.f~jaicarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2009

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 94 TAHUN 1999 (94/1999) TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 1999 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH KABUPATEN PACITAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

2016, No Tahun 2015 Nomor 3); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) Faks. (022) Bandung

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemberhentian, dan Tata Kerja Penasihat Ahli Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

2012, No Mengingat Menetapkan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Perat

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 07/M/PER/VII/2006 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tam

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI, TATA KERJA, DAN SEKRETARIAT KOMITE KEBIJAKAN INDUSTRI PERTAHANAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGHUBUNG PROVINSI RIAU

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERTIMBANGAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Menetapkan : 2. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perizinan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 29 Tahun 2014 Seri E Nomor 24 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

2015, No RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5531); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

I SALINAN I fpa/;e~ @}5'rouiWt {5F~ ~.f~jaicarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa dengan Peraturan Gubernur Nomor 101 Tahun 2005 telah ditetapkan Pembentukan Dewan Riset Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; b. bahwa tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Dewan Riset Daerah yang diatur dalam Peratunm Gubernur sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai lagi dengan panduan pembentukan dan penyelenggaraan Dewan Riset Daerah yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Riset Nasional pada Tahun 2007, sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pembenlukan Dewan Riset Daerah; Mengingat 1. Undangl1JUndang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelilian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2. Undangl:llUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali dil'bah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeiolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Presiden Nomor' 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; 10. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Dewan Riset Nasional; 11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik; 12. Keputusan Menteri Negara. Riset dan Teknologi Nomor 89/M/KplV/2005 tentang Pengangkatan Anggota Dewan Riset Nasional 2005 2008; 13. Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 111/M/KpNIIi/2005 tentang Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional iptek 2005-2009; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan.Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dari Pemerintah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012; 17. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Pengua~an Sistem Inovasi Daerah; 18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengeloiaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 20. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu; 21. Peraturan Daerah Namar 1 Tahun 2012 lenlang Rencana Tala Ruang Wi/ayah 2030; I

3 22. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025; 23. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2017; MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH. BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Provinsi ada!ah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Dewan Riset Daerah yang selanjutnya disingkat DRD adalah Dewan Riset Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. IImu Pengetahuan dan Teknologi yang selanjutnya disebut Iptek adalah berbagai cflbang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, yang berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa serta peningkalan kehidupan kemanusiaan. 7. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menwut kaidah dan metode i1miah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang Iptek serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan Iptek. 8. Penerapan adalah pemanfaatan hasil pe;,elitian, pengembangan, dan/atau Iptek yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi. 9. Pengembangan adalah kegiatan Iptek yang bp-rtujuan memanfaatkan kaidah dan teori i1mu pengetahuati yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

4 10. Perekayasaan adalah kegiatan penerapan Iptek dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika. 11. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin i1mu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu. 12.lnovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konleks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan Iptek yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 13. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan dan pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk inenerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 14. Kelompok Pakar adalah kumpulan keahlian yang dapat melakukan analisis mendalam tentang suatu permasalahan, baik yang bersifat spesifik maupun fungsional, serta rekomendasi penyelesaiannya. 15. Pendukung Moral adalah suatu tindakan, baik dalam bentuk pandangan umum, partisipasi dan sebagainya untuk mempromosikan suatu gagasan atau produk yang dihasilkan oleh pihak lain, serta permintaan perhatian dan rekomendasi bagi pihak-pihak tertentu tentang perlunya tincakan untuk mengatasi suatu permasalahan yang penting. 16. Penjajakan adalah pemberi opini atau pendapat tentang suatu permasalahan yang dihadapi oleh suatu pihak tertentu, diminta atau tidak diminta. Opini tersebut merupakan pemikiran bagi pihak yang terlibat langsung atau permintaan perhatian pads pihak-pihak lain yang terkait dengan permasalahan itu. 17. Staf Senior adalah unsur pimpinan ORO yang diangkat berdasarkan Keputusan Ketua ORO dengan persyaratan yang bersangkutan merupakan anggota ORO yang karena keahlian dan pengalamannya di birokrasi daerah dan pernah menduduki jabatan minimal setingkat Eselon 2 di Pemerintahan Oaerah Provinsi OKI Jakarta. Pasal2 Maksud pembentukan ORO adalah untuk memberdayakan Lembaga Kelitbangan dan kegiatan Iptek serta kebijakan penelitian dan pengembangan yang ada di daerah serta untuk memperkuat penguasaan Iptek dan merumuskan masukan bagi penyusunan kebijakan dan prioritas pembangunan daerah sebagai instrumen untuk meningkatkan daya saing. Pasal3 Tujuan pembentukan ORO adalah untuk menstimulasi, memfasilitasi serta mensinergikan unsur kelembagaan dan kegiatan, sumber daya dan jaringan Iptek di daerah dalam rangka r.1erumuskan masukan bagi penyusunan kebijakan dan prioritas pembangunan daerah.

5 BAB II PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI Bagian Kesatu Pembentukan dan Kedudukan Pasal4 ORO merupakan Lembaga Non Struktur,al yang dibentuk oleh Gubernur. Pasal 5 ORO berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur dan secara operasional dikoordinasikan oleh Kepala Bappeda. ORO mempunyai tugas pokok : Bagian Kedua Tugas Pokok dan Fungsi Pasal 6 (1) Memberdayakan kegiatan riset dan Iptek tjalam rangka mendukung kegiatan pembangunan di daerah. (2) Memberikan masukan kepada Pemerintah Oaerah dalam.menyusun arah, prior:tas, serta kerangka kebijakan pembangunan daerah serta rnendukung Pemerintah Oaerah dalam melakukan koordinasi pembangunan dengan daerah lain, baik diminta ataupun tidak secara berkala. Pasal 7 (1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, ORD mempunyai fungsi memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi berupa : a. pemetaan kebutuhan Iptek dan kabutuhan pembangunan strategis; b. meneari, memenuhi, merumuskan kebijakan dan arah pembangunar. Iptek dan bidang strategis sesuai dengan potensi keunggulan yang dimiliki; c. menentukan. prioritas utama dan peringkat kepentingan permasalahan riset, Iptek dan pembangunan strategis; dan d. pemantauan, penilaian, evaluasi terhadap arah kebijakan Iptek dan pembangunar. strategis. (2) Sebagai Kelompok Pakar, ORO berperan secara aktif untuk : a. mencarikan alternatif pemecahan terhadap permasalahan dan isu strategis yang dihadapi daerah; ~an b. secara proaktif memberikan saran/gagasan pengembangan potensi daerah yang berpeluang urituk meningkatkan. pendapatan daerah, kesejahteraan aan p&lay2nan masyarakat.

6 (3) Sebagai Kelompok Ilmuwan, ORO dapat berperan sebagai : a. kelompok penjajagan untuk menguji pelaksanaan kebijakan Iptek dan kebijakan pembangunan; dan b. pendukung moral untuk mendukung kebijakan dan peiaksanaannya yang mengedepankan permasalahan strategis dan penguasaan Iptek yang perlu diprioritaskan. (4) ORO berperanmemberdayakan kegiatan riset dalam rangka. mendukung kegiatan pembangunan, dengan cara : a. mempromosikan kegiatan riset; b. rnembimbing; c. membina; d. memberikan apresiasi; e. membangkitkan minat; f. menciptakan iklim yang kondusif; dan g. menstimulasi. Pasal 8 Oalam melaksanakan fungsinya, L)RO dapat melakukan penelitian sendiri dan/atau bekerja sama dengan Lembaga Riset, Lembaga Pemdidikan, Ounia Usaha dan Lembaga Masyarakat lalnnya balk. di tingkat Nasional maupun Internasional, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1) Organisasi ORO terdiri dari : a. Ketua ORO; b. Wakil Ketua ORO; c. Sekretaris ORO; d. Staf Senior; e, Anggo(a; f. Sekretaris; g. KomisiTeknis; h. Badan Pekerja; Bagian Ketiga Badan Kelengkapan Organisasi Pasal9 i. Kepanitiaan (Panitia Ad hoc); dan j. Sidang dan Rapat. (2) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, K:omisi Teknis dan Badan Pekerja ORO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf f, huruf 9 dan huruf h dipilih dari dan oleh Anggota ORO pada sidang pleno melalui tata cara yang diatur oleh DRO. (3) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Staf Senior sebagaimana dimaksud pada c:yat (1) huruf a sampai dengan huruf d adalah unsur Pimpinan ORO. '.

7 Pasal 10 (1) Oalam melaksanakan kegiatan OROdidukung oleh Sekretariat yang merupakan unit kerja yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala. Bappeda. (2)' Komisi Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf 9 terdiri atas Anggota ORO sesuai kepakaran dan tugas komisi. (3) Badan Pekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf h merupakan unsur perencana ORO. (4) Panitia Ad hoc sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i dibentuk oleh Badan Pekerja melalui tata cara yang diatur oleh ORO. (5) Bagan Struktur Organisasi ORO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tercantur.l dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini. Bagian Keempat Tugas dan Fungsi Pasal11 (1) Ketua mempunyai tugas memimpin ORO. (2) Urituk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ketua mempunyai fungsi : a. membina, mengawasi dan mengendalikan Anggota dan Badan Kelehgkapan ORO dalam melaksanakan tugasnya, menetapkan prosedur yang berkaitan dengan tata kerja dan tata tertib ORO, menetapkan rencana dan program kerja, menetapkan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan, memimpin Rapat Pleno ORO, memimpin rapat kerja ORO; b. memetakan kebutuhan Iptek dan pembangunan strategis serta menyusun rencana kerja; c. menyusun pedoman pelaksanaan kegiatan; d. memimpin Rapat Pleno ORO, Rapat Badan Pekerja ORO; e. menjalih sertamenyelenggarakan kerja sama ORO dengan mitra kerjanya; dan f. mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan program ORO. Pasal 12 (1) Wakil Ketua mempunyai tugas membantu Ketua ORO. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wakil Ketua mempunyai fungsi :. a. membantu Ketua dalam mengoordinasikan kegiatan ORO; b. mewakili Ketua bila yang bersangkutan berh&langan hadir; dan c. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua ORO.

8 Pasal13 (1) Sekretaris mempunyai tugas menyiapkan pelaksi'lnaan tug as ORO. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) Sekretaris mempunyai fungsi : a. menyiapkan agenda dan pelaksanaan sidang ORO; b. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ORO; dan c. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua ORO. Pasal 14 Staf Senior mempunyai tligas membantu pelaf;sanaan tugas dari unsur Pimpinan ORO serta membantu kelancaran tugas kesekretariatan dan tata kelola ORO yang transparan dan akuntabel. Pasal 15 (1) Sekretariat mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan pelayanan keadministrasian. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi : a. mengoordinasikan administrasi operasional dan pembiayaan; b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengelolaan administrasi; dan c. mernbantu penyelenggaraan kerja sama ORO dengan mitra kerjanya. (3) Kepaia Sekretanat ORO adalah unsur Bappeda yang dilengkapi dengan beberapa Staf Sekretariat yang bukan Anggota ORO. Pasal16 (1) Komisi Teknis mempunyai tugas melaksanakan tugas ORO yang ditetapkan sesuai dengan fokus/prioritas bidang pembangunan daerah secara profesional. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaima:la dimaksud pada ayat (1), Komisi Teknis mempunyai fungsi : 8. pernetaan kebutuhan Iptek dan pembangunan strategis ; b. merumuskan kebijakan dan arah pembangunan Iptek dan arah pembangunan strategis sesuai dengan potensi L:nggulan yang dimiliki; c. men8ntukan prioritas utama dan peringkat kepentingan permasalahan riset, Iptek dan pembangunan strategis; d. pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan Iptek dan kebijakan pembangunan strategis; e. pemecahan permasalahan yang dihadapi daerah; f. memberi saran/gagasan pengembangan rotensi daerah yang berpeluang untuk ry,eningkatkan pendapatan daerah; dan g. mendukung pelaksanaan kebijakan yang mengedepankan penguasaan Iptek.

9 Pasal17 (1) Badan Pekerja mempunyai tugas menyiapkan dan menyusun rencana dan program kerja ORO. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pekerja mempunyai fungsi : a. menyusun tata tertib ORO; b. menyusun rencana dan prograrn kerja ORO; c. menyiapkan bahan dan menindaklanjuti hash rc.pat pleno; d. menyusun Agenda Riset Oaerah; dan e. membentuk Panitia Ad hoc. Pasal 18 (1) Panitia Ad hoc mempunyai tugas membahas secara teknis masalah aktual di daerah dan menyusun prosedur yang berkaitan dengan tata kerja dan tata tertib ORO. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Panitia Ad hoc mempunyai fungsi : a. melaksanakan rapat-rapat teknis sesuai kebutuhan; b. menganalisis dan merumuskan solusi terhadap masalah-masalah aktual di daerah; c. menyusun pedoman, prosedur dan mekanisme kerja ORO; dan d. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Badan Pekerja ORD. Bagian Kelima Sidang dan Rapat Pasal 19 (1) Sidang dan Rapat bersifat tertutup dan terbuka. (2) Sidang dan Rapat terdiri dari : a. Rapat Pleno merupakan sidang tertinggi; b. Rapat Komisi; c. Rapat Pimpinan; d. Rapat Pimpinan yang diperluas; dan e. Rapat Panitia Ad hoc. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara sidang dan/atau rapat diatur oleh Ketua ORO.

10 BAB III MEKANISME PEI\lGELOLAAN Bagian Kesatu Keanggotaan Pasal20 (1) Anggota ORO diangkat dengan Keputusan Gubernur melalui proses seleksi. (2) Anggota ORO sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. memiliki intelektualitas, reputasi keilmuan dan integritas yang tinggi; b. memiliki dedikasi dan konsistensi dalam memajukan Iptek untuk pembangunan; c. memiliki komitmen terhadap visi (jan misi serta pemecahan permasalahan pembangunan di daerah; dan d. mewakili stakeholder dari unsur-unsur Pemerintah Oaerah dan kelembagaan Iptek daerah yaitu Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, Badan Usaha, Lembaga Penunjang dan Masyarakat. (3) Jumlah Anggota ORO ditetapkan oleh sidang pieno stakeholder sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah didasarkan pada keterwakilan dari unsur Pemerintah Provinsi, Kelembagaan Iptek Oaerah, Masyarakat. (4) Masa Bakti Anggota ORO adalah 5 (lima) tilhun dan dapat dipilih atau diangkat kembali sesuai kebutuhan. (5) Keanggotaan ORO dapat berakhir apabila Anggota ORO tersebut berakhir masa jabatan, meninggal dunia, mengundurkan diri, tidak melaksanakan tugasnya, dinyatakan bersalah telah melakukan tindak pidana berdasar putusanpengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. (6) Anggota ORO harus menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi Anggota ORO. (7) Kepala Bidang Penelitian dan Statistik (atau sebutan lainnya) Bappeda menjadi anggota ORO ex officio. (8) Secara ex officio Ketua DRO merupakan Anggota Oewan Risel Nasional. Bagian Kedua Pembiayaan Pasal21 Pembiayaan yang diperlukan untuk penyelenggaraan lugas dan fungsi ORO bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Oaerah dan sumber dana lain yang sah dan mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan..

11 Bagian Ketiga Mekanisme Kerja Pasal22 (1) Keputusan tertinggi ORO berada pada rapat pleno ORO. (2) Ketua ORO bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Kepala Bappeda. (3) Waki!. Ketua bertanggung jawab secara fungsional kepada Ketua ORO. (4) (5) Sekretarisbertanggu'ng jawab secara fungsional kepada Ketua ORO. Kepala Sekretariat bertanggung jawab secara fungsional kepada Ketua ORO dan secara administratif bertanggung jawab kepada Kepala Bappeda.. (6) Staf Senior bertanggung jawab secara fungsional kepada Ketua ORO. (7) Ketua Komisi Teknis bertanggung jawab secara fungsional kepada. Ketua DRO. (8) Ketua Badan Pekerja bertanggung jawab secara fungsional kepada Ketua DRO. (9) Ketua Panitia Ad hoc bertanggung jawab secara fungsional kepada Ketua Badan Pekerja. Pasal 23 (1) Oalam melaksanakan tugas dan fungsinya ORO dapat mengadakan hubungan kerja secara fungsional dengan instansi lain. (2) Untuk melaksanakan hubungan kerja ~ebagaimalla dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) ORO berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, laporan tahunan, serta laporan pertanggungjawaban akhir masa tugas kepada Gubernur paling iambat 1 (satu) bulan sebelum masa tugas berakhir. (4) ORO dapat pula menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan secara triwulanan dan dalam hal-hal tertentu dapat dimintakan hasi! riset, kegiatan, analisis serta kebutuhan pemecahan masalah mendesak dengan menggunakan justifikasi profesi (professional judgement). Bagian Keempat Pedoman Prosedur Pasal24 (1) Pedoman prosedur ORO merupakan dokumen yang dijadikan acuan untuk pembuatan Pedoman Kerja ORO yang berisi petunjuk teknis secara rinci mengenai tata cara pelaksanaan suatu pekerjaan. (2) J<etentuan lebih lanjut mengenai pedoman dcln prosedur akan diatur olen ORO.

12 BAB IV J KETENTUAN PEN'JTUP Pasal25 Pada saat Peraturan Gubernur ini rnulai berlaku, Peraturan Gubernur Nornor 101 Tahun 2005 tentang Pembentukan Dewan Riset Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 26 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangk;;m. Agar setiap orang rnengetahuinya, rnernerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 September 2014 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. SAEFULLAH Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 2014 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. JOKOWIDODO BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2014 NOMORs20S4

Lampiran : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibuketa Jakarta Nemer 131 TAHUN 2014 Tanggal 28 Agustus 2014 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DEWAN RISET DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KETUA WAKIL KETUA SEKRETARIS STAF SENIOR SEKRETARIAT I KOMISI KOMISI KOMISI I ANGGOTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. JOKOWIDODO