BUPATI BULUKUMBA PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 24 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEWAAN BARANG MILIK DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH BERUPA TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 92 TAHUN 2015

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 29 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.44/Menhut-II/2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.06/2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

TATACARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KMA NOMOR 23 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 04 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

No.1406, 2014 KEMENHAN. Barang Milik Negara. Tanah. Bangunan. Sewa. Tata cara. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR TAHUN TENTANG (spasi) PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN GEDUNG OLAH RAGA (GOR) DAN SENI MOJOPAHIT KOTA MOJOKERTO

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 3 TAHUN 2007

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PINJAM PAKAI BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 88 TAHUN 2016

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI BULUKUMBA PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 24 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEWAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan penggunaan barang milik daerah yang belum/tidak dipergunakan untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilaksanakan pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk sewa; b. bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan pasal 32, pasal 33 dan pasal 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, perlu diatur lebih lanjut mengenai tata cara penyewaan barang milik daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik / Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2007 Nomor 11); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2011 Nomor 3). MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYEWAAN BARANG MILIK DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Bulukumba; 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bulukumba; 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalahh perangkat daerah dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Bulukumba; 6. Pengelola Barang Milik Daerah selanjutnya disebut Pengelola adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bulukumba yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah; 7. Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah selanjutnya disebut Pembantu Pengelola adalah Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba yang selanjutnya disebut Kepala DPKD yang berwenang melakukan koordinasi Pengelolaan Barang Milik Daerah

yang berada dalam penggunaan SKPD; 8. Penggguna Barang Milik Daerah selanjutnya disebut Pengguna adalah Kepala SKPD yang berwenang mencatat, membukukan, menggunakan dan melaporkan Barang Milik Daerah yang berada dalam penggunaannya; 9. Kuasa Pengguna adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala UPT-SKPD adalah Pejabat yang berwenang mencatat, membukukan, menggunakan dan melaporkan Barang Milik Daerah yang berada dalam kuasa penggunaannya; 10. Swasta adalah Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang mempunyai izin tinggal dan/atau membuat usaha atau badan hukum Indonesia dan/atau badan hukum asing, yang menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh keuntungan. 11. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 12. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyatyang berdasar atas asas kekeluargaan. 13. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah; 14. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan; 15. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 16. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan`uang tunai; 17. Penyewaan adalah penyerahan hak penggunaan/pemanfaatan barang milik daerah kepada pihak ketiga dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan berupa uang sewa baik sekaligus maupun secara berkala 18. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna; 19. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum; 20. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didassaarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi Pengelola Barang dan Pengguna Barang dalam penyewaan BMD. (2) Peraturan Bupati ini bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan BMD dalam bentuk sewa menyewa, agar dapat terlaksana dengan tertib dan akuntabel sehingga pengelolaan BMD berjalan efektif efisien dan optimal Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 3 (1) Peraturan Bupati ini mengatur pelaksanaan Sewa Menyewa BMD yang berada pada Pengelola Barang atau pada Pengguna Barang. (2) Pengaturan pelaksanaan Sewa BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. subjek pelaksana sewa; b. objek sewa; c. jangka waktu sewa; d. besaran sewa. e. tata cara pelaksanaan sewa; f. pengamanan dan pemeliharaan objek sewa; g. penatausahaan; h. pembinaan, pengawasan dan pengendalian Sewa; dan i. ganti rugi dan denda. Bagian Keempat Prinsip Umum Pasal 4 (1) Barang milik daerah baik bergerak maupun tidak bergerak yang tidak/belum dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dapat disewakan kepada pihak ketiga sepanjang tidak mengganggu tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah dan menguntungkan daerah. (2) Barang milik daerah yang disewakan tidak merubah status kepemilikan barang daerah. BAB II KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB Bagian Kesatu Pengelola Barang Pasal 5 Sekretaris Daerah selaku pengelola barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab : a. memberikan persetujuan atas usulan dari pengguna barang yang meliputi usulan sewa dan usulan perpanjangan jangka waktu sewa BMD; b. mengajukan usulan permohonan persetujuan sewa BMD

kepada bupati; c. menandatangani perjanjian sewa BMD berupa tanah dan/atau bangunan setelah mendapat persetujuan dari Bupati; d. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan sewa BMD; e. melakukan penatausahaan BMD yang disewakan; f. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pelaksanaan sewa BMD; g. menetapkan ganti rugi dan denda yang timbul dalam pelaksanaan sewa; Bagian Kedua Pembantu Pengelola Barang Pasal 6 Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku pembantu pengelola memiliki kewenangan dan tanggung jawab : a. mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan BMD yang pada masing-masing SKPD b. melakukan penatausahaan BMD yang disewakan; c. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pelaksanaan sewa BMD; Bagian Ketiga Penguna Brang Pasal 7 Kepala SKPD selaku pengguna barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab: a. Mengajukan permohonan persetujuan sewa BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan atau selain tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan, kepada pengelola barang; b. Menerbitkan keputusan pelaksanaan sewa BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan atau BMD selain tanah dan/atau bangunan setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang; c. Melakukan penyewaan BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan atau BMD selain tanah dan/atau bangunan setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang; d. Menandatangani perjanjian sewa BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan atau BMD selain tanah dan/atau banguna setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang; e. Melakukan pembinaan, penggawasan dan pengendalian atas pelaksanaan sewa BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan atau BMD selain tanah dan/atau bangunan; f. Melakukan penatausahan BMD yang disewakan; g. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pelaksanaan sewa BMD; h. Menetapkan ganti rugi dan denda yang timbul dalam pelaksanaan sewa.

Bagian Keempat Penyewa/Calon Penyewa Pasal 8 Penyewa/Calon penyewa memiliki tanggung jawab : a. Melakukan pembayaran biaya sewa; b. Melakukan pembayaran lainnya, jika ada sesuai perjanjian dan ketentuan peraturasn perundang- Undangan ; c. Melakukan pengamanan dan pemeliharaan BMD yang disewa selama jangka waktu sewa; d. Mengembalikan BMD yang disewa kepada engelola barang/pengguna barang sesuai kondisi yang diperjanjikan; dan e. Memenuhi kewajiban lainnya yang diatur dalam perjanjian sewa. BAB III SUBJEK DAN OBJEK SEWA Bagian Kesatu Pelaksana Sewa Pasal 9 (1) Pelaksana sewa barang milik daerah adalah : a. pengelola barang, untuk BMD berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada pengelola barang setelah mendapat persetujuan dari bupati; b. pengguna barang, untuk BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan BMD selain tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang. (2) Pihak yang dapat menyewa BMD adalah : a. Pemerintah daerah lain b. Badan Usaha Milik Negara c. Badan Usaha Milik Daerah d. Swasta e. Unit penunjang kegiatan pemerintahan daerah f. Badan hukum lainnya (3) Pemerintah Daerah lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diperlakukan sebagai penyewa dalam hal Pemerintah Daerah memanfaatkan BMD tidak untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi. (4) Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, antara lain : a. Perorangan b. Persekutuan perdata c. Persekutuan firma d. Persekutuan komanditer e. Perseroan terbatas

f. Lembaga/organisasi baik lokal, nasional maupun internasional g. Yayasan; atau h. Koperasi Bagian Kedua Objek Sewa Pasal 10 (1) Objek sewa meliputi : a. barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang; b. barang milik daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang; c. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang. (2) BMD sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat disewakan sepanjang BMD tersebut berada dalam kondisi tidak digunakan oleh Pengelola Barang atau Pengguna Barang dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. (3) Objek sewa berupa bangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa : a. Mess/Wisma/Asrama dan sejenisnya; b. Gudang/ Gedung; c. Rumah Dinas; d. Toko/Kios; (4) Obyek sewa berupa selain tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa : a. kendaraan; b. alat-alat besar; c. Peralatan lainnya. BAB IV JANGKA WAKTU DAN BESARAN SEWA BMD Bagian Kesatu Jangka Waktu Sewa BMD Pasal 11 (1) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian dan dapat diperpanjang; (2) Jangka waktu Sewa BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh: a. Pengelola Barang, untuk BMD berupa tanah dan/atau bangunan setelah mendapat persetujuan dari Bupati; b. Pengguna Barang, untuk BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya berada pada Pengguna Barang, setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang. (3) Jangka waktu Sewa dapat dihitung berdasarkan periodesitas Sewa, yaitu : a. Per tahun

b. Per bulan c. Per hari d. Per jam (4) Sewa menyewa berakhir apabila : a. Jangka waktu berakhir; b. Sesuai dengan perjanjian; c. Perintah peraturan perundang-undangan. (5) Setelah masa sewa berakhir, penyewa harus mengembalikan BMD yang disewa dalam kondisi sebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian dan diserahkan berdasarkan berita acara serah terima. Bagian Kedua Besaran Sewa Pasal 12 a. Besaran sewa ditetapkan oleh Bupati berdasarkan hasil perhitungan Tim Penaksir/Penilai. b. Tim Penaksir/Penilai dalam melaksanakan tugasnya melakukan perhitungan besaran sewa BMD berdasar pada formula tariff sewa BMD sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan bupati ini. BAB V PELAKSANAAN SEWA Pasal 13 (1) Pelaksanaan sewa menyewa pada Pengelola barang diatur lebih lanjut dalam perjanjian sewa menyewa antara pengelola dengan penyewa setelah mendapat persetujuan dari Bupati; (2) Pelaksanaan sewa menyewa pada Pengguna barang diatur lebih lanjut dalam perjanjian sewa menyewa antara Pengguna dengan penyewa setelah mendapat persetujuan dari pengelola; (3) Perjanjian sewa menyewa sekurang-kurangnya memuat : a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. data BMD yang disewakan; c. hak dan kewajiban dari pada kedua belah pihak; d. jumlah/besarnya uang sewa yang harus dibayar oleh Pihak Ketiga; e. jangka waktu sewa-menyewa; f. sanksi; g. ketentuan lain yang dipandang perlu terutama mengenai batasan-batasan penggunaan barang milik daerah yang disewakan kepada Pihak Penyewa. h. surat Perjanjian Sewa Menyewa tersebut ditandatangani oleh pengelola atas nama bupati dengan Pihak Penyewa. i. hasil penyewaan barang milik daerah disetorkan ke kas daerah. j. segala biaya yang diperlukan dalam rangka persiapan pelaksanaan penyewaan barang milik daerah ditanggung oleh Pihak Penyewa.

BAB VI PROSEDUR SEWA BMD Bagian Kesatu Penyewaan BMD pada Pengelola Pasal 14 a. Calon penyewa mengajukan surat permohonan sewa BMD kepada Bupati melalui Pengelola Barang sekurangkurangnya memuat pertimbangan yang mendasari diajukannya permintaan, jangka waktu penyewaan, dan peruntukan sewa; b. Pengelola bersama Tim yang telah dibentuk berkoordinasi untuk menentukan diterima atau ditolaknya permohonan sewa berdasarkan hasil penelitian termasuk penilaian untuk penentuan besaran sewa; c. Pengelola menyampaikan permohonan persetujuan kepada bupati untuk dapat menyewakan barang milik daerah dengan dasar pertimbangan hasil penelitian; d. Dalam hal permohonan penyewaan BMD ditolak, maka pengelola atas nama Bupati memberikan jawaban penolakan permohonan kepada pihak yang mengajukan permintaan sewa BMD disertai alasannya; e. Dalam hal permohonan diterima, maka Bupati menetapkan persetujuan penyewaan BMD yang antara lain memuat jenis BMD yang disewakan dan besaran sewa; f. Setelah diperoleh persetujuan dari Bupati, selanjutnya ditindaklanjuti dengan perjanjian Sewa Menyewa antara pengelola barang dan penyewa; g. Penyewaan BMD berupa tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa; h. Penyewa menyetorkan uang ke kas daerah melalui bendahara penerima di SKPD yang menangani asset daerah; i. Setelah berakhirnya masa sewa, penyewa menyerahkan BMD yang disewa kepada Pengelola Barang dan dituangkan dalam berita acara serah terima; j. Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka permintaan tersebut harus disampaikan kepada Bupati melalui Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa; k. Perpanjangan penyewaan barang milik daerah dapat dilakukan apabila dari hasil penilaian masih memenuhi syarat untuk diperpanjang; Bagian kedua Penyewaan BMD pada Pengguna Pasal 15 Penyewaan barang milik daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan pada pengguna barang dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut: a. Calon penyewa mengajukan surat permohonan sewa kepada Pengguna Barang sekurang-kurangnya memuat pertimbangan yang mendasari diajukannya permintaan; b. Pengguna Barang melakukan penelitian atas kelayakan permohonon calon penyewa; c. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan sewa kepada Pengelola Barang disertai data calon penyewa, data BMD yang akan disewa, pertimbangan penyewaan, dan jangka waktu penyewaan serta data terkait lainnya; d. Pengelola melalui Tim yang telah dibentuk melakukan penelitian dalam rangka penyewaan BMD dan berkoordinasi dengan Pengguna Barang untuk memberikan rekomendasi kepada pengelola dalam menyetujui atau menolak permohonan sewa; e. Pengelola Barang memberikan persetujuan atas permohonan Sewa yang diajukan dengan mempertimbangkan hasil penelitian dan kajian kelayakan penyewaan; f. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada pihak yang mengajukan permintaan Sewa dengan disertai alasannya. g. Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permohonan tersebut, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan penyewaan BMD sekurang-kurangnya memuat BMD yang disewakan, calon penyewa, nilai sewa dan jangka waktu sewa; h. Berdasarkan persetujuan sewa BMD tersebut, Pengguna Barang melaksanakan penyewaan BMD yang dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa antara pengguna barang dengan pihak penyewa; i. Penyewa menyetorkan uang sewa ke kas daerah melalui bendahara penerima pada SKPD pengguna barang; j. Pengguna barang menyampaikan laporan pelaksanaan sewa menyewa kepada Pengelola Barang dengan disertai bukti setor ke kas daerah dan perjanjian sewa menyewa; k. Setelah berakhirnya masa sewa, penyewa menyerahkan BMD yang disewa kepada Pengguna Barang dan dituangkan dalam berita acara serah terima; l. Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka permintaan tersebut harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa; m. Perpanjangan penyewaan barang milik daerah dapat dilakukan apabila dari hasil penilaian dan evaluasi masih memenuhi syarat untuk diperpanjang; n. dalam hal diperlukan, pengelola barang dapat membentuk tim dan/atau menugaskan penilai untuk melakukan penelitian dan kajian atas usulan sewa barang milik daerah dari pengguna barang guna menentukan besaran tariff sewa dimaksud.

BAB VII PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN Bagian Kesatu Pengamanan Pasal 16 (1) Penyewa wajib melakukan pengamanan atas BMD yang disewa. (2) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang. (3) Penyewa dilarang menggunakan BMD yang disewakan untuk peruntukkan selain dari yang telah ditetapkan Pengelola Barang/Pengguna Barang sesuai dengan perjanjian Sewa. (4) Penyewa dilarang memindahtangankan BMD kepada pihak lain untuk peruntukkan selain dari yang telah ditetapkan Pengelola Barang/Pengguna Barang sesuai dengan perjanjian Sewa. Bagian Kedua Pemeliharaan Pasal 17 (1) Penyewa wajib melakukan pemeliharaan atas BMD yang disewa. (2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki barang agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. (3) Seluruh biaya pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya yang timbul dari pemakaian dan pemanfaatan BMD menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa. (4) Perbaikan BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah dilaksanakan paling lambat pada saat berakhirnya jangka waktu Sewa. (5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), perbaikan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Pengelola Barang/Pengguna Barang dengan penyewa apabila kerusakan atas BMD yang disewa diakibatkan oleh keadaan kahar (force majeur). BAB VIII PENATAUSAHAAN Pasal 18 (1) Pengelola Barang melakukan Penatausahaan pelaksanaan Sewa BMD berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya. (2) Pengguna Barang melakukan Penatausahaan pelaksanaan Sewa BMD berupa: a. sebagian tanah dan/atau bangunan; dan b. selain tanah dan/atau bangunan.

yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang sesuai dengan kewenangannya. (3) Pengguna Barang menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan Sewa BMD kepada Pengelola Barang sesuai dengan kewenangannya. (4) Pengguna Barang mengungkapkan informasi mengenai BMD yang disewakan ke dalam Laporan Barang Pengguna sesuai dengan kewenangannya. (5) Pengguna Barang melaporkan berakhirnya pelaksanaan Sewa BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pengelola Barang pada akhir jangka waktu Sewa dengan dilampiri Berita Acara Serah Terima sesuai dengan kewenangannya. (6) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), laporan mengenai berakhirnya pelaksanaan Sewa tidak perlu melampirkan Berita Acara Serah Terima sepanjang periodesitas Sewa adalah berupa Sewa per hari dan per jam. BAB IX PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Bagian Kesatu Pembinaan dan Pengawasan Pasal 19 (1) Pengelola Barang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pengguna Barang atas pelaksanaan Sewa BMD. (2) Pengguna Barang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Kuasa Pengguna Barang yang berada di wilayah kerjanya atas pelaksanaan Sewa BMD. Pasal 20 (1) Pengelola Barang/Pengguna Barang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian Sewa BMD yang berada di bawah penguasaannya masing-masing sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani. (2) Sebagai tindak lanjut atas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola Barang/Pengguna Barang menerbitkan surat teguran kepada penyewa atas dilakukannya pelanggaran terhadap perjanjian Sewa dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat menghentikan kegiatan Sewa apabila surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah diberikan 3 (tiga) kali dan tidak diindahkan oleh Penyewa. (4) Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat meminta bantuan aparat pengawas internal dalam melakukan pengawasan BMD yang dipersewakan.

Bagian Kedua Pengendalian Pasal 21 (1) Dalam rangka pengendalian pelaksanaan Sewa BMD, Pengelola Barang berwenang melakukan pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan Sewa BMD pada Pengguna Barang, dalam rangka penertiban pemanfaatan BMD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Sebagai tindak Ianjut dari pemantauan dan investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola Barang dapat meminta aparat pengawas internal untuk melakukan audit atas pelaksanaan Sewa BMD. (3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB X GANTI RUGI DAN DENDA Bagian Kesatu Ganti Rugi Pasal 22 (1) Dalam hal BMD selain tanah dan/atau bangunan yang disewakan hilang selama jangka waktu Sewa, penyewa wajib mengganti barang yang disewakan dengan barang yang sejenis. (2) Penggantian BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat pada saat berakhirnya jangka waktu Sewa. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggantian dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Pengguna Barang dengan penyewa apabila kehilangan diakibatkan oleh kondisi kahar (force majeur). Pasal 23 (1) Dalam hal perbaikan dan/atau penggantian BMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 22 ayat (1) tidak dapat dilakukan, Penyewa membayar biaya perbaikan dan/atau penggantian tersebut secara tunai. (2) Penentuan besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pengelola Barang setelah melalui proses tuntutan ganti rugi. (3) Pembayaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara menyetorkan ke Kas Daerah. Bagian Kedua Denda Pasal 24 (1) Penyewa dikenakan sanksi administratif berupa surat teguran dalam hal:

a. penyewa belum menyerahkan BMD yang disewakan setelah berakhirnya jangka waktu sewa sesuai dengan perjanjian sewa menyewa; b. perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) belum dilakukan paling lambat sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa; dan/atau c. penggantian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) belum dilakukan paling lambat sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa. (2) Pengelola Barang/Pengguna Barang dalam batas kewenangannya mengenakan denda kepada penyewa atas pelanggaran yang dilakukan berdasarkan perjanjian sewa menyewa. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Sewa BMD yang telah dilakukan sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini, tetap berlaku sesuai waktu sewa. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan Bupati ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 9 Mei 2014 BUPATI BULUKUMBA H. ZAINUDDIN. H Diundangkan di Bulukumba pada tanggal 9 Mei 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA A. B AMAL BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2014 NOMOR 24

LAMIPIRAN : PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 24 TAHUN 2014 TANGGAL : 9 Mei 2014 TENTANG : TATA CARA PENYEWAAN BARANG MILIK DAERAH FORMULA TARIF SEWA BARANG NILIK DAERAH I. Prinsip dasar penetapan tarif sewa barang milik daerah didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak berdasarkaan nilai yang wajar pada barang milik daerah yang disewa. II. Formula tarif sewa barang milik daerah adalah merupakan hasil perkalian dari : a. Tarif pokok sewa BMD b. Faktor penyesuai sewa BMD. III. Besarnya tariff pokok sewa barang milik daerah dihitung dengan formula sebagai berikut: 1. Formula sewa tanah kosong St=3,33%x(Lt x Nilai tanah ) Keterangan : a. St = Sewa tanah Lt = Luas tanah (m2) Nilai = Nilai tanah berdasarkan hasil penilaian denagn tanah estimasi terendah menggunakan NJOP (per m2) 3,33% adalah factor variable sewa tanah b. Luas tanah dihitung berdasarkan pada gambar situasi/peta tanah atau sertifikat tanah dalam meter persegi. c. Dalam hal tanah yang disewakan hanya sebagian dari keseluruhan tanah, maka luas tanah adalah sebesar luas bagian tanah yang disewaka 2. Sewa tanah dan bangunan Stb = ( 3,33 % x Lt x Nilai tanah ) + ( 6,64 % x Lb x Hs x Nsb ) Keterangan : a. Lb = Luas lantai Bangunan (m2) Hs = Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru Nsb (Rp/m2) = Nilai sisa bangunan dalam persentase(%) setelah Diperhitungkan penyusutan 6,64% adalah factor variable sewa bangunan b. Dalam hal ketentuan mengenai penyusunan BMD belum ada maka perhitungan penyusutan dihitung sebagai barikut : - Penyusutan untuk bangunan permanen = 2%/ tahun - Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 %/ tahun - Penyusutan untuk bangunan darurat = 10%/tahun - Penyusutan maksimal 80% c. Luas bangunan dihitung berdasarkan luas lantai bangunan sesuai gambar dalam meter persegi. d. Dalam hal bangunan yang disewakan hanya sebagian dari bangunan, maka luas bangunan adalah sebesar luas lantai dari bagian bangunan yang disewakan. e. Harga satuan bangunan - Harga satuan bangunan per m2 sesuai kelasifikasi/tipe dalam keadaan baru berdasarkan Keputusan Bupati pada tahun yang bersangkutan. - Dalam hal bangunan yang akan disewakan lebih dari 1 (satu) lantai, maka harga satuan bangunan standar dikalikan dengan faktor jumlah lantai bangunan. - Harga satuan tertinggi rata-rata per m2 bangunan bertingkat untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut:

Jumlah lantai bangunan Bangunan 1 lantai Bangunan 2 lantai Bangunan 3 lantai Bangunan 4 lantai Bangunan 5 lantai Harga satuan per m2 tertinggi 1,000 standar harga gedung bertingkat 1,090 standar harga gedung bertingkat 1,120 standar harga gedung bertingkat 1,135 standar harga gedung bertingkat 1,162 standar harga gedung bertingkat f. Dalam hal sisa bangunan menerut umur tidak tidak sesuai dengan kondisinya, maka Nsb ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan sebagai berikut : - Baik = 85% s.d 100% siap pakai/perlu pemeliharaan awal - Rusak ringan = 70% s.d 85 % rusak ringan sebagian non struktur - Rusak berat = 55% s.d 70% rusak sebagian non struktur /struktur - Rusak berat = 35%s.d 55% rusak sebagian besar non struktur/struktur 3. Sewa prasarana bangunan Sp = 6,64% x Hp x Nsp Keterangan a. Sp = sewa prasarana bangunan ( Rp/tahun ) Hp = harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp per m2) Nsp= Nilai sisa prasarana bangunan dalam persentase (%) setelah diperhitungkan penyusutan. b. Dalam hal ketentuan penyusutan BMD belum ada, maka perhitungan penyusutan dihitung: - Pekerjaan halaman = 5% per tahun - Mesin/instalasi = 10% per tahun - Furniture/elektronik = 25% per tahun - Penyusutan maksimal = 80% per tahun IV. Faktor penyesuaisewa dihitung dalam persentase meliputi : a. Jenis kegiatan usaha penyewa; b. Bentuk kelembagaan penyewa ; dan c. Periodesitas sewa. 1 Bentuk kelembagaan penyewa Jenis kegiatan usaha penyewa Bisnis non bisnis sosial a. Kategori I 100% 50% 10% i. swasta, kecuali yayasan dan koperasi ii. badan usaha milik Negara iii. badan usaha milik daerah iv. badan hukum yang dimiliki negara v. lembaga pendidikan asing b. Kategori II 100% 40% 5% i. Yayasan ii. Koperasi iii.lembaga pendidikan formal iv. lembaga pendidikan non formal

c Kategori III 100% 30% 5% i. lembaga sosial ii. lembaga kemanusiaan iii.lembaga keagamaan iv. unit penunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah 2. Perioritas sewa a. per tahun 100% b. per tahun 130% c. per tahun 160% d. per tahun 190% V. Besarnya nilai sewa selain tanah dan/atau bangunan dihitung dan ditetapkan berdasarkan harga pasar dan diupayakan pengguna berkoordinasi dengan instansi teknis terkait. BUPATI BULUKUMBA H. ZAINUDDIN. H