BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aspek terpenting dalam kehidupan sehari-hari agar pesan yang disampaikan dapat diterima dari komunikator ke komunikan. Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (verbal) yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Jika kedua pihak tidak dapat dilakukan komunikasi verbal, masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan sebagainya disebut komunikasi nonverbal. Sering kali terdapat kesalahan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal. Kesalahan yang sering terjadi adalah ketika pesan yang disampaikan bersifat ambigu dan berlangsung cepat. Agar tidak terjadinya kesalahan, maka dari satu pihak kepada pihak lain saling mempengaruhi dan melakukan komunikasi timbal balik untuk menyatukan sebuah persepsi yang sama. Gambaran tentang komunikasi diungkapkan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah : Bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. 1 1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004, hal.7 1
2 Pakar komunikasi McLuhan (1964) mengungkapkan pengertian media massa sebagai heterogen dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian dapat di sini menekankan pada pengertian, bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial. Yang penting ialah The communicator is a social organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spartially separated (Tan, 1981 : 73). 2 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya disebut media cetak; serta media film. Film yang dijadikan sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. 3 Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film 2 Mc Luhan, Understanding Media : The Extensive of Man, New York, 1964 3 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal.3
3 menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer). Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya; Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
4 Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar ) sebagai medianya.istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya. 4 4 http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film tgl,08 April 2012
5 Perkembangan film sejak ditemukan selalu seiring dengan perkembangan teknologi. Mulai dari film bisu hitam putih sampai film hitam putih bersuara pada akhir tahun 1920-an dan film warna pada tahun 1930-an. Pada awalnya film hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau sarana untuk mereproduksi karyakarya seni pertunjukkan lainnya seperti teater. Film dianggap sebagai karya seni setelah melalui pencapaian-pencapaian dalam sejarah perfilman dengan pembuatpembuat film seperti George Melies (Perancis), Edwin S Porter dan DW Griffith (Amerika), serta RW Paul dan GW Smith (Inggris). Dan dalam kurun waktu berikutnya lahir gerakan-gerakan film seni secara mengglobal di Perancis, Jerman, Rusia, Swedia dan Italia. Hal ini kemudian diperkuat dengan lahirnya senimanseniman film dari berbagai Negara, sebut saja Akira Kurosawa (Jepang), Satyajit Ray (India), John Ford (Amerika), Usmar Ismail (Indonesia) dan lain-lain. 5 Munculnya kembali dunia perfilman Indonesia di tahun 1998, menandai kebangkitan perfilman Indonesia yang saat itu mati suri hingga saat ini memperoleh sambutan hangat dari generasi muda yang haus akan tontonan film lokal. Perkembangan film saat ini mengalami progres yang membuat aktor dan aktris baru banyak bermunculan. Dalam dunia film maupun dunia pertelevisian, perempuan senantiasa diperebutkan karena di dalam tubuhnya mengandung beragam aura yang merupakan perwujudan dari berbagai simbol. Baik berupa simbol kehidupan, simbol kekuasaan, simbol kebenaran ataupun simbol moralitas. Homoseksual adalah hubungan sesama jenis antara lelaki dengan lelaki, dimana mereka yang perasaannya sangat tidak baik dengan lawan jenisnya. Tetapi 5 www.endonesa.net Andreas Eko. Sedikit Tentang Sejarah Film 15 Maret 2004
6 mereka lebih memilih untuk berhubungan dengan yang sesama jenis dengan mereka, karena manusia lebih memilih dengan perasaan yang nyaman. Homoseksual pun sangat mudah untuk dikenali, dengan ciri-ciri mereka yang banyak memakai aksesoris, wewangian seperti parfum yang terlalu mencolok, cara jalan mereka yang sangat berbeda sekali dengan pria normal, gerak-gerik mereka yang sangat melambai atau sangat perempuan sekali, baju yang berwarna mencolok, dan juga cara bicara mereka. Dalam adanya film ini membuat Nia Dinata tidak ingin ketinggalan untuk meramaikan kancah perfilman Indonesia, salah satunya adalah film Arisan! 2 lanjutan film dari Arisan! yang bergenre drama komedi ini tayang di bioskop pada 1 Desember 2011. Setelah delapan tahun berlalu sejak kemunculan film Arisan! (2003), penonton Indonesia dapat menikmati sequelnya yaitu Arisan! 2 yang mulai 1 Desember 2011. Dalam film Arisan ini lebih banyak menuangkan gaya kosmopolitan dan persoalan gender ke dalam bentuk ikon-ikon pergaulan kehidupan masyarakat kelas menengah atas kota Jakarta. Namun dalam film Arisan! hingga Arisan! 2 ini lebih menonjol atau menceritakan tentang persahabatan. Persahabatan para protagonis didedah. Merujuk pada akhir film pertama, para protagonis adalah sekelompok sosialita langka. Ada keintiman tersendiri antara Sakti, Nino, Lita, Andien, dan Meimei. Dalam adegan penutup film pertama, mereka semua bersama dalam satu bingkai, satu ruang yang harmonis. Dalam lingkungan yang bisa menghalalkan apapun di atas persahabatan, mereka memilih menjadi satu demi sesama. Kebersamaan spasial tersebut yang terpecah di awal Arisan! 2. Paling gamblang adalah Meimei, yang
7 tak lagi berada di Jakarta. Di ibu kota, kawan-kawan tersebut terpisah oleh urusannya masing-masing. Pada dasarnya, Arisan! 2 adalah cerita tentang penyatuan kembali sekelompok kawan yang terpisah oleh ruang. 6 Dalam penelitian ini penulis pun mencari tahu jumlah data penonton yang sudah menonton film Arisan! 2. Jumlah semua penonton dari berbagai wilayah yaitu sekitar 449.000 penonton, dan sumber data pun di dapat dari PPFI, Blitzmegaplex, produser film dan sumber-sumber lainnya. 7 Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti makna teks yang terdapat dalam film Arisan! 2. Dengan metode analisis framing, bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks, tapi juga bagaimana pesan itu disampaikan dan makna teks dalam film tersebut. Dan judul yang penulis angkat adalah Makna Teks Dalam Film Arisan! 2. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian adalah: Apa makna teks dalam film Arisan! 2? 6 http://filmindonesia.or.id/movie/title/arisan-2 tgl, 11 Mei 2012 7 www.filmindonesia.or.id tgl, 20 Mei 2012
8 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apa makna teks dalam film Arisan! 2 1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis Secara akademis khususnya bagi Ilmu Komunikasi, penelitian ini diharapkan memberikan masukan pengetahuan di bidang Broadcasting untuk tambahan referensi yang bisa dimanfaatkan sebagai kepustakaan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada production house (rumah produksi) dalam hal ini Kalyana Shira Films dalam hal pengangkatan sebuah fenomena mempresentasi aspek sosial terutama gaya hidup menengah ke atas dan budayanya ke dalam sebuah film.