BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Modul Pembelajaran SPSS (Statistical Package for the Social Sciences)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Resume Regresi Linear dan Korelasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN TEORI

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi transportasi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

BAB III LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL BANGKITAN TARIKAN KENDARAAN PADA SEKOLAH SWASTA DI ZONA PINGGIRAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

SISTRANS. Rahayu Sulistyorini

TUGAS AKHIR PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS MAHASISWA PADA ZONA PENDIDIKAN AKADEMI KEPERAWATAN DI KOTA MAKASSAR

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1Transportasi Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ketempat lain, dimana tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2005). Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting di kota, karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang yang ada di kota bagi setiap lapisan. Di kota, transportasi berkaitan dengan kebutuhan pekerja untuk mencapai lokasi pekerjaan dan sebaliknya, kebutuhan para pelajar untuk mencapai sekolah, untuk mengunjungi tempat perbelanjaan dan pelayanan lainnya, mencapai tempat-tempat hiburan dan bahkan untuk berpergian ke luar kota. Di samping kebutuhan untuk mengangkut orang, maka transportasi juga melayani kebutuhan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya menggunakan sebuah wahana yang digerakan oleh manusia atau dengan mesin. Transportasi digunakan untuk memindahkan manusia dalam melakukan aktifitas seharihari. Dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang atau komoditi yang berguna menurut waktu (time utility) dan menurut tempat (place utility) (Salim, 2006). II-1

Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total pergerakan, baik untuk angkutan umum maupun pribadi) pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi (Tamin, 2000). Suatu transportasi dikatakan baik, apabila pertama, waktu perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan. Kedua, frekuensi pelayanan cukup. Ketiga, aman (bebas dari kemungkinan kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang nyaman. 2.1.2 Konsep perencanaan transportasi Perencanaan transportasi merupakan suatu proses yang dinamis, dan tanggap terhadap perubahan tata guna tanah, keadaan ekonomi, dan pola lalu lintas. Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota atau perencanaan daerah. Proses perencanaan transportasi dilakukan terutama untuk melihat adalah hubungan antara transportasi dengan tata guna lahan. Pola pengembangan lahan akan menghasilkan kebutuhan akan transportasi, sebaliknya bentuk sistem transportasi akan mempengaruhi pola pengembangan lahan. Menurut Warpani (1990) perencanaaan transportasi sangat dibutuhkan sebagai konsekuensi dari: Pertumbuhan Jika diketahui/diharapkan bahwa penduduk disuatu tempat akan bertambah dan berkembang dengan pesat.jika tingkat pendapatan meningkat, karena hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan, perumahan, penurunan kepadatan rumah yang berarti peningkatan jumlah rumah. Keadaan lalu lintas II-2

Bila kemacetan di jalan akan meningkat. Bila sistem pemindahan massa tidak ekonomis lagi, dan dengan demikian perlu koordinasi perkembangan kota. Bila pemerintah kota menghendaki mempengaruhi perkembangan kota dengan perencanaan transportasi. Pada prinsipnya perencanaan transportasi adalah menyeimbangkan antara kondisi transportasi yang diidamkan dengan kondisi transportasi pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total pergerakan, baik untuk angkutan umum maupun angkutan pribadi) pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi. Konsep perencanaan transportasi yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi empat tahap (Four Stages Transport Model) yang terdiri dari: Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (Trip Generation) Bangkitan pergerakan adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu zona atau daerah persatuan waktu. Penelahaan bangkitan pergerakan sangat penting dalam proses perencanaan transportasi. Dengan mengetahui bangkitan pergerakan maka jumlah perjalanan tiap daerah atau zona pada masa sekarang dan masa yang akan datang dapat diperkirakan. II-3

Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution) Lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu daerah atau zone akan disalurkan ke seluruh zona lain, dan ini dikenal sebagai lalu lintas antar zona atau sebaran pergerakan. Tujuan utama pemodelan sebaran pergerakan adalah untuk mendapatkan gambaran darimana seluruh pergerakan yang berasal dari zona asal akan terbagi ke semua zona tujuan. Setelah sebaran pergerakan diketahui, dapat diambil langkah-langkah kebijakan untuk mempengaruhi atau mengubah sebaran yang tidak dikehendaki. Atau merancang jaringan jalan guna menampung volume lalu lintas taksiran tersebut. Pembebanan lalu lintas (Trip Assignment) Pemodelan ini berguna untuk mempelajari penyaluran pergerakan kendaraan pada jaringan jalan yang ada atau pembebanan jaringan jalan dengan lalu lintas antar zona yang kemungkinan lintas lebih dari satu. Dengan pemodelan ini dapat dicari agar beban lalu lintas yang dipikul oleh jaringan jalan menjadi seimbang, sehingga semua kapasitas jalan akan tercapai secara optimal. Pemilihan moda (Modal Choice/ Modal Split) Pemilihan moda biasanya merupakan pemodelan terakhir dari empat tahap pemodelan transportasi. Digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaku perjalanan memilih moda yang akan digunakan, dengan kata lain pemilihan moda dapat didefinisikan sebagai pembagian jumlah perjalanan ke dalam cara atau moda perjalanan yang berbeda-beda. II-4

Data Perencanaan Pemodelan zona Model bangkitan pergerakan Survei inventarisasi jaringan Jaringan transportasi Asal dan tujuan Model sebaran pergerakan Total matriks asal-tujuan Model pemilihan moda Survei perjalanan pada masa sekarang Biaya perjalanan MAT penumpang angkutan pribadi Model pemilihan rute Arus pada jaringan MAT penumpang angkutan umum Gambar 2.1 Model perencanaan transportasi empat tahap Sumber : Tamin (2000) 2.1.3 Tata guna lahan Tata guna lahan dapat diartikan sebagai struktur fisik dari suatu areal perkotaan yang berdasarkan sebaran lokasi di berbagai aktivitas (Tamin dalam Putu Alit Suthanaya, 2010). Dalam konteks perencanaan yang rasional-komprehensif, rencana tata guna lahan perlu didukung oleh informasi yang tepat, akurat dan terpercaya sehingga metode-metode analisis dan teori-teori serta prinsip-prinsip saintifik dapat digunakan secara efektif. Istilah perencanaan tata guna lahan yang telah berkembang di beberapa negara kemudian berkembang lagi menjadi perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan lingkup yang lebih luas : darat, laut dan udara. Namun, dalam prinsip penataan pada dasarnya kedua sistem perencanaan tersebut adalah sama. II-5

Tata guna lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Tata guna lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerahdaerah rekreasi. Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktifitas. Aktifitas ini akan menentukan jenis prasarana dan sarana transportasi yang dibutuhkan, misal sistem angkutan umum. Bila disediakan sarana dan prasarana transportasi, secara alamiah akan menambah nilai aksesibilitas. Bila nilai aksesibilitas bertambah akan merubah nilai tanah yang akan berakibat pada pola penggunaan tanah tersebut. Bila perubahan tata guna lahan terjadi, maka tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan akan berubah begitu pula pada siklus keseluruhan (Setiyohadi, 2008). 2.1.4 Pengaruh tata guna lahan Setiap tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan jaringan transportasi. Hal ini merupakan pendekatan transportasi yang menghubungkan antara sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan. II-6

Gambar 2.2 Jaringan Transportasi Sumber : Tamin (1997) a. Sistem kegiatan Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko, sekolah, perumahan, pekerjaan, dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah. Perencanaan tata guna lahan biasanya memerlukan waktu cukup lama dan tergantung pada badan pengelola yang berwewenang untuk melaksanakan rencana tata guna lahan tersebut. b. Sistem jaringan Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada: melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain-lain. c. Sistem pergerakan Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang). Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktifitas. Aktifitas ini akan menentukan jenis prasarana dan sarana transportasi yang dibutuhkan, II-7

misal sistem angkutan umum. Bila disediakan sarana dan prasarana transportasi, secara alamiah akan menambah nilai aksesibilitas. Bila nilai aksesibilitas bertambah akan merubah nilai tanah yang akan berakibat pada pola penggunaan tanah tersebut. Bila perubahan tata guna lahan terjadi, maka tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan akan berubah begitu pula pada siklus keseluruhan. Hubungan dasar antara sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan dapat disatukan dalam beberapa urutan tahapan, yang biasanya dilakukan secara berurutan sebagai berikut : Aksesibilitas Aksesibilitas adalah alat untuk mengukur potensial dalam melakukan perjalanan, selain juga menghitung jumlah perjalanan itu sendiri. Dengan demikian, aksesibilitas dapat digunakan untuk menyatakan kemudahan suatu tempat untuk dicapai, sedangkan mobilitas untuk menyatakan kemudahan seseorang bergerak, yang dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi. Tahapan ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi rencana dan kebijakan pemecahan selanjutnya (Tamin, 2000). Bangkitan pergerakan Bangkitan pergerakan adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu zona atau daerah persatuan waktu. Tahapan ini merupakan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Sebaran pergerakan Tahapan yang menghubungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus lalu lintas. Lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu daerah II-8

atau zona akan disalurkan ke seluruh zona lain, dan ini dikenal sebagai lalu lintas antar zona atau sebaran pergerakan. Tujuan utama tahapan sebaran pergerakan adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana seluruh pergerakan yang berasal dari zona asal akan terbagi ke semua zona tujuan. Setelah sebaran pergerakan di ketahui, dapat diambil langkah-langkah kebijakan untuk mempengaruhi atau mengubah sebaran yang tidak dikehendaki. Atau merancang jaringan jalan guna menampung volume lalu lintas taksiran tersebut. Pemilihan moda Pemilihan moda merupakan tahapan pemodelan transportasi yang berusaha mengidentifikasi besamya pergerakan antar zona yang menggunakan setiap moda transportasi tertentu. Pemilihan moda merupakan tahapan perencanaan transportasi yang sangat sulit untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena banyak faktor yang sulit untuk dikuantifikasi misalnya kenyamanan, keamanan, keandalan, atau ketersediaan mobil pada saat diperlukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebagaimana dijelaskan berikut ini (Tamin, 2000): Ciri pengguna jalan : o Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi. o Pemilikan Sural Ijin Mengemudi (SIM) o Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak, bujangan) o Pendapatan o Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat kerja II-9

Ciri pergerakan : o Tujuan pergerakan o Waktu terjadinya pergerakan o Jarak perjalanan Ciri fasilitas moda transportasi o Waktu perjalanan. o Biaya transportasi. o Ketersediaan ruang dan tarif parkir. Ciri kota atau zona o Jarak dari pusat kota, kepadatan penduduk o Ketersediaan trayek angkutan umum. Pemilihan rute Menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal ke setiap zona asal dan ke setiap zona tujuan. Pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute terbaik. 2.1.5 Pendekatan sistem untuk perencanaan transportasi Pendekatan sistem adalah pendekatan umum untuk suatu perencanaan atau teknik dengan menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Contohnya, kemacetan lokal yang disebabkan oleh penyempitan lebar jalan dapat dipecahkan dengan melakukan perbaikan secara lokal. Namun, jika permasalahan disebabkan karena terlalu banyaknya lalulintas didaerah tersebut maka permasalahannya dapat berupa manajemen lalulintas secara lokal, pembangunan jalan II-10

baru, peningkatan pelayanan angkutan umum, atau perencanaan tata guna lahan yang baru. 2.1.6 Pengertian Sistem Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam sistem mekanis, komponen berhubungan secara mekanis, misalnya komponen dalam mesin mobil. Dalam sistem tidak mekanis, misalnya dalam interaksi sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transportasi, komponen yang ada tidak dapat berhubungan secara mekanis, akan tetapi perubahan pada salah satu komponen (sistem kegiatan ) dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (sistem jaringan dan sistem pergerakan ). Sistem kegiatan mempunyai tipe kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan (traffic attraction). Sistem tersebut merupakan suatu sistem pola kegiatan tata guna lahan (land use) yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan adanya pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap/harinya yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna tanah tersebut. Besarnya pergerakan yang ditimbulkan tersebut sangat berkaitan erat dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan. Pergerakan baik berupa pergerakan manusia dan/atau barang jelas membutuhkan suatu moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut dapat bergerak. Prasarana transportasi disebut juga sistem jaringan yang meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus, bandara, dan pelabuhan laut. II-11

Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini akan menghasilkan suatu pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Suatu sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya akan dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalulintas yang baik. Perubahan sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubahan pada tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga, perubahan pada sistem jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut. Selain itu, sistem pergerakan memegang peranan yang penting dalam mengakomodir suatu sistem pergerakan agar tercipta suatu sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada. Tahap awal proses perencanaan adalah perumusan atau kristalisasi sasaran, tujuan, dan target, termasuk mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang ada. Proses selanjutnya adalah mengumpulkan data untuk melihat kondisi yang ada dan hal ini sangat diperlukan untuk mengembangkan metode kuantitatif yang akan dipilih yang tentu harus sesuai dengan sistem yang ada. II-12

Pemantauan dan evaluasi Sasaran, tujuan, dan target Rumusan sasaran, tujuan, dan target Perencanaan Data Data Alternatif rencana Penilaian Data Pelaksanaan Alternatif Terbaik Perancangan Data Gambar 2.3 Proses perencanaan Sumber : Tamin (1988a) 2.2. Kerangka Berpikir 2.2.1 Klasifikasi Pergerakan Klasifikasi pergerakan terdiri dari: Maksud orang melakukan pergerakan (Tamin, 1997). Dalam kasus perjalanan Home-Based, terdapat lima kategori tujuan pergerakan, yaitu: Pergerakan ke tempat kerja Pergerakan ke sekolah atau ke universitas (pergerakan dengan tujuan pendidikan) Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi Pergerakan ke tempat belanja, dan Lain-lain. II-13

Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang sehari-hari. Pergerakan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan karena jumlahnya kecil, hanya sekitar 15-20% dari total pergerakan yang terjadi. Karakteristik orang, klasifikasi lainnya adalah perilaku perjalanan individu. Perilaku ini dipengaruhi oleh karakteristik sosial dan ekonomi. Pergerakan terjadi disebabkan adanya suatu proses pemenuhan yang harus dilakukan setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit, seperti pemenuhan akan pekerjaan, pendidikan. Selain klasifikasi pergerakan berdasarkan tujuan perjalanan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, perjalanan dapat pula diklasifikasikan berdasarkan waktu dan jenis orang. Berdasarkan waktu, perjalanan dibedakan menjadi perjalanan pada jam sibuk (peak hour) dan perjalanan pada jam tidak sibuk (off-peak). Berdasarkan jenis orang, perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi yaitu : a. Tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia tinggi, menengah, dan rendah b. Tingkat pemilikan kendaraan: biasanya terdapat empat tingkat: 0,1,2, atau lebih dari (2+) kendaraan per rumah tangga c. Ukuran dan struktur rumah tangga. II-14

2.2.2 Karakteristik Pola Pergerakan Kamus umum bahasa Indonesia mendefinisikan perilaku sebagai kelakuan, tabiat, tingkah laku, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Menurut Tamin (1997), pola pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial. Konsep mengenai pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya mengenai mengapa orang melakukan pergerakan, kapan orang melakukan pergerakan, dan jenis angkutan apa yang digunakan. 1. Sebab terjadinya pergerakan Sebab terjadinya pergerakan dapat dikelompokan berdasarkan maksud perjalanan biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya yaitu berkaitan dengan bekerja, mengajar dan belajar. Kenyataan bahwa lebih dari 90 % perjalanan berbasis tempat tinggal, artinya mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan kembali ke rumah. 2. Waktu terjadinya pergerakan Waktu terjadi pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari. Dengan demikian waktu pergerakan sangat tergantung pada maksud perjalanannya. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalan dengan maksud bekerja biasanya merupakan perjalanan yang dominan, dan karena itu sangat penting diamati secara cermat, dengan tujuan bekerja ini menghasilkan waktu puncak pergerakan. II-15

Selanjutnya, perjalanan dengan maksud sekolah ataupun pendidikan cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan tujuan lainnya sehingga pola perjalanan sekolah ini pun turut mewarnai pola puncak perjalanan. Perjalanan lainya yang cukup berperan adalah perjalanan untuk maksud berbelanja. Karena kegiatan berbelanja ini tidak mempunyai waktu khusus, dan pelakunya bisa melakukannya kapanpun selama toko atau pasar buka, maka tidak ada pola khusus untuk perjalanan dengan maksud belanja ini; pada umumnya berupa pola menyebar. Meskipun terdapat juga puncak pada pagi dan sore hari, puncak ini tidak terlalu nyata. Pola perjalanan yang diperoleh dari penggabungan ketiga pola perjalanan terkadang disebut juga pola variasi harian, yang menunjukkan tiga waktu puncak yaitu waktu puncak pagi, waktu puncak siang dan waktu puncak sore. 3. Jenis sarana angkutan yang digunakan Selain berjalan kaki, dalam melakukan perjalanan orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan seperti sepeda motor, mobil, ojek online, angkutan umum, pesawat dan kereta api. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan. Meskipun dapat diketahui faktor yang menyebabkan seseorang memilih jenis moda yang digunakan, pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme pemilihan moda ini. Sedangkan konsep mengenai ciri pergerakan spasial (dengan batas ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat di dalam suatu II-16

wilayah. Pergerakan spasial dibedakan menjadi pola perjalanan orang dan perjalanan barang. a. Pola perjalanan orang Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata lahan yaitu (daerah industri, perkantoran dan pemukiman) ini sangat berperan dalam menentukan pola perjalanan orang, terutama perjalanan dengan maksud bekerja, tentu saja sebaran spasial untuk pertokoan dan areal pendidikan juga berperan. Tetapi mengingat porsi keduanya tidak begitu signifikan, pola sebaran pertamalah yang sangat mempengaruhi pola perjalanan orang. b. Pola perjalanan barang Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktifitas produksi dan konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran pola tata guna lahan pemukiman (konsumsi), serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh rantai distribusi yang menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi. Berdasarkan hasil penelitian perjalanan barang menuju daerah dan dari daerah industri merupakan yang terbesar, yaitu perjalanan yang cukup panjang. Jadi, sangatlah jelas bahwa pola menyeluruh dari perjalanan barang sangat tergantung pada sebaran tata guna lahan yang berkaitan dengan daerah industri, daerah pertanian, dan daerah pemukiman. 2.2.3 Sebaran Pergerakan Sebaran pergerakan merupakan tahapan dalam perencanaan transportasi yang menunjukkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus lalulintas. II-17

Dimana pergerakan arus lalu lintas yang terjadi antara zona asal / dengan zona tujuan d sebanding dengan intensitas tata guna lahan dan berbanding terbalik dengan besarnya pemisahan spasial antara zona-zona tersebut. Sebaran pergerakan menghasilkan jumlah arus lalulintas yang bergerak dari suatu zona ke zona lainnya. i 75 pergerakan Antara zona i dan d d 2.2.4 Tarikan pergerakan Gambar 2.4 Sebaran pergerakan antara dua zona. Sumber: Wells (1975) Menurut Tamin (2000), tarikan pergerakan adalah tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan menuju suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas yang mencakup fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalulintas. Tarikan pergerakan menurut Wells (1975) dalam Tamin (2000) terlihat secara diagram pada gambar dibawah ini: II-18

A Gambar 2.5 Tarikan Pergerakan Sumber : Rezita Dwi Annisa, dkk Menurut Tamin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan adalah luas lantai untuk kegiatan produksi, komersial, perkantoran, pelayanan lainnya,lapangan kerja, dan aksebilitas. Sedangkan menurut Hutchison (1974) dalam Tamin (2000), tarikan perjalanan kendaraan untuk daerah pengembangan industri akan mempengaruhi perkembangan tata guna lahan daerah sekitar. Tarikan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, pusat pendidikan. 2.2.5 Bangkitan dan Tarikan Bangkitan Pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona (Tamin, 1997). Pergerakan lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalulintas. Bangkitan lalulintas ini mencakup: II-19

lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Bangkitan dan tarikan pergerakan terlihat secara diagram pada gambar 2.6 (Wells, 1975). Gambar 2.6 Bangkitan dan tarikan pergerakan Sumber : Wells (1975) Model dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan dengan sistem prasarana transportasi dengan menggunakan beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat menerangkan cara kerja sistem dan hubungan keterkaitan antar sistem secara terukur (Black,1981). Tahapan pemodelan bangkitan pergerakan bertujuan meramalkan jumlah pergerakan pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosial-ekonomi, serta tata guna lahan. Menurut Putu Alit (2010), pemodelan tarikan perjalanan dapat berupa persamaan matematis yang diturunkan melalui analisis regresi berdasarkan data dari hasil survei lapangan (survei primer dan sekunder). II-20

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Sehingga kita lebih mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam) untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan. Bangkitan dan tarikan lalulintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan : a. Jenis tata guna lahan Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda: Jumlah arus lalulintas Jenis lalulinta (pejalan kaki, truk, mobil, motor) Lalulintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalulintas pada pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalulintas di sepanjang hari). Tabel 2.1 Bangkitan dan tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan Deskripsi aktivitas tata guna lahan Rata - rata jumlah pergerakan per 100 m 2 Jumlah Kajian Pasar swalayan 136 3 Pertokoan lokal* 85 21 Pusat pertokoan** 38 38 Restoran siap santap 595 6 Restoran 60 3 Gedung perkantoran 13 22 Rumah sakit 18 12 Perpustakaan 45 2 Daerah industri 5 98 Sumber: Black(1978) dalam Tamin (2000) II-21

b. Jumlah aktifitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktifitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya. Tabel 2.2 Bangkitan lalulintas, jenis perumahan dan kepadatannya Jenis Perumahan Kepadatan permukiman Pergerakan (per hari) Bangkitan pergerakan (per ha) (keluarga/ha) Pemukiman diluar kota 15 10 150 Pemukiman di batas kota 45 7 315 Unit rumah 80 5 400 Flat tinggi 100 5 500 Sumber: Black (1978) dalam Tamin (2000) 2.2.6 Konsep pemodelan A. Pemodelan sistem Pemodelan sistem adalah pendekatan secara sistem tata guna lahan (kegiatan), sistem prasarana transportasi (jaringan), dan sistem arus lalulintas (pergerakan) dengan panjang lebar (kualitatif) serta pendekatan kuantitatif untuk mendapatkan penjelasan atau gambaran yang lebih jelas dan terukur mengenai kaitan tersebut. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur, beberapa diantaranya adalah: Model fisik (model arsitek, model teknik, wayang golek, dan lain-lain) Model peta dan diagram Model statistik dan matematik (fungsi atau persamaan) yang dapat menerangkan secara terukur beberapa aspek fisik, sosial ekonomi, atau model transportasi. II-22

Tujuan pemodelan adalah untuk membantu mengerti cara kerja sistem, dan meramalkan perubahan pada sistem pergerakan arus lalulintas sebagai akibat perubahan pada sistem tata guna lahan dan sistem prasarana transportasi. Model sistem kegiatan dan sistem jaringan dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan (kegiatan) dengan sistem prasarana transportasi (jaringan) dengan menggunakan beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Data sangat diperlukan dalam pemodelan sistem transportasi, dan harus mempunyai kuantitas dan kualitas yang baik. Semakin kompleks suatu model dan semakin kecil luas suatu zona, semakin banyak jumlah data yang diperlukan dan semakin kompleks cara penanganannya. B. Konsep Metode Analisis Regresi 1. Model Analisis Regresi Linear Analisis regresi linear adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas. (Riduwan, 2009) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Untuk Regresi linear sederhana, yaitu regresi linear yang hanya melibatkan dua variabel (Variabel X dan Y), persamaan regresinya dinyatakan dalam persamaan (1) berikut : II-23

y = a+bx (1) Keterangan : y = peubah tidak bebas/variabel terikat (Jumlah produksi perjalanan) X1 XZ = peubah bebas (faktor-faktor berpengaruh) a = intersep atau konstanta regresi b = koefisien regresi Parameter a dan b dapat diperkirakan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil yang meminimumkan total kuadratis residual antara hasil model dengan hasil pengamatan. Nilai parameter a dan b bisa didapatkan dari persamaan (2) dan (3) berikut: 2. Model Analisis Regresi Linear Berganda ( ) ( ) ( ) ( ) Dalam metode regresi linier berganda, koefisien determinasi (R 2 ) adalah besaran yang biasanya digunakan untuk melihat apakah suatu model regresi yang diperoleh sudah cocok atau tepat untuk digunakan sebagai pendekatan atas hubungan linier antar variabel berdasarkan data pengamatan (Putu Alit, 2010). Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut: Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X). Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat. II-24

Tidak ada korelasi antara variabel bebas. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai semua variabel terikat. Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati normal. Analisis regresi linear berganda yaitu suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai korelasi yang besar dengan variabel terikatnya. 2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara sesama variabel bebas. 3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke dalam persamaan model regresi linear berganda: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 Dimana : Y = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari: a = konstanta regresi (angka yang akan dicari) b1,b2.bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari) X1, X2 Xn = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh) Metode analisis regresi memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Keabsahan dari model dapat diuji secara statistik. 2. Data yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dibandingkan metode analisis kategori. 3. Dapat dilakukan ekstrapolasi variabel pengaruh guna peramalan pada masa yang akan datang. II-25

Metode analisis regresi linier mempunyai kelemahan atau kekurangan sebagai berikut : 1. Secara empiris hasil yang diperoleh tidak konsisten karena perbedaan yang timbul dari berbagai variabel bebas suatu wilayah penelitian lainnya tidak signifikan. 2. Model tidak menentukan variasi antar wilayah. 3. Intercept dan koefisien regresi bersifat sistem zoning. 4. Model agregat umumnya hanya digunakan untuk mengubah sistem zooning sehingga kurang fleksibel digunakan dalam prakiraan model. 5. Adanya asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebagai berikut: Multikolinear : Hal ini terjadi karena adanya hubungan linear antar-peubah Jumlah parameter b yang dibutuhkan: menghilangkan peubah itu dan melakukan proses regresi lagi untuk melihat efek dibuangnya peubah itu terhadap peubah lainnya yang masih digunakan oleh model tersebut. Koefisien determinasi: Tambahan peubah meningkatkan nilai R 2, untuk mengatasinya digunakan nilai R 2 yang telah dikoreksi: [ ] [ ] N adalah ukuran sampel dan K adalah jumlah peubah. Koefisien korelasi: Digunakan untuk menentukan korelasi antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas atau antara sesama peubah bebas. Koefisien ini dapat dihitung dengan berbagai cara yang salah satunya adalah berikut: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ( ) ( ( ) II-26

Nilai r =1 berarti bahwa korelasi antara peubah y dan x adalah positif (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan meningkatnya nilai y). Sebaliknya, jika nilai r = -1, berarti korelasi antara peubah y dan x adalah negatif (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan menurunnya nilai y). Nilai r = 0 menyatakan tidak ada korelasi atau peubah. Uji t-test: Uji t-test dapat digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk menguji signifikansi nilai koefisien korelasi (r) dan untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi. Setiap peubah yang mempunyai koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik harus dibuang dari model. 2.2.7 Pengujian statistik Untuk memudahkan dalam proses pengujian statistik, telah berkembangbeberapa program software untuk pengolahan data statistic antara lain MicrosofExcell, SPSS ( Statistical Product and Service Solution) dan lain-lain. Untukpengolahan data dalam pembuatan tugas akhir ini menggunakan program SPSS (StatisticalProduct and Service Solution). A. SPSS SPSS adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk membuat analisis statistika. SPSS (Statistical Package for the Social Sciencesatau Paket Statistik untuk Ilmu Sosial), tapi perkembangan berikutnya SPSS digunakan untuk berbagai displin ilmu sehingga kepanjangannya berubah menjadi Statistical Product and Service Solution. SPSS digunakan oleh peneliti pasar, peneliti kesehatan, perusahaan survei, pemerintah, peneliti pendidikan, organisasi pemasaran dan sebagainya. Selain analisis statistika, manajemen data (seleksi kasus, penamaan file, pembuatan data turunan) dan II-27

dokumentasi data (kamus metadata ikut dimasukkan bersama data) juga merupakan fitur-fitur dari software dasar SPSS. Statistik yang termasuk software dasar SPSS: a. Statistik Deskriptif : tabulasi silang, frekuensi, deskripsi, penelusuran, statistik deskripsi rasio b. Statistik Bivariat : rata-rata, t-test, ANOVA, Korelasi (bivariat, parsial, jarak), Nonparametric tests c. Prediksi hasil numerik : Regresi Linear d. Prediksi untuk mengidentifikasi kelompok : Analisis faktor, analisis cluster (twostep, K-means, hierarkis), Diskriminan. SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan data secara langsung ke dalam SPSS Data Editor. Bagaimanapun struktur dari file data mentahnya, maka data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk baris (cases) dan kolom (variables). Case berisi informasi untuk satu unit analisis, sedangkan variable adalah informasi yang dikumpulkan dari masing-masing kasus. Hasil-hasil analisis muncul dalam SPSS Output Navigator. Kebanyakan prosedur Base System menghasilkan pivot tables, dimana kita bisa memperbaiki tampilan dari keluaran yang diberikan SPSS. Untuk memperbaiki output, maka kita dapat memperbaiki output sesuai kebutuhan. Beberapa kemudahan yang lain, yang dimiliki SPSS dalam pengoperasiannya adalah karena SPSS menyediakan beberapa fasilitas seperti berikut ini: II-28

Data Editor : merupakan jendela untuk pengolahan data. Data editor dirancang sedemikian rupa seperti pada aplikasi-aplikasi spreadsheet untuk mendefinisikan, memasukkan, mengedit, dan menampilkan data. Viewer : mempermudah pemakai untuk melihat hasil pemrosesan, menunjukkan atau menghilangkan bagian-bagian tertentu dari output, serta mempermudah distribusi hasil pengolahan dari SPSS ke aplikasi-aplikasi yang lain. Multidimensional Pivot Tables : hasil pengolahan data akan ditunjukkan dengan multidimensional pivot tables. Pemakai dapat melakukan eksplorasi terhadap tabel dengan pengaturan baris, kolom, serta layer. Pemakai juga dapat dengan mudah melakukan pengaturan kelompok data dengan melakukan splitting tabel sehingga hanya satu group tertentu saja yang ditampilkan pada satu waktu. High-Resolution Graphics : dengan kemampuan grafikal beresolusi tinggi, baik untuk menampilkan pie charts, bar charts, histogram, scatterplots, 3-D graphics, dan yang lainnya, akan membuat SPSS tidak hanya mudah dioperasikan tetapi juga membuat pemakai merasa nyaman dalam pekerjaannya. Database Access : pemakai program ini dapat memperoleh kembali informasi dari sebuah database dengan menggunakan Database Wizard yang disediakannya. Data Transformation : akan membantu pemakai memperoleh data yang siap untuk dianalisis. Pemakai dapat dengan mudah melakukan subset data, mengkombinasikan kategori, add, aggregat, merge, split, dan beberapa perintah tranpose files, serta yang lainnya. Electronic Distribution : pengguna dapat mengirimkan laporan secara elektronik menggunakan sebuah tombol pengiriman data (e-mail) atau melakukan export II-29

tabel dan grafik ke mode HTML sehingga mendukung distribusi melalui internet dan intranet. Online Help : SPSS menyediakan fasilitas online help yang akan selalu siap membantu pemakai dalam melakukan pekerjaannya. Bantuan yang diberikan dapat berupa petunjuk pengoperasian secara detail, kemudahan pencarian prosedur yang diinginkan sampai pada contoh-contoh kasus dalam pengoperasian program ini. Akses Data Tanpa Tempat Penyimpanan Sementara : analisis file-file data yang sangat besar disimpan tanpa membutuhkan tempat penyimpanan sementara. Hal ini berbeda dengan SPSS sebelum versi 11.5 dimana file data yang sangat besar dibuat temporary filenya. Interface dengan Database Relasional : fasilitas ini akan menambah efisiensi dan memudahkan pekerjaan untuk mengekstrak data dan menganalisisnya dari database relasional. Analisis Distribution : fasilitas ini diperoleh pada pemakaian SPSS for Server atau untuk aplikasi multiuser. Kegunaan dari analisis ini adalah apabila peneliti akan menganalisis file-file data yang sangat besar dapat langsung me-remote dari server dan memprosesnya sekaligus tanpa harus memindahkan ke komputer user. Multiple sesi : SPSS memberikan kemampuan untuk melakukan analisis lebih dari satu file data pada waktu yang bersamaan. Mapping : visualisasi data dapat dibuat dengan macam tipe, baik secara konvensional atau interaktif, misalnya dengan menggunakan tipe bar, pie atau jangkauan nilai, simbol gradual, dan chart. II-30