BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 1.1 LATAR BELAKANG. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

Bab LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

1.1. Latar Belakang I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PACITAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

BAB I PENDAHULUAN I - 1

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi I Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

S S K BAB 1 PENDAHULUAN

S S K STRATEGI SANITASI KABUPATEN MANGGARAI BARAT BAB 1 PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi 2013

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MANGGARAI PENDAHULUAN

PPSP BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Transkripsi:

BUKU PUTIH SANITASI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015. Pengakuan sanitasi sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Menurut WHO (2010), sampai dengan tahun 2008 sedikitnya 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. WHO juga menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi penyakit kedua terbesar di dunia. Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, meski 71 persen penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas sudah berperilaku benar dalam buang air besar (BAB), 29 persen atau sekitar 70 juta penduduk Indonesia masih belum berperilaku benar BABB sehingga menimbulkan penyakit diare. penyakit demam tifus, hepatitis A, dan polio juga menghantui Tak hanya diare, masyarakat akibat mikroba yang terbawaa oleh perilaku tidak sehat masyarakat.halal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki persoalan yang serius dalam sektor sanitasi. Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Bidang Permukiman dan Perumahan. Beberapa target penting yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional hingga akhir tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010-2014 masing-masing Kementerian/Lembaga; 2. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga

BUKU PUTIH SANITASI 2 hingga tahun 2014; dan 3. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 perkotaan. kawasan strategis Di sisi lain, buruknya kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses penduduk pada saranaa dan kualitas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala pembangunan sanitasi.saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki rencana strategis, master plan, dan dokumen proyek untuk perbaikan layanan sanitasi.akibatnya akses pada sumber-sumber pendanaan pun menjadi terbatas. Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta masyarakat, tidak bisa lagi memandang persoalan sanitasi sebagai business as usual, penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial.perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi.sanitasi harus ditangani secaraa multistakeholder dan komprehensif.pembangunan sektor sanitasi tidak hanya memerlukan penyediaan sarana fisik, tetapi juga ada masalah- bermanfaat masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama agar sarana fisik tersebut secara optimal dan berkelanjutan.oleh karenanya pembangunan sektor sanitasi membutuhkan dukungan banyak pihak, dan masyarakat juga harus bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya. Untuk itu perencanaan pembangunan sektor sanitasi harus disusun secara lebih terintegratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan- bertahap dan tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Kesadaran inilah yang akhirnya mendorong terjadinya kesepakatan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dengan melahirkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi melalui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi dalam skala kota.

BUKU PUTIH SANITASI 3 Sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia, pembangunann sektor sanitasi di pada tahun-tahun sebelumnya masih dianggap sebagai urusan belakang, sehingga acapkali termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain. Di sisi lain, pelaksanaan pembangunan sanitasi yang tengah berjalan masih dilakukan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu skenario besar dengan sasaran yang komprehensif serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masih kuatnya ego-ego sektoral menyebabkan sering terjadi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan lebih buruknya lagi tidak berkelanjutan.keterbatasan kemampuan keuangan daerah juga menyebabkan pemerintah daerah harus lebih fokus pada untuk menangani persoalan-persoalan yang sedang dihadapi, sehingga belum optimal menyiapkan perencanaan yang bersifat jangka panjang dan terintegrasi antar sektor. Seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Balangan telah menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya sektor sanitasi, dengan mencantumkan persoalan pengelolaan lingkungan di dalam RPJMD Tahun 2011-2015. Sasaran pembangunan yang dimaksud adalah meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam. Sasaran pembangunan dimaksud akan dicapai melalui arah kebijakan yaitu dengan mengendalikan dan memantau pencemaran pada air, lahan, udara dan keanekaragaman hayati. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi wahana yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Balangan menyiapkan road map pembangunan sanitasi yang komprehensif, yang dapat menjawab tantangan perkembangan kota yang terus tumbuh dengan cepat. Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Balangan dapat dikategorikan cukup tinggi yaitu 1,40% pada tahun 2011. Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentunya berdampak langsungpada pertumbuhan kawasan-kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan akan penyediaan infrastruktur yang layak termasuk sarana sanitasi. Volume sampah dan limbah rumah tangga lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tentunya harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di, demikian juga dengan fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai akibat dari semakin berkurangnya daerah-daerah resapan dan tangkapan air yang terjadi karena beralih fungsinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan-kawasan

BUKU PUTIH SANITASI 4 permukiman. Sebagai dasar pijakan untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif dan terintegrasi secara multisektoral, dan yang terpenting tepat sasaran sebagaimana kebutuhan riil masyarakat, tentunya diperlukan data dasar yang esensial mengenai struktur dan situasi sanitasi di seluruh wilayah, baik menyangkut aspek teknis maupun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingann terkait pembangunan sanitasi. 1.2 Landasan Gerak 1.2.1 Pengertian Sanitasii Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut : Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidupnya (WHO) 1. Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai usahaa untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya. 1.2.2 Ruang lingkup Ruang Lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. 2. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. 1 Victor M. Ehler dan Ernest W. steel Dehli, Edition 1976 hal 2 Municipal and Rural Sanitation, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, New

BUKU PUTIH SANITASI 5 3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan. 5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah. Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis pembangunan sanitasi skala kota. Buku Strategi Sanitasi Kota yang memuat rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi dan setelah 3 tahun (seiring dengan berakhirnya RPJMD 2011-2015), semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. 1.2.3 Kesepakatan Wilayah Kajian Buku putih Sanitasi Sesuai dengan UUU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Wewenang Pemerintah bahwa cakupan layanan sanitasi Pemerintah meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Balangan. Karena itu wilayah kajian dari penyusunan Buku Putih Sanitasi meliputi wilayah kabupaten, terutama yang berkaitan dengan studi penilaian resiko kesehatan lingkungan/ Environmental Health Risk Assessment EHRA). Fokus dari wilayah kajian akan melihat dari hasil studi EHRA tersebut, dimana akan ditetapkan areal-areal berisiko sanitasi di. 1.2.4 Visi dan Misi Kabupaten Berdasarkan visi, misi Bupati di dalam RPJMD Tahun 2011 2015, serta tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Balangan tahun 2013 2032 maka di jelaskan sebagai berikut :

BUKU PUTIH SANITASI 6 a) Visi : " MELANJUTKAN PEMBANGUNAN MENUJU BALANGAN YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA " Makna dari Visi tersebut sebagai berikut: MANDIRI: harus mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Balangan yang mandiri juga berarti roda pemerintahan sudah berjalan secara optimal yang didukung oleh struktur kelembagaan pemerintah daerah yang lengkap dan diisi serta dikelola oleh aparatur yang berkompeten di bidang tugasnya masing-masing, sehingga mampu memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat. Kemandirian juga tercermin pada pembangunan. SEJAHTERA: tingkat partisipasi publik dalam perumusan kebijakan Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing daerah, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi: sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, kesempatan berusaha, rasa aman, didukung oleh infrastruktur yang mantap. Misi Beranjak dari visi pembangunan Tahun 2011 2015 tersebut, dan untuk mengarahkan pencapaiannya, selanjutnya dicanangkan misi pembangunan Tahun 2011-2015, yaitu: I. Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta II. berwawasan lingkungan. Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah

BUKU PUTIH SANITASI 7 III. IV. Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap memperhatikan kearifan lokal Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kepastian hukum bagi terwujudnya kondisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan. Visi dan misi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran, di samping menerjemahkan visi/misi dan menjawab permasalahan pembangunan daerah/isu-isu strategis, dilakukan untuk menyerasikan ketercapaian indikator kinerja pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan sampai dengan tahun 2015 sebagai berikut: Misi Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk Tujuan Meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat Meningkatkan daya dukung infrastruktur untuk pengembangan Sasaran Percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Meningkatnya peranan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dalam perkuatan struktur perekonomian daerah Menurunnya tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat Meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam Meningkatnya kapasitas dan kualitas prasarana transportasi Meningkatnya pemenuhan

BUKU PUTIH SANITASI 8 Misi mendukung pengembangan wilayah Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap memperhatikan kearifan local Tujuan wilayah dan peningkatan derajat kehidupan masyarakat Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Meningkatkan kualitas kehidupan beragama Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keragaman seni dan budaya, serta kreativitas seni dan budaya yang didukung oleh suasana yang kondusif dalam penyaluran kreativitas berkesenian masyarakat Sasaran kebutuhan air untuk pertanian pada lahan irigasi dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih Tersedianya prasarana dan sarana perumahan dan permukiman Meningkatnya kualitas dan aksessibilitass pelayanan kesehatan Meningkatnya mutu pendidikan dan aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan pendidikan Meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik Terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis, rukun dan damai di kalangan umat beragama Meningkatnya upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokall

BUKU PUTIH SANITASI 9 Misi Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan professional Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kepastian hukum bagi terwujudnya kondisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan. Tujuan Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang semakin transparan, responsif dan akuntabel Terciptanya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum. Sasaran Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah Meningkatnya kualitas pelayanan kepada masyarakat Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumberdayaa aparatur pemerintah daerah Meningkatnya layanan informasi dan komunikasi Menurunnya kejadian kriminal (criminal index) dan meningkatnya penuntasan kejahatan (clearance rate) b) Tujuan Penataan Balangan Ruang Wilayah yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Terwujudnya wilayah Balangan yang sejahtera, aman, nyaman, dan produktif melalui pengembangan sektor-sektor unggulan yang berwawasan lingkungan dalam pemanfaatan ruang. Untuk menjabarkan tujuan penataan ruang sebagaimanaa dimaksud di atas, disusunlah kebijakan penataan ruang; a. pengembangan sistem agropolitan untuk mendorong potensi ekonomi berbasis pertanian dan perkebunan serta peternakan; b. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara hirarkhis dan merata; c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana; d. pengembangan kawasan strategis kabupaten; e. pengembangan wisata alam maupun budaya unggulan yang berskala regional; f. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pengembangan kawasan lindung; dan

BUKU PUTIH SANITASI 10 g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara. 1.3 Maksud Dan Tujuan Buku Putih Sanitasi Kota ini disusun dengan maksud untuk menggambarkan profil sanitasi (sanitation mapping) atau gambaran secara lebih lengkap yang mendeskripsikan kondisi dan karakteristik sanitasi kota dengann cara melakukan beberapa studi, antar lain Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assesment/ EHRA) yang didukung oleh data-data sekunder yang ada. Tujuan dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah : 1) Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi. 2) Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku (stakeholder) AMPL-BM. 3) Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan. 1.4 Metodologi Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Metode pengumpulan data : desk study (kajian literature, data sekunder, browsing, internet, dll) field Research (observasi, wawancara responden) FGD dan indepth interview. b) Metode analisis : Deskriptif kualitatif dan kuantitatif Koleksi data merupakan tahapan yang penting dalam penulisan Buku Putih Sanitasi ini.data-data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data- oleh SKPD data sekunder ini diperoleh dari laporan atau publikasi yang dikeluarkan terkait dalam lingkup Pemerintah maupun publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data primer diperoleh dari hasil survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti Enviromental Health Risk

BUKU PUTIH SANITASI 11 Assessment (EHRA). Selanjutnya dalam tahap penentuan area beresiko, kedua jenis data tersebut akan dikompilasi dengan persepsi masing-masing SKPD pada masing- partisipatif yang masing wilayah yang dinilai. Penyusunan bukuu putih sanitasi ini dilaksanakan secaraa melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel. Sebutkan bentuk partisipatif apa yang dilakukan oleh masing-masing stakeholder di kab/kota. Pendekatan yang dilakukan antara lain, berupa : Pendekatan partisipatif Pendekatan berbasiss kebutuhan (demand responsive approach) Pendekatan berbasiss fakta/masalah (evidence-based approach) 1.5 Dasar Hukum Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain 1.5.1 Dasar Hukum Buku Putih Sanitasi Tahun 2013 ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis bagi penyusunan strategi sanitasi (SSK) tingkat kota/kabupaten dengann tetap berbasis pada dokumen perencanaan yang sudah ada antara lain RPJPD, RPJMD, Renstra dan RTRW. Rencana pembangunan sanitasi dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. Di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi: a. Undang-Undang 1) Undang-Undangg Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2) Undang-undangg Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya; 3) Undang-Undangg Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 4) Undang-Undangg Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;

BUKU PUTIH SANITASI 12 5) Undang-Undangg Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6) Undang-Undangg Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 7) Undang-Undangg Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 8) Undang-Undangg Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolann Sampah; 9) Undang-Undangg Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 10) Undang-Undangg Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air; 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangann Sistem Penyediaan Air Minum; c. Peraturan Presiden Republik Indonesia 1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. d. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun

BUKU PUTIH SANITASI 13 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. e. Keputusan Menteri 1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; Nomor 2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL; 3) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1205/Menkes/ /Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA); Nomor Kesehatan 5) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; f. Peraturan Menteri 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) g. Peraturan Daerah 1) Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 43); 2) Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2011-2015; 3) Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 03

BUKU PUTIH SANITASI 14 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah. 4) Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2013 (Lembaran Daerah Nomor 01 Tahun 2013). h. Petunjuk Teknis 1) Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. 2) Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata Cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. 3) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Sumur Resapan. Teknis Pembuatan 4) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih. 5) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan. Petunjuk Teknis 6) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. 7) Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. 8) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman. 9) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara 10) Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. 11) Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi. 12) Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

BUKU PUTIH SANITASI 15 1.5.2 Kaitan Buku Putih Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya a. Hubungan Buku Putih Sanitasi (BPS) dengan RPJMD RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi. Oleh karena itu, BPS ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD. b. Hubungan BPS dengan Renstra SKPD Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan BPS..Mengingat bahwa Renstra SKPD hanya mengatur tentang rencana sektor sanitasi secara parsial dan sektoral, maka dalam BPS dilakukan sinergitas rencanaa sektor sanitasi dalam sebuah kondisi sanitasi yang saling berkait, simultan dan berkesinambungan.karena Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunanbps ini maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi. c. Hubungan BPS dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) RTRW dipergunakan sebagai salah satu bahan dasar bagi penyusunan BPS, dimana perkiraan jumlah penduduk dan volume sektor sanitasi diperhitungkan sesuai dengan perkiraan dan prediksi dalam RTRW.BPS mengarah pada operasionalisasi teknis urusan khusus sanitasi dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah terlaksana pula implementasi dari BPS. d. Hubungan BPS dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) BPS diharapkan dapat menjadi bahan dasar bagi RKPD dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah khususnya dalam bidang sanitasi. Dengan demikian dapat diharapkan adanya kebijakan penetapan pagu anggaran untuk sanitasi setiap tahun anggaran mulai tahun 2014 sampai dengan 2018 sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam BPS ini.