Kata Kunci : Asuransi Sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan hidup manusia itu sendiri. kesejahteraan pegawainya. Meningkatkan kesejahteraan pegawai semata- mata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB III METODE PENELITIAN. dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. Penelitian merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance, yang dalam bahasa Indonesia

BAB V PENUTUP. sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara Republik Indonesia yaitu Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

terhadap penelitian normatif (penelitian yuridis normatif), maka penting sekali

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

1. PENDAHULUAN. diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian (research) adalah usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

PENGARUH PENDAPATAN DAN BIAYA PADA LABA DI PT ASURANSI SINARMAS SYARIAH PERIODE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal I Komang Ardana, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta,

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Konsep anjak piutang ( factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam sektor ketenagakerjaan ini

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kematian, sakit atau risiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2005, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, PT Citra Aditya. 2013, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB SATU PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu. Fatwa DSN-MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

BAB III PENUTUP. bahwa faktor penyebab pemilik Perusahaan Furniture Anak Yogyakarta tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan empiris dan

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

SILABI MATA KULIAH HUKUM LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON-BANK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan Undang-Undang perbankan melalui Undang-Undang Nomor 10. produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1) Definisi privatisasi menurut Undang-Undang BUMN adalah penjualan

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi setiap

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah :

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

DAFTAR PUSTAKA. A. Daftar Buku Asshiddiqie,Jimly,2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Bhuana ilmu Populer, Jakarta.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB III. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan ganti rugi yang dilakukan oleh PT. KAI tidak dijalankan dengan

BAB III. Metode Penelitian

Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016. Kata kunci: Perjanjian, Peserta, BPJS. Kesehatan.

Transkripsi:

A. ABSTRAK Novia Eka Wati. 11220070. 2015. Asuransi Ketenagakerjaan dalam UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS) Sebagai Standarisasi Asuransi Ketenagakerjaan Tinjaun Hukum Islam. Skripsi. Jurusan Hukum Bisnis Syariah. Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembimbing: Dr. Suwandi, M.H Kata Kunci : Asuransi Sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga kerja sebagai pelaku proses produksi perlu mendapatkan perlindungan terutama kepastian kerja, pengupahan, jaminan sosial, maupun kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Perlindungan tersebut sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Adanya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah bentuk peduli Pemerintah kepada Tenaga Kerja di Indonesia agar mendapatkan hak yang layak dalam kesejahteraan berupa Jaminan sosial yaitu BPJS Ketenagakerjaan. Dalam penelitian ini dapat diambil dua rumusan masalah yaitu bagaimana standarisasi asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam tinjauan hukum Islam? Dan Bagaimana asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam tinjauan hukum Islam? Penelitian ini termasuk penelitian yuridis normatif atau penelitian kepustakaan ( Library resaerch). Pendekatan pada penelitian ini memakai pendekatan perundang- undangan ( Statue approach). Sedangkan bahan hukum yang dipakai adalah bahan hukum primer yang berisi Undang- Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan hukum islam berupa Fatwa Dewan Syariah nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah, Kemudian bahan hukum tersebut diedit, diperiksa dan disusun secara cermat serta dianalisis dengan deskriptif kualitatif. 1

Hasil penelitian ini adalah bahwa asuransi ketenagakerjaan yang dibuat oleh Pemerintah dalam bentuk Asuransi Sosial yaitu BPJS Ketenegakerjaan dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan PP No. 86 Tahun 2013 tentang sanksi administratif bagi perusahaan atau lembaga yang tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Menurut hukum islam telah sesuai untuk kesejahteraan tenaga kerja karena prinsip yang menjadi dasar dalam setiap ketentuan pelaksanaan telah sesuai dengan ketentuan asuransi yang diperbolehkan dalam Islam. adanya keterkaitan antara prinsip satu dengan yang lain bertujuan untuk terciptanya kesejahteraan para tenaga kerja dan adanya tolong- menolong antara peserta dan pemerintah kepada masyarakat kurang mampu agar mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama. DAFTAR ISI A. ABSTRAK... 1 B. DAFTAR ISI... 2 C. BAB I-V. 3 1. PENDAHULUAN 3 2. RUMUSAN MASALAH. 5 3. TUJUAN PENELITIAN.. 5 4. LANDASAN TEORI... 5 5. ANALISIS DATA 6 6. KESIMPULAN 8 D. DAFTAR PUSTAKA 8 2

B. BAB I-V 1. PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu kebutuhan manusia semakin meningkat, baik itu kebutuhan primer maupun sekunder. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya dengan cara bekerja. Dengan begitu kebutuh akan bekerja menjadi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Setiap tahunnya, biasanya jumlah pegawai pada suatu perusahaan bertambah dan sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Meningkatkan kesejahteraan pegawai sematamata bukan hanya untuk keuntungan pegawai itu sendiri melainkan juga untuk keuntungan perusahaan, karena dengan meningkatnya kesejahteraan pegawai biasanya diiringi dengan peningkatan produktivitas dari para pegawai. Kesejahteraan pegawai bisa berupa gaji, bonus dan sebagainya. Akan tetapi, ada hal yang sebetulnya tidak kalah penting yaitu kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai. Kedua hal ini harus sangat diperhatikan oleh perusahaan karena ini berhubungan dengan kewajiban perusahaan yang diberikan oleh pemerintah untuk para tenaga kerja. Kewajiban ini tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 100 ayat (1) tentang kesejahteraan ketenagakerjaan. Era dewasa ini dengan adanya Asuransi yang diwajibkan oleh Pemerintah untuk para tenaga kerja melalui disahkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan memunculkan banyak polemik yang timbul mulai dari demo buruh di Surabaya pada tanggal 6 November 2014 silam dengan isi tuntutan diantaranya dihapuskannya BPJS 3

Ketenagakerjaam dikarenakan pelayanan yang rumit, 1 adanya pandangan masyarakat yang menjadikan BPJS Ketenagakerjaan adalah beban yang harus mereka keluarkan setiap bulan dari upah yang mereka dapat untuk asuransi ketenagakerjaan yang bersifat wajib, dan sanksi yang diterima oleh masyarakat apabila tidak menjadi peserta asuransi berupa tidak mendapatkan pelayanan publik dan pelayanan kesehatan yang rumit. Kepesertaan ini diperkuat dengan disakhannya PP no. 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jamianan Sosial. Adanya kepesertaaan yang bersifat wajib untuk para tenaga kerja untuk menjadi peserta dalam asuransi BPJS Ketenagakerjaan bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sebagai kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta (tenaga kerja beserta keluarganya) hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Menurut hukum islam yaitu Fatwa DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah. Asuransi yang diadakan oleh pemerintah dengan tujuan tersebut maka BPJS Ketenagakerjaan termasuk asuransi sosial yang dibenarkan oleh Islam dan tidak melanggar hukum Syara. 2. RUMUSAN MASALAH Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana standarisasi asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)? b. Bagaimana asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam tinjauan Fatwa 1 Surya Online, Ribuan Buruh Surabaya Desak Risma Tetapkan UMK Rp. 3 Juta, Terbit: Kamis, 06 November 2014. 15:09 WIB 4

DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah? 3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan ketentuan standarisasi asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) b. Menganalisis asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan sosial (BPJS) dalam tinjauan Fatwa DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah 4. LANDASAN TEORI a. Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahas populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata pertanggungan. 2 Enchols dan Shadilly memaknai kata Insurance dengan (a) asuransi dan (b) jaminan. Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan). 3 asuransi dapat disimpulkan bahwa pengertian asuransi adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tangggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu yang tidak pasti atau pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h.63 3 Abbas Salim, Asuransi dan Menejemen Resiko (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), h.1 5

Hukum positif yang mengatur tentang asuransi terdapat dalam beberapa peraturan perundang- undangan diantaranya sebagai berikut: a. UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian b. Keputusan Kementrian Keuangan Republik Indonesia No 424 / KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 5. ANALISIS DATA a. Standarisasi Asuransi Dalam UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Tinjauan Hukum Islam Berdasarkan standarisasi asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyimpulkan bahwa dalam asuransi kertenagakerjaan memiliki prinsip- prinsip diantaranya adalah kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan yang bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan sebesar- besarnya untuk kepentingan peserta. Dalam hal ini prinsip- prinsip tersebut saling berkaitan dan menjadi dasar BPJS Ketenagakerjaan dalam menjalankan asuransi ketenagakerjaan. Dalam standarisasi pengenaan biaya premi untuk para peserta dalam BPJS Ketenagakerjaan hanya sebesar 2% dari gaji perbulan yang dikenakan kepada para peserta dan biaya selebihnya dikenakan kepada perusahaan dan lembaga usaha demi mewujudkan terealisasinya hak yang harus diterima oleh tenagakerja dalam jaminan sosial. Standarisasi aset yang diterapkan dalam BPJS Ketenagakerjaan adalah adanya pemisahan aset antara aset Dana Jaminan Sosial (DJ S) yang digunakan untuk biaya pengadaan barang dan peningkatan kapasitas pelayanan untuk peserta sedangkan aset BPJS digunakan untuk pembayaran manfaat untuk peserta ketika para peserta telah mencapai usia yang ditentukan dalam perjanjian asuransi BPJS Ketenagakerjaan. 6

b. Analisis Standarisasi Asuransi Ketenagakerjaan dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tinjauan Hukum Islam (Fatwa Dewan Syariah No. 21/DSN-MUI/X/2001) Asuransi ketenagakerjaan yang diadakan oleh pemerintah melalui lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam tinjauan hukum Islam yaitu Fatwa DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/2001 tentang pedoman asuransi syariah bahwa Asuransi BPJS Ketenagakerjaan termasuk asuransi syariah karena asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong (tabarru ) antara peserta. Hal ini direalisasikan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan penetapan premi yang berbeda antara peserta yang memiliki penghasilan lebih besar dengan peserta yang memiliki penghasilan yang sedikit hal ini bertujuan terwujudnya saling tolong- menolong antara peserta penerima upah yang tinggi kepada penerima upah yang lebih rendah agar mendapatkan jaminan sosial yang sama dikarenak jaminan sosial adalah kebutuhan dasar setiap orang. Dalam akad asuransi syariah tidak boleh mengandung unsur gharar, riba, maysir, riswah. Hal ini diterapkan dalam penempatan dana investasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan pada investasi yang diperbolehkan dalam UU, investasi dalam peningkatan sumber daya manusia, dan kesejahteraan sosial. Dalam Hal Jenis Asuransi syariah BPJS Ketenagakerjaan termasuk dalam asuransi jiwa hal ini dikarenakan ruang lingkup pada BPJS Ketenagakerjaan meliputi Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun Jaminan kematian yang mana semua ini termasuk dalam asuransi jiwa bukan termasuk asuransi kerugian. Sedangkan dalam akadnya asuransi BPJS Ketenagakerjaan termasuk akad hibah dikarenakan tujuan Asuransi BPJS Ketenagakerjaan adalah tolongmenolong melalui pemberian dana peserta kepada peserta lain yang membutuhkan agar mendapatkan jaminan sosial yang sama. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan memiliki keselarasan dengan Fatwa DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/X/ 7

2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah mulai dari prinsip, tujuan, besarnya biaya premi yang tidak membebankan peserta, investasi, dan aset semuanya tidak bertentangan dengan hukum islam dan asuransi tersebut dibenarkan. c. KESIMPULAN a. standarisasi asuransi dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyimpulkan bahwa dalam asuransi kertenagakerjaan memiliki prinsip- prinsip diantaranya adalah kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan yang bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan sebesar- besarnya untuk kepentingan peserta. Dalam hal ini prinsip- prinsip tersebut saling berkaitan dan menjadi dasar BPJS Ketenagakerjaan dalam menjalankan asuransi ketenagakerjaan. Dalam standarisasi pengenaan biaya premi untuk para peserta dalam BPJS Ketenagakerjaan hanya sebesar 2% dari gaji perbulan yang dikenakan kepada para peserta dan biaya selebihnya dikenakan kepada perusahaan dan lembaga usaha demi mewujudkan terealisasinya hak yang harus diterima oleh tenagakerja dalam jaminan sosial. b. bahwa BPJS Ketenagakerjaan memiliki keselarasan dengan Fatwa DSN- MUI No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah mulai dari prinsip, tujuan, besarnya biaya premi yang tidak membebankan peserta, investasi, dan aset semuanya tidak bertentangan dengan hukum islam dan asuransi tersebut dibenarkan. C. DAFTAR PUSTAKA Al- Qur an: Al- Qur an al- Karim dan Terjemahannya Kudus: Menar Kudus, 2006 Undang- Undang Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang- Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peransuransian 8

Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang- Undang No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Fatwa Fatwa Dewan Syariah No: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah Buku- Buku Ali, Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004 Anwar, Khoirul. Asuransi Syariah Halal, Haram, dan Maslahat. Jakarta: PT. Tiga Serangkai Mandiri. 2007 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Roneka Cipta. 2002 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1996 Eka, Asih Putri. Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Hari Tua. Jakarta: CV. Komunitas Pejaten Mediatama. 2014 Ghofur, Abdul Anshori. Asuransi Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press. 2008 Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing. 2006 Muhajir, Neong. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Samasin, 1998 Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2004 Mahmud, Peter Marzuki. Penelitan Hukum Cet. 6. Jakarta: Kencana. 2004 Nasution, Badhex Lohan. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Mandar Maju. 2008 Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa. 1987 Purba, Radika. Memahami asuransi di Indonesia. Jakarta: PPM. 2000 9

Rusli, Hardijan. Hukum Ketenagakerjaan Cet. II. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004 Skripsi: Utami, Ayudhia. Tinjauan Yuridis Mengenai Penyelenggaraan Jaminan Hari Tua. Depok: Universitas Indonesia, 2012 Yusri. Keselamatan Kerja (Studi Komparatif Antara Hukum Positif dan Hukum Islam). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2013 10