mengetahui kadar Na, Fe, Mg yang terlarut dalam air sehingga dapat diketahui unsur yang terlarut tersebut apabila bercampur dengan air tanah aman terhadap lingkungan. 1. Ambil pecahan benda uji tanpa agregat kasar. 2. Kemudian pecahan tersebut dihaluskan menjadi serbuk. 3. Timbang serbuk beton tersebut. 4. Siapkan wadah penampung, dengan berisikan larutan asam dengan ph<5,6 ( merupakan simulasi hujan asam ) 11 yang telah ditimbang. 5. Masukan serbuk beton yang telah ditimbang ke wadah. 6. Kocok wadah tersebut, kemudian diamkan selama 24 jam. 7. Setelah 24 jam diambil air dari kedua wadah tersebut secukupnya untuk dianalisa dengan AAS (Atomic Absorpstion Spektrophotometer). 8. Didapat kadar Na, Fe, Mg dari larutan serbuk campuran pasta geopolimer berbahan dasar fly ash dengan agregat halus bottom ash. 11 Hujan asam - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm M. Fajar Hermansyah 42