I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

1.1 Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I LATAR BELAKANG. Kopi adalah komoditas perkebunan Indonesia yang juga sebagai penghasil

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya adalah kopi. Rasa dan aromanya yang khas menjadikan komoditas ini diminati oleh masyarakat dunia secara luas. Konsumen bersedia membayar lebih (premium fee) untuk mendapatkan kopi dengan rasa dan aroma yang khas, seperti kopi luwak. Rasa dan aroma kopi yang khas hanya bisa didapatkan jika kopi diproduksi dengan cara yang berkualitas. Terkait dengan terjadinya modernisasi pertanian, termasuk di dalamnya komoditas kopi, dalam beberapa tahun terakhir ekonomi kopi mengalami perubahan secara global. Perubahan ini dipicu oleh meluasnya sistem sertifikasi dan labelisasi produk, yang tidak hanya terjadi pada komoditas kopi, tetapi juga pada komoditas pertanian lainnya. Masyarakat dunia mulai menyadari bahwa penting untuk menetapkan standar sosial dan standar lingkungan pada setiap produk pertanian, termasuk kopi. Standar inilah yang dapat menjamin keberlanjutan kualitas lingkungan hidup serta ekonomi kopi itu sendiri. Sebagai negara penghasil dan pengekspor kopi keempat terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Colombia sebagaimana tersaji dalam Tabel 1 (Tabel 32

2 mengenai rata-rata produksi terlampir), Indonesia memiliki potensi besar dalam meningkatkan cadangan devisa negara melalui ekspor kopi. Potensi ini akan semakin tajam apabila didukung jumlah produksi yang stabil dan kualitas yang terus ditingkatkan. Tabel 1. Rata-rata total ekspor kopi oleh negara pengekspor terbesar selama tahun 2007-2011 No Negara Jumlah (ton) Persentase (%) 1 Brazil 2.000.000 31 2 Vietnam 1.000.000 17 3 Colombia 464.000 9 4 Indonesia 376.000 6 Sumber : Fairtrade Foundation, 2012 Potensi besar pada ekspor kopi sebagai solusi peningkatan pendapatan negara juga didasarkan pada kenaikan harga kopi secara terus menerus dan signifikan di pasar internasional pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa harga kopi internasional pada empat tahun terakhir telah mengalami kenaikan signifikan. Kenaikan harga ini mempertegas potensi kopi untuk dikembangkan agar dapat meningkatkan pendapatan negara. Keadaan ini juga ditunjang dengan luasnya areal produksi kopi yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia, yaitu sebesar 1.308.000 ha (Kementerian Pertanian, 2012) seperti yang dapat disimpulkan dari Tabel 2. Dari total luas perkebunan kopi Indonesia tersebut, perkebunan rakyat lah yang mendominasi. Lebih dari 90% luas areal maupun produksi total kopi Indonesia dihasilkan oleh perkebunan rakyat.

USD 3 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Sumber : indexmundi.com, 2012 dan BPS, 2012 Harga Pasar Internasional (USD/kg) FOB Ekspor Kopi Lampung (USD/kg) Gambar 1. Harga kopi Robusta Walaupun merupakan komoditas yang didominasi oleh peran rakyat, kopi telah mampu menjadi salah satu komoditas ekspor andalan di samping udang, teh, dan beberapa komoditas pertanian lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, share-nya semakin menunjukkan perbaikan terhadap ekspor sektor pertanian. Tahun 2010, share kopi pada ekspor sektor pertanian mencapai 16,24%. Meskipun terus meningkat, menurut BPS (2011) perkembangan komoditi ini lamban, antara lain dikarenakan selain diberlakukannya sistem kuota, juga banyaknya negara pesaing. Tabel 2. Luas areal dan produksi perkebunan kopi menurut penguasaan lahan di Indonesia Luas (ha) Produktivitas (ton/ha) Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Total Luas Perkebunan Besar Besar Perkebunan Perkebunan Besar Besar Rakyat Negara Swasta Rakyat Negara Swasta 2007 1.423.429 23.721 28.761 1.475.911 0,458 0,575 0,365 2008 1.236.842 22.442 35.826 1.295.110 0,542 0,772 0,300 2009 1.217.506 22.794 25.935 1.266.235 0,537 0,631 0,551 2010 1.219.802 22.738 25.936 1.268.476 0,537 0,633 0,551 2011 1.254.921 23.167 29.912 1.308.000 0,541 0,626 0,506 Sumber: Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, 2012

4 Sudah sejak lama pasar dunia menaruh minat yang tinggi pada kopi asal Indonesia karena adanya kekhasan aroma dan rasa. Di lain hal, petani kopi Indonesia, yang didominasi oleh pekebunan rakyat berskala kecil, masih sulit menjawab permintaan tersebut akibat terbentur ketiadaan sertifikat dan label produk. Tanpa kedua hal tersebut, akan sulit bagi pasar dunia, terutama di negara-negara maju, untuk menerima suatu produk karena dianggap tidak memiliki jaminan mutu. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia, terutama Eropa, kini banyak mengalihkan permintaannya ke negara lain yang merupakan pesaing sebagai produsen kopi. Lampung sebagai sentra produksi kopi nasional kedua terbesar (Tabel 33 tentang kontribusi produksi kopi Lampung terlampir) seharusnya dapat memanfaatkan peluang ini. Ditambah lagi peluang dengan adanya Pelabuhan Internasional Panjang yang dapat mempermudah proses pengirimana barang ke luar negeri. Faktor ini dapat menggambarkan bahwa dari jika dari segi kualitas Lampung dapat memenuhi permintaan konsumen dunia maka Lampung akan mendapatkan tempat di hati konsumen internasional. Areal perkebunan Kopi Robusta mendominasi tingkat produksi sektor pertanian propinsi Lampung. Dominasi tercermin dari luas perkebunan kopi yang menempati posisi pertama seluas 163.123 ha dengan jumlah produksi 144.803 ton, disusul oleh luas lahan kelapa sawit di peringkat kedua dengan luas 157.723 ha (Tabel 34 mengenai luas areal dan jumlah produksi komoditas pertanian Lampung terlampir). Selanjutnya, komoditas yang memiliki areal terluas di propinsi Lampung adalah kelapa (128.076 ha), tebu (113.779 ha), dan karet (112.183 ha). Luasan tersebut juga cenderung stabil jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa masih banyak

5 rakyat yang merasakan manfaat dari melaksanakan usahatani kopi sehingga tetap bersedia memproduksi komoditas yang sama. Bila dibandingkan data yang menunjukkan luas total perkebunan kopi Lampung tahun 2010 sebesar 163.123 ha (tabel luas areal dan jumlah produksi komoditas pertanian propinsi Lampung terlampir) dengan Tabel 3, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 seluruh perkebunan kopi yang ada di Provinsi Lampung dikuasai oleh perkebunan rakyat. Dalam skala nasional pun, perkebunan kopi rakyat yang ada di Lampung memiliki share yang cukup tinggi yakni 12,86% pada tahun 2010. Perkebunan rakyat dicirikan dengan pengelolaan dilakukan oleh banyak petani, produktivitas rendah, dan mutu kopi yang dihasilkan rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa urgensi untuk dapat meningkatkan mutu kopi sangat tinggi. Upaya ini sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil. Kopi yang merupakan tanaman tahunan, memiliki jeda waktu yang cukup panjang antara pengeluaran dan pendapatan petani. Dengan demikian, solusi untuk meningkatkan pendapatan petani melalui efisiensi usahatani perlu ditemukan. Tabel 3. Luas areal perkebunan kopi rakyat di Propinsi Lampung Tahun Luas Areal (ha) Share Perkebunan Rakyat Perkebunan Rakyat Total Perkebunan Lampung Lampung Nasional (%) 2006 163.837 1.263.203 12,97 2007 163.893 1.475.911 11,10 2008 162.830 1.295.110 12,57 2009 162.954 1.266.235 12,87 2010 163.123 1.268.476 12,86 Sumber: BPS, 2011 Kopi tetap menjadi komoditas unggulan di sektor Pertanian Lampung sampai tahun 2011. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai ekspor kopi (nilai Free on

6 Board) mengalami peningkatan sebesar 7,25% walaupun secara bobot menurun 22,35% (dari 253.739 ton menjadi 196.565 ton). Hal ini menunjukkan bahwa jika Lampung dapat meningkatkan volume produksi kopi yang sesuai dengan standar ekspor, maka kontribusi ekspor kopi terhadap pendapatan nasional akan semakin baik karena nilai ekspor kopi terus meningkat. Tabel 4. Perkembangan volume dan nilai FOB ekspor kopi Lampung Tahun Volume Ekspor (kg) Kontribusi terhadap Volume Ekspor Sektor Pertanian (%) Nilai FOB (USD) Kontribusi terhadap FOB Sektor Pertanian (%) 2006 266.140.684 72,5 291.644.119 51,1 2007 189.932.169 68,2 308.615.978 53,2 2008 326.085.383 72,4 615.121.378 58,0 2009 348.208.475 74,3 467.599.155 56,6 2010 253.739.947 67,3 368.240.364 45,9 2011 196.565.431 60,0 394.952.227 41,2 Sumber: BPS, 2012 Perlunya meningkatkan produksi yang sesuai dengan permintaan pasar internasional adalah untuk menghindari ditolaknya kopi Indonesia di pasar luar negeri. Alasan lain adalah untuk mendapatkan tempat di hati konsumen internasional. Dengan adanya loyalitas dari konsumen, maka akan timbul kesediaan untuk membayar lebih. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi permintaan, dimana permintaan dipengaruhi oleh lima faktor, salah satunya adalah selera konsumen (T). Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, dalam hal ini kopi, semakin tinggi pula kesediaan untuk membayar. Harga kopi di suatu negara dengan negara lain akan dapat berbeda karena adanya perbedaan selera ini. Apalagi masyarakat Eropa dan negara pecinta kopi lainnya yang sudah termasuk kategori negara maju akan bersedia membayar dengan

7 harga yang lebih tinggi jika kualitas kopi yang dikirimkan sesuai dengan standar yang mereka tetapkan. Menurut Simatupang dan Purwanto (1999) dalam Andriyanti (2005), untuk memperoleh biji kopi yang berkualitas baik, diperlukan kesepakatan antara pihakpihak yang terkait, yakni pihak produsen, pedagang perantara, eksportir maupun pabrik kopi di negara importir. Kesepakatan itu berisi dasar-dasar atau syaratsyarat untuk memperoleh biji kopi yang baik, seperti tidak tercampur dengan biji cacat dan kotoran yang akan merusak mutu kopi. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kopi sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya demi mencapai efisiensi usahatani yang lebih baik. Pada umumnya kopi yang dijual petani di Provinsi Lampung adalah kopi mutu non-grade (mutu asalan). Oleh karena itu untuk memperbaiki kualitas kopi rakyat, pemerintah dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Kehutanan bekerjasama dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dan beberapa pihak mitra melakukan pelatihan pada petani kopi, baik yang berkaitan dengan teknik budidaya, manajemen maupun pascapanen (Agustian dkk, 2003 dalam Andriyanti, 2005). Salah satu pihak mitra yang terlibat dalam pembinaan petani ini adalah PT Nestlé Indonesia, produsen kopi instant Nescafé. Rendahnya skala pengusahaan lahan serta cara budidaya yang masih sangat tradisional menyebabkan mutu kopi yang dihasilkan petani kopi di Kabupaten Tanggamus masih tergolong rendah. Berangkat dari permasalahan rendahnya mutu, PT Nestlé berinisiatif melakukan pembinaan melalui konsep kemitraan. Melalui

8 Agrucultural Service Department, Nestlé melakukan pembinaan yang berbasis sistem verifikasi 4C (Common Code for Coffee Community). Program pembinaan (pelayanan pertanian) Nestlé dimulai sejak tahun 1995. Konsep kemitraan dan pembinaan yang dikembangkan Nestlé adalah memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan-pelatihan melalui demo plot (laboratorium lapang) yang diorientasikan pada peningkatan mutu dan produksi kopi rakyat, dalam aspek pertama budidaya perkebunan dan penanganan pascapanen kopi, kedua, pengetahuan tentang sistem pengujian mutu kopi, dan ketiga adalah pengembangan sumberdaya manusia melalui pembentukan kelembagaan petani serta penyuluhan dan pelatihan manajemen organisasi petani. Untuk meningkatkan semangat petani, Nestlé juga menyiapkan penghargaan yang diberikan pada acara tertentu yang berkaitan dengan materi pembinaan. Sistem sertifikasi kopi dunia mulai merebak pada tahun 2008. Sehingga, sejak tahun 2010 Nestlé mulai melaksanakan verifikasi kepada para petani kopi yang telah mengikuti pembinaan agar memiliki sertifikat dan nilai kopi akan meningkat di pasar internasional. Verifikasi merupakan suatu sistem yang memiliki standar di bawah sertifikasi. Jika sertifikasi hanya memiliki 2 kategori penilaian, yaitu diterima atau ditolak, maka verifikasi masih memiliki kategori ketiga yaitu dapat diterima dengan persyaratan peningkatan kualitas yang terus dilakukan agar dapat lulus standar. Verifikasi dilakukan langsung oleh Asosiasi 4C yang diwakili pelaksanaannya oleh Control Union.

9 B. Perumusan Masalah Verifikasi merupakan suatu proses penilaian dan pembuktian apakah petani tersebut telah melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang ditetapkan dalam suatu badan verifikasi. Verifikasi 4C dilakukan dengan menggunakan kriteria dimensi sosial, dimensi ekonomi, dan dimensi lingkungan. Pembinaan yang dilakukan Nestlé bertujuan untuk membantu petani agar dapat lolos verifikasi. Sejauh ini, hasil dari adanya pembinaan dan verifikasi petani menunjukkan adanya perubahan positif terhadap produktivitas dan mutu kopi yang dihasilkan petani. Namun, sejauh mana perbaikan mutu ini perlu dikaji lebih lanjut melalui persepsi petani sebagai produsen serta sebagai anggota pembinaan. Perubahan dari adanya sistem ini berdampak positif terhadap perusahaan. Namun, falsafah utama yang diberlakukan di seluruh pabrik Nestlé di seluruh dunia adalah Nestlé tidak memproduksi sendiri bahan baku yang dibutuhkannya melainkan harus memperolehnya dari produsen setempat. Berarti bahwa, Nestlé akan tumbuh dan berkembang bersama dengan komunitas penghasil bahan baku lokal. Sehingga diharapkan pabrik-pabrik Nestlé dapat memberikan dampak yang positif bagai masyarakat sekitarnya. Mengacu kepada falsafah tersebut, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai perubahan positif yang terjadi pada petani kopi yang mendapatkan binaan itu sendiri sebagai subjek dari program verifikasi 4C. Manfaat yang dikaji tersebut sesuai dengan kriteria 4C, yaitu manfaat dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta mutu kopi yang dihasilkan. Manfaat dari segi ekonomi dapat berupa peningkatan pendapatan dan kelayakan usahatani secara finansial.

10 Manfaat ini perlu dikaji secara kuantitatif agar terlihat sejauh mana perbedaan kelayakan usahatani antara petani yang melakukan verifikasi dan tidak. Pada akhirnya, untuk melihat manfaat program secara umum dan langsung kepada subjek adalah dengan mengetahui persepsi petani terhadap manfaat verifikasi ini terhadap semua aspek 4C, yaitu manfaat terhadap lingkungan, ekonomi, sosial, dan tentu saja mutu kopi. Persepsi petani dapat ditinjau dari segi manfaat pembinaan secara langsung terhadap kegiatan produksi dan pengaruhnya terhadap mutu, maupun persepsi petani atas perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan dan masyarakat setelah verifikasi dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat mengkaji manfaat dari sudut pandang pihak yang menjadi subjek utama program verifikasi, yaitu petani kopi. Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1) Apakah program pembinaan dan verifikasi memberikan manfaat finansial bagi petani kopi? 2) Apakah menurut persepsi petani program pembinaan dan verifikasi kopi dapat memberikan manfaat sosial, lingkungan, dan ekonomi? 3) Apakah menurut persepsi petani program pembinaan dan verifikasi kopi dapat meningkatkan mutu kopi yang dihasilkan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengkaji manfaat finansial program pembinaan dan verifikasi kopi

11 2) Mengkaji manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan menurut persepsi petani dari program pembinaan dan verifikasi kopi 3) Mengkaji persepsi petani tentang manfaat program pembinaan dan verifikasi kopi dalam meningkatkan mutu kopi D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1) Pemerintah, para pemangku kepentingan, serta pelaku sistem pembinaan dan verifikasi produk, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam penentuan dan perumusan kebijakan terkait upaya peningkatan mutu kopi melalui sistem verifikasi produk. 2) Peneliti lain, sebagai informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lain yang sejenis.