BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Kebiasaan merokok di kalangan siswa SMK memang bukan hal baru. Tapi tetap saja menarik perhatian karena bagi para siswa yang bukan perokok, melihat teman-teman yang merokok selalu menghadirkan kekhawatiran. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, 1

masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya menjadi perokok atau bukan (Abdul Syair, 2009). Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur, dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok dipengaruhi oleh teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak gaul oleh teman-temannya (Albar, 2009). Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopdi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni kesadaran, orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut, menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Salah satu faktor yang terpenting untuk terbentuknya perilaku seseorang karena dari pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, Notoatmodjo (2003) dikutip dari Nurlaily (2010). Sitepoe (2000. Hal: 20) menyebutkan bahwa alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan teman-teman yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi perokok setelah 2

melihat iklan rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Adanya iklan, promosi, ataupun sponsor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempermudah produsen rokok dalam mempengaruhi remaja dan anak-anak. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja. Remaja belum mengerti benar mengenai bahaya yang disebabkan oleh rokok ataupun penyakit yang dapat timbul karena rokok, terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, dari sikap cobacoba atau bereksperimen kemudian ketagihan dan menjadi perokok berat. Hal ini berarti jika kita memiliki pengetahuan yang baik dan sikap positif maka kita tidak mudah terpengaruh akan objek yang ada disekitar kita dan kita akan memiliki perilaku yang baik yang berlangsung lama. Begitu juga dalam kehidupan remaja, mereka tidak akan mudah terpengaruh terhadap perilaku merokok jika mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang positif terhadap bahaya merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Kenkel (1991) menunjukkan bahwa di antara perilaku mengkonsumsi alkohol, merokok dan olahraga maka perilaku merokoklah yang memiliki hubungan yang paling erat dengan pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini berarti bahwa perilaku merokok dapat dengan mudah berubah jika pengetahuan tentang rokok dan dampaknya pada kesehatan meningkat. 3

Lipperman-Kreda & Grube (2009) menemukan bahwa perilaku merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil dari proses kognitif bahwa mereka memiliki antisipasi terhadap konsekuensi terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Perilaku merokok mereka pun ditentukan oleh keyakinan mereka terhadap perilaku tersebut diantaranya penghayatan sosial dan resiko-resiko kesehatan dan keuntungan-keuntungan dari merokok, kemudahan mendapatkan rokok dan persepsi terhadap perilaku merokok yang berasal dari teman. Maka dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan aspek yang menghubungkan antara pusat kendali kesehatan dan perilaku seseorang. Artinya pengetahuan seseorang tentang rokok akan meningkatkan kontrol dirinya pada masalah kesehatan. Orang yang memiliki pengetahuan yang benar tentang rokok dan konsekuensinya akan cenderung memiliki pusat kendali kesehatan internal dan bersikap untuk tidak merokok. Sebaliknya, seseorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang rokok maka ia cenderung memiliki pusat kendali kesehatan eksternal dan merokok. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour ). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). 4

Menurut Gondodiputro, 2007, rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada kenyataan yaitu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi. Rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja, mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang mewarnai perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berperilaku bahwa remaja itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2003 menyatakan perlunya tercipta kawasan bebas rokok pada tempattempat yang menjadi akses umum. Kawasan yang dimaksud adalah tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. 5

Sebuah survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit dari Amerika Serikat menyatakan, sebanyak 67 persen dari pria Indonesia berusia diatas 15 tahun telah merokok. Sekitar seperempat anak lelaki Indonesia usia 13 hingga 15 tahun telah mengenal rokok. Dan Survey Global Adult Tobacco Survey Tahun 2011, yang baru saja diluncurkan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok aktif terbesar kedua setelah China. Menurut Riskesdas 2007 dan 2010, usia mulai merokok yang tertinggi pada usia 15-19 tahun (33,1% pada tahun 2007 dan 43,3% pada tahun 2010), juga merupakan yang tertinggi dari seluruh kelompok umur. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan untuk terpapar rokok pertama kali. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang). Di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan masih ada saja siswa yang diam-diam merokok di toilet sekolah, padahal mereka menyetujui adanya peraturan sekolah yang melarang merokok di sekolah dan mereka juga mengetahui bahaya merokok dari membaca bungkus rokok, kenyataan ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa jika seseorang menyetujui dan bersikap positif terhadap peraturan larangan merokok atau mengetahui bahaya merokok maka seharusnya mereka menghindari untuk tidak merokok tapi faktanya mereka merokok. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap 6

Remaja Laki-Laki Terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam identifikasi masalah dijelaskan bahwa penyebab kebiasaan seorang remaja laki-laki merokok tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap saja, melainkan menurut Soetjiningsih, 2004 beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok meliputi faktor psikologik, faktor biologik, faktor lingkungan dan faktor peraturan. Faktor psikologik yang terdiri dari faktor perkembangan sosial dimana merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Faktanya di SMK PLUS BLM sebagian siswa yang tidak merokok mengatakan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman tidak harus merokok, tetapi dengan olah raga futsal mereka dapat menyesuaiakan diri dengan teman-teman sebayanya. Faktor Biologik yang terdiri dari lima bagian yaitu faktor kognitif merupakan faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek yang bermanfaat dari nikotin. Pendidikan berhubungan dengan kebiasaan merokok seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mengetahui akan dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok, sehingga orang tersebut akan berhenti secara bertahap dari kebiasaan merokok. Dari hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Kementerian Kesehatan RI perokok 7

didominasi oleh orang yang berpendidikan rendah. Sedangkan orang-orang yang berpendidikan tinggi dengan penghasilan tetap dan status ekonomi lebih baik cenderung menghindari rokok. Faktanya di SMK PLUS BLM siswa SMK yang termasuk kategori pendidikan menengah dimana dalam 1 kelas yang terdiri dari 14 siswa laki-laki yang saya wawancarai, 10 siswa merokok dan 4 siswa tidak merokok, berarti siswa laki-laki yang merokok lebih banyak. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok. Pengaruh orang tua dimana anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Faktanya di SMK PLUS BLM saya mewawancari 10 siswa yang merokok mengatakan mereka tinggal dengan keluarga dengan orang tua yang lengkap, harmonis dan tidak pernah dipukul oleh orangtuanya secara keras tapi mereka merokok. Pengaruh teman, berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Faktanya di SMK PLUS BLM ada kelompok siswa yang tidak merokok meskipun teman-teman sekitarnya merokok, mereka mengatakan tidak merokok karena mereka anggota aktif futsal. 8

1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan teori yang ditemukan bahwa terdapat banyak faktor penyebab kebiasaan seorang remaja laki-laki merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan. Dari sejumlah faktor tersebut, penelitian ini hanya memfokuskan pada hubungan pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap rokok. Faktor tersebut dipilih karena di SMK PLUS BLM Desa Perigi sebagian besar remaja tidak mendapatkan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan setempat, karena letak sekolah di perkampungan jauh dari puskesmas, sehingga pengetahuan tentang bahaya merokok didapat hanya dari membaca bungkus rokok itu sendiri, tanpa mendapatkan pengetahuan secara luas. Ditambah lagi pengaruh teman yang sangat kuat tanpa ada pengawasan khusus dari tim kesehatan setempat membuat mereka akan terus merokok dan akan menjadi perokok berat di kemudian hari jika tidak ditangani secara serius. Jadi masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya pada pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap rokok dengan 9

kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014?. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.5.2 Tujuan Khusus 1.5.2.1 Mengukur pengetahuan remaja laki-laki tentang rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.5.2.2 Mengukur sikap remaja laki-laki terhadap rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.5.2.3 Memperoleh gambaran kebiasaan merokok remaja laki-laki di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.5.2.4 Menganalisis hubungan pengetahuan remaja laki-laki tentang rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 10

1.5.2.5 Menganalisis hubungan sikap remaja laki-laki terhadap rokok dengan kebiasaan merokok di SMK PLUS BLM Desa Perigi Tangerang Selatan Tahun 2014. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti 1.6.1.1 Dapat memperdalam pengetahuan tentang bahayanya merokok. 1.6.1.2 Dapat menambah ilmu dan mendapatkan teori yang diperoleh selama menjalankan pendidikan di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. 1.6.2 Bagi Remaja Memberikan informasi kesehatan kepada remaja laki-laki mengenai bahayanya merokok baik itu perokok pasif maupun perokok aktif. 1.6.3 Bagi FIKES Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok. 11