BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaaan juga harus dimaksimalkan, nilai peusahaan yang telah go public

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pengelolaan usaha lebih ditekankan untuk dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, profit

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan dewan direksi. Kepemilikan manajerial harus diikutsertakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis informasi yang terbatas, maka tujuan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. berintegritas. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor berbondong-bondong melakukan investasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus mengalami peningkatan setelah krisis moneter yang mengguncang dunia, terutama negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Pada tahun 2010 GDP Indonesia sebesar US$ 539,352 billions atau Rp 6.422,9 triliun. Pada tahun 2012 GDP Indonesia mencapai US$ 846,832 billions atau RP 8.241,9 triliun. Peningkatan yang cukup pesat untuk sebuah negara berkembang yang mencapai 63% dari tahun 2010 sampai 2012. Peningkatan GDP ini disebabkan oleh banyak komponen, diantaranya adalah pertumbuhan di industri manufaktur yang bertumbuh dengan pesat. Pada tahun 2010 pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia mencapai 4,45% dari tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi lagi pada tahun 2011 dimana pertumbuhan industri manufaktur mencapai 5,56% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 4,12% dari tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik: 2013). Namun pada tahun 2013 pertumbuhan industri manufaktur ini mengalami kenaikan yang mencapai 5,64% dari tahun sebelumnya. Hal ini memperlihatkan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. 1

Perkembangan industri manufaktur di sektor aneka industri juga cukup pesat. Pada sektor ini terdapat sub sektor yang diantaranya adalah mesin dan alat berat, otomotif dan komponen, tekstil dan garment, alas kaki, kabel, dan elektronika. Pada sub sektor mesin dan alat berat, serta tekstil dan garment mengalami pertumbuhan yang pesat. Di tahun 2012 pertumbuhan sub sektor mesin dan alat berat mencapai 7,52%, diikuti oleh industri tekstil dan garment yang tingkat pertumbuhannya 3,64% (Badan Pusat Statistik: 2013). Hal ini mendorong para investor dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di sub sektor aneka industri sehingga pertumbuhan sub sektor aneka industri mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan di sektor aneka industri inilah maka terjadi persaingan diantara perusahaan manufaktur. Hal ini secara tidak langsung membuat para pelaku industri memperbesar atau melakukan ekspansi atas usahanya agar bisa bersaing di pasar. Untuk memperluas usahanya perusahaan membutuhkan modal atau dana yang bertujuan untuk menguasai pasar. Dana yang didapat dari perusahaan bisa dari modal sendiri atau dari modal asing berupa penjualan saham dan pinjaman pada kreditor. Saham adalah bukti kepemilikan dari suatu perusahaan. Sehingga untuk dapat menerbitkan saham kepada publik, perusahaan harus listing di bursa saham yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sendiri harus bisa mengelola dana yang ada agar perusahaan bisa terus eksis di pasar dan menguasai pasar agar perusahaan mendapatkan laba dan terus meningkatkan laba tersebut. Perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar laba yang didapat sesuai target yang telah 2

direncanakan. Dengan laba perusahaan yang tinggi maka akan banyak investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan. Begitu juga dengan kreditor yang akan memberikan pinjaman kepada perusahaan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. Agar perusahaan memperoleh laba, maka perusahaan harus melakukan kegiatan operasional yang berasal dari berbagai sumber daya yang dimilikinya. Laba yang didapat dari hasil kegiatan operasional perusahaan bisa memberikan sinyal kepada investor atau pemodal mengenai prospek kinerja perusahaan di masa depan. Laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan membuat sinyal positif mengenai kinerja perusahaan tersebut. Dengan laba sebagai ukuran kinerja dari perusahaan, maka dengan semakin banyak laba yang diterima oleh perusahaan, maka akan semakin baik kinerja dari perusahaan tersebut. Dikarenakan laba yang tinggi dari sebuah perusahaan maka kreditor yakin jika perusahaan bisa membayar utangnya. Hal ini membuat nilai dari perusahaan tersebut meningkat juga dengan cara terus meningkatkan kinerja perusahaannya. Kinerja perusahaan sendiri merupakan hasil dari proses pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Helfert: 1996 dalam Nuswandari: 2009). Kinerja perusahaan sendiri merupakan hal yang harus dicapai karena merupakan cerminan dari pengelolaan dan pengalokasian 3

sumber dayanya. Untuk melihat apakah kinerja perusahaan meningkat atau tidak, maka harus dilakukan penilaian terhadap kinerja. Selain laba, yang menjadi tujuan utama dari perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dengan ditingkatkannya kinerja perusahaan maka kesejahteraan pemegang saham bisa didapatkan. Kemudian, kinerja perusahaan yang baik juga bermakna bagi konsumen, komunitas, karyawan, dan pemasok termasuk dalam pemasok adalah kreditur, yaitu pemasok dana, yang merupakan tujuan sekunder dari didirikannya perusahaan (Fachrudin: 2011). Pada penelitian ini kinerja perusahaan diukur menggunakan rasio Tobin s Q. Tobin s Q ini merupakan salah satu dari indikator penilai kinerja perusahaan dari perspektif investasi yang telah diujikan di berbagai situasi manajemen puncak (Sudiyanto dan Puspitasari: 2010). Tobin s Q ini pernah digunakan oleh Klapper dan Love (2002) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan dan hasil dari penelitian tersebut variabel Corporate Governance memiliki hubungan positif dengan Tobin s Q dimana Tobin s Q digunakan untuk meneliti kinerja pasar. James Tobin, penemu dari Tobin s Q menghipotesiskan bahwa keseluruhan nilai pasar untuk semua perusahaan pada harga saham akan serupa dengan biaya penempatan aktiva tersebut (Sudiyanto dan Puspitasari: 2010). Tobin s Q ini merupakan indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, yang menunjukkan proforma manajemen dalam mengelola aktiva. Nilai Tobin s Q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham ditambah dengan nilai 4

struktur modal yang ditempatkan dalam aktiva produksi. Maka Tobin s Q ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan (Sudiyanto dan Puspitasari: 2010). Tobin s Q ini menjelaskan mengenai bagaimana perusahaan mengelola asetnya secara efektif dan efisien sehingga dari hasil pengelolaan aset tersebut menghasilkan laba perusahaan. Pada saat laba perusahaan ini meningkat, maka akan banyak investor yang ingin menanamkan modalnya atau membeli saham perusahaan tersebut dengan harapan mendapatkan return dari investasi yang dilakukannya. Dengan banyaknya investor yang akan membeli saham perusahaan tersebut dan jumlah saham perusahaan yang tersebar di bursa efek terbatas, maka harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan. Hal ini juga berlaku pada kreditor yang memberikan pinjaman modal kepada perusahaan. Kreditor melihat laba perusahaan yang tinggi membuat kreditor ingin memberikan pinjaman kepada perusahaan sebagai modal. Kreditor mengharapkan keuntungan berupa interest dari pinjaman modal yang diberikannya kepada perusahaan. Kreditor juga melihat dengan laba yang didapat perusahaan merupakan suatu indikasi jika perusahaan dapat membayar utangnya kepada kreditor. Inti dari teori ini sendiri merupakan cara kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian melalui pengaruhnya pada penilaian ekuitas perusahaan. Jika nilai Q tinggi maka pengeluaran investasi akan meningkat karena perusahaan dapat membeli lebih banyak barang investasi baru hanya dengan sedikit mengeluarkan ekuitas. Pada dasarnya setiap perusahaan ingin terus mendapatkan laba 5

dalam kegiatan operasionalnya, hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Tetapi ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, faktor-faktor tersebut diantaranya mekanisme Corporate Governance, reputasi KAP dan struktur modal perusahaan. Teori Agency Jensen dan Meckling (1976) dalam Amyulianthy (2012), menyatakan bahwa adanya sebuah kontrak antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agen (manajer/pengelola) yang mana baik pemilik dan pengelola merupakan pemaksimum kesejahteraan. Pemisahan ini dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problems) antara pemilik dan manajer. Konflik kepentingan terjadi antara kepentingan principal dan kepentingan agen, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Pada kenyataannya, perubahan kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan dengan perubahan kemakmuran pemegang saham, sehingga pengelola cenderung untuk mencari keuntungan sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Hal ini dapat terjadi karena manajer mempunyai informasi mengenai perusahaan, yang tidak dimiliki pemilik perusahaan (assymmetric information). Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah agensi ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Sistem corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat, dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen 6

bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2006) dalam Asba (2009). Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks dan Minow: 2003 dalam Amyulianthy: 2012). Sebagai sebuah sistem, corporate governance terdiri dari berbagai sub-sistem yang saling terintegrasi dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan (companies performance), dalam suatu bentuk struktur dan mekanisme corporate governance (Lastanti: 2003 dalam Amyulianthy: 2012), baik dari sisi eksternal maupun dari sisi internal perusahaan. Mekanisme Good Corporate Governance memiliki manfaat untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan yang akan menimbulkan nilai tambah (value added) bagi semua stakeholder dan juga bagi perusahaan. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, maka harus didukung dengan kinerja organ perusahaan yang menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan untuk mencapai kepentingan perusahaan. Mekanisme Good Corporate Governance tersebut meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan jumlah dewan direksi. Kepemilikan institusional merupakan bentuk dari struktur kepemilikan dalam mekanisme corporate governance. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional atau lembaga (perusahaan asuransi, 7

bank, perseroan terbatas, dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan saham oleh institusi dapat mengurangi masalah keagenan, dikarenakan pengolahan aktiva dan pengawasan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dapat ditingkatkan dan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Bentuk struktur kepemilikan lain dalam mekanisme corporate governance adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan (direksi, manajer, karyawan). Kepemilikan saham oleh pihak manajemen ini akan mengurangi masalah agensi, karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk meningkatkan kinerjanya karena pihak manajemen memiliki tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang merupakan dirinya sendiri. Pihak manajemen akan mengelola sumber daya perusahaan dengan efektif dan efisien sehingga perusahaan mendapatkan laba yang akan menguntungkan pihak manajemen selaku pemilik perusahaan itu sendiri. Dewan komisaris independen merupakan salah satu bentuk mekanisme corporate governance yang cukup penting. Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik dan tidak mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik. Dengan adanya dewan komisaris independen ini maka fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan semakin meningkat, karena dewan komisaris independen mengawasi manajer dalam mengelola sumber daya perusahaan. 8

Kemudian mekanisme corporate governance lainnya adalah dewan direksi. Dewan direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan, sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan. Dewan direksi harus bisa mengelola sumber daya perusahaan agar perusahaan mendapatkan laba sesuai dengan maksud dan tujuan dari perusahaan itu sendiri. Maka dari itu dewan direksi harus memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan agar kinerja dari perusahaan terus meningkat. Dengan adanya mekanisme corporate governance seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan dewan direksi maka tercipta transparansi dalam organisasi perusahaan. Dengan adanya transparansi dalam perusahaan ini maka bisa meningkatkan kinerja perusahaan karena pengelolaan aset dari perusahaan menjadi lebih transparan dan meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Transparansi ini membuat pengelolaan sumber daya perusahaan menjadi efektif dan efisien. Hal ini membuat kinerja dari perusahaan meningkat dan menghasilkan laba sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya serta membuat kreditor ingin terus mengucurkan dana untuk modal perusahaan, sehingga kinerja perusahaan yang diukur menggunakan tobin s Q akan naik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amyulianthy (2012) yang menyatakan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Asba (2009) juga 9

menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang memberikan jasa audit atas laporan keuangan kepada perusahaan dan memberikan opini dari hasil audit yang telah dilakukannya. Berdasarkan reputasi yang dijadikan tolok ukur KAP adalah KAP besar di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP yang berlaku universal atau dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) dan KAP non big 4. KAP big 4 memiliki penugasan yang lebih terfokus dengan adanya pembagian tugas yang diberikan kepada masing-masing divisi, selain itu KAP big 4 lebih menjaga sistem pengendalian mutu misalnya dalam hal perekrutan staff. KAP big 4 juga memiliki sumber daya manusia yang lebih banyak. Dengan tingkat independensi dan kualitas audit yang tinggi dari KAP big 4 ini, maka opini audit yang diterbitkan oleh KAP tersebut dipercaya oleh investor dan kreditor sebagai informasi mengenai perusahaan. Reputasi KAP yang sudah mendunia maka menjadi jaminan mutu sehingga perusahaan harus berusaha untuk mengelola asetnya dengan efektif dan efisien. Dengan pengelolaan aset yang efektif dan efisien maka proses operasional perusahaan akan baik, proses operasional yang baik ini akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Dengan proses operasional perusahaan yang baik tersebut maka perusahaan akan menampilkan laporan keuangan yang sebenarnya sehingga bisa terlihat going concern dari perusahaan tersebut. Proses audit yang dilakukan dengan lebih terperinci akan membuat perusahaan menjadi lebih transparan dalam pembuatan 10

laporan keuangannya. Dengan kinerja perusahaan yang baik maka akan meminimalisir hasil audit yang penuh dengan penyelewengan, dan dengan menggunakan jasa audit KAP Big-4 maka perusahaan akan lebih mendapatkan kepercayaan pasar sehingga meningkatkan nilai dari perusahaan dimata investor maupun kreditor. Hal ini membuat investor dan kreditor yakin akan kinerja perusahaan berdasarkan dari hasil audit laporan keuangan oleh KAP big 4 sehingga investor dan kreditor ingin terus mengucurkan dana untuk perusahaan, yang akan membuat nilai tobins q dari perusahaan menjadi naik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Amyulianthy (2012) bahwa reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kebijakan pendanaan (struktur modal) yang tepat akan meningkatkan kinerja perusahaan jika kemampuan manajemen investasi dan operasi juga baik. Kinerja perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi), dan kemampuan operasi dalam mengefisienkan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi). Jadi, secara keseluruhan kinerja adalah cerminan dari aktivitas pendanaan, aktivitas investasi, dan aktivitas operasi perusahaan. Mengingat pentingnya peranan struktur modal, maka manajemen harus memiliki keahlian dalam menyusun dan memilih struktur modal yang optimal. 11

Analisis struktur modal dapat dilakukan dengan berbagai ukuran, diantaranya adalah dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan juga Debt to Equity Ratio (DER). Kedua rasio tersebut merupakan rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir dalam Nugraha: 2013). Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan (Kasmir dalam Nugraha: 2012). DAR yang tinggi mengindikasikan utang yang dimiliki oleh perusahaan semakin tinggi. Dengan utang yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan harus mampu mengelola sumber dayanya dengan efektif dan efisien sehingga bisa menghasilkan laba dan bisa membayar bunga dan kewajibannya pada kreditor. Hal ini membuat kinerja perusahaan meningkat dan dengan kinerja perusahaan yang meningkat maka investor dan kreditor akan lebih banyak mengucurkan dana pada perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan antara pendanaan melalui utang oleh perusahaan dengan pendanaan melalui ekuitas oleh perusahaan. Jika DER lebih dari 1 maka pendanaan perusahaan memggunakan utang lebih besar dibandingkan dengan pendanaan melalui ekuitas. Dengan utang perusahaan yang tinggi maka berefek pada optimalisasi pengelolaan sumber daya perusahaan agar perusahaan bisa menghasilkan laba dan bisa membayar utang serta bunga dari utang tersebut. Demikian juga jika DER kurang dari 1 yang berarti pendanaan modal perusahaan banyak melalui ekuitas. Dengan tingginya ekuitas dalam pendanaan perusahaan, maka pihak manajemen harus mengelola sumber dayanya dengan efektif dan 12

efisien sehingga perusahaan menghasilkan laba dan para pemegang saham mendapatkan return dari hasil investasinya. Struktur modal merupakan komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Ketika perusahaan memutuskan untuk menggunakan utang yang banyak untuk aktivitas operasionalnya, maka perusahaan harus optimis dengan menggunakan utang perusahaan akan mendapat keuntungan yang maksimal dari kinerjanya berupa laba. Dengan pendanaan berupa utang, maka perusahaan mempunyai risiko keuangan sehingga dalam sumber daya perusahaan harus dikelola dengan efisien dan efektif agar perusahaan tetap bisa mendapatkan laba dan membayar kewajibannya. Dengan laba tinggi yang didapatkan oleh perusahaan maka banyak investor yang akan tertarik dan ingin membeli saham perusahaan, serta kreditor ingin meminjamkan dananya kepada perusahaan tersebut. Hal ini membuat nilai tobin s q dari perusahaan naik dikarenakan harga saham perusahaan naik dan tingginya utang yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2013) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Amyulianthy (2012). Perbedaan penelitian dengan Amyulianthy (2012) ini adalah: 1. Pada penelitian ini menambah 2 variabel independen yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang mengacu pada penelitian Nugraha (2013). 13

2. Objek penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode 2010-2012. Sedangkan pada penelitian Amyulianthy (2012) adalah perusahaan yang terdaftar di LQ-45 di BEI selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2010. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Reputasi KAP dan Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan. B. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah dengan objek penelitian yang merupakan perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI dengan periode 2010-2012. Sedangkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dalam penelitian ini terbatas kepada mekanisme Corporate Governance yang meliputi kepemilikan institusional diproksikan dengan presentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham/investor institusional, kepemilikan manajerial diproksikan dengan presentase saham yang dimiliki oleh manajemen (komisaris, direksi, dan karyawan), dewan komisaris diproksikan dengan jumlah anggota komisaris independen, dewan direksi diproksikan dengan jumlah anggota direksi dalam perusahaan, reputasi KAP. Ditambah dengan variabel independen berupa struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 14

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 2. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 3. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 4. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 5. Apakah reputasi KAP berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 6. Apakah struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 7. Apakah struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? 15

8. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen dan ukuran dewan direksi, reputasi KAP, dan struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemlikan institusional terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance yang dirpoksikan dengan dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan ukuran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan yang dirpoksikan dengan Tobins Q. 16

5. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh reputasi KAP terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 6. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh struktur modal yang diproksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 7. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. 8. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan ukuran dewan direksi, reputasi KAP, dan struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobins Q. E. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: 1. Investor Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi investor tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga membantu investor dalam menganalisa sebelum berinvestasi. 17

2. Akademisi Bagi akademisi penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah pengetahuan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. 3. Perusahaan publik Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan lebih mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 4. Kreditor Dengan penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada kreditor tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga membantu kreditor untuk menganalisa dalam pemberian utang kepada perusahaan. 5. Bagi Bapepam-LK dan BEI Hasil ini penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan menjadi informasi tambahan dalam penetapan peraturan di pasar modal yang mendukung semakin luasnya penerapan praktek Good Corporate Governance di Indonesia. 6. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. 18

F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Didalam bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TELAAH LITERATUR Di dalam bab ini membahas tentang mekanisme Corporate Governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan ukuran dewan direksi), reputasi KAP, Struktur Modal (DAR dan DER), dan kinerja perusahaan (Tobin s Q) dengan menggunakan literatur dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas tentang populasi dan sampel yang diteliti, metode penelitian, teknik pengumpulan data, pengertian variabel, teknik analisis hipotesis. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian yang diperoleh dari pengolahan data yang telah dikumpulkan, pengujian, analisis hipotesis, dan pembahasan penelitian. 19

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian serta saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya. 20