BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG FAKTOR RISIKO TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan II Bantul sekitar km 2, yang meliputi Desa Ngestiharjo

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. yaitu buang air besar yang tidak normal. berbentuk tinja encer dengan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

BAB I PENDAHULUAN. sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, ada juta

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih perhari) dan berlangsung kurang dari 14 hari yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina, Ashar, 2012). Diare merupakan keadaan dimana tinjanya encer, dan dapat bercampur darah dan lendir. Diare dapat menyebabkan cairan tubuh banyak keluar melalui tinja (Astuti, Herniyatun, Yudha, 2011). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2010) pada tahun 2010 kejadian luar biasa (KLB) diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR (case fatality rate) sebesar 1,74%. Penyakit diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak dibawah lima tahun, dan membunuh 1,5 juta anak setiap tahun (WHO,2009). Di negara berkembang, balita mengalami diare rata-rata 3-4 kali per tahun bahkan lebih, oleh sebab itu diare masih menjadi masalah yang utama penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak dan balita di negara berkembang. Di Indonesia diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama (Wulandari, 2009). Menurut Kementerian Kesehatan Republik 1

2 Indonesia (Kemenkes RI, 2013) di Indonesia insinden diare pada balita tahun 2010 sebesar 1310/1000 penduduk, sedangkan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilaporkan bahwa penderita diare selama tahun 2012 jumlah penderita diare mencapai 74.689 kasus. Menurut Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) di kecamatan kasihan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta dilaporkan bahwa angka kejadian diare sebanyak 653%. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan diare yaitu faktor pendorong, tingkat pendidikan dan pengetahuan, dan faktor infeksi. Faktor yang pertama yaitu faktor penjamu, faktor penjamu dapat menyebabkan kerentanan terhadap diare. Faktor pendorong yang menyebabkan kerentanan terhadap diare salah satunya adalah kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pencegahan terjadinya penyakit diare. Kurangnya kesadaran masyarakat salah satunya berasal dari pengetahuan tentang diare yang masih rendah (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2008). Faktor yang kedua adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah dalam perawatannya (Khalili, 2006). Menurut Warman (2008) mengemukakan bahwa pengetahuan ibu memberikan kontribusi paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi kejadian diare pada balita. Faktor yang ketiga adalah faktor infeksi. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2005) infeksi dari berbagai bakteri, infeksi berbagai macam virus, alergi makanan dan parasit yang

3 masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kotor dapat menyebabkan diare. Prescilla (2009) diare yang tidak ditangani dengan cepat dan kurang tepat dapat menyebabkan dehidrasi. Prescilla (2009) menyatakan diare yang tidak ditangani dengan cepat dan kurang tepat akan mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga dapat disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekurangan air atau kekurangan natrium atau kekurangan air dan natrium secara bersama-sama. Menurut Mentes dan Kang (2013) dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi karena diare menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak di dunia. Penyebab dari dehidrasi dengan diare itu sendiri adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebih sedangkan asupan air kedalam tubuh berkurang sehingga mengalami peningkatan insensible water loss (IWL) (Huang, dkk. 2014). Menurut Bachrach dan Gardner (2002) mengemukakan bahwa pengetahuan orang tua yang rendah tentang rehidrasi oral, merupakan faktor risiko yang meningkatkan risiko anak untuk mengalami dehidrasi.

4 Menurut Leksana (2015) ada 3 faktor risiko yang menyebabkan dehidrasi yaitu, penanganan diare di rumah yang tidak tepat, muntah yang berlebih saat diare, dan demam. Penanganan diare yang tidak tepat akan mengakibatkan dehidrasi sebab dehidrasi harus segera ditangani dengan kebutuhan cairan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh saat itu. Keberhasilan pemenuhan cairan dirumah menurunkan tingkat keparahan dehidrasi. Diare dengan muntah yang berlebih merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak. Menurut Muttaqin & Sari (2011) muntah merupakan bagian dari respon inflamasi khususnya dari neurotoksin yang diperoleh oleh agent infeksi, apabila mengalami muntah yang berlebih maka akan menyebabkan pengeluaran cairan dalam tubuh semakin banyak sehingga dapat menyebabkan dehidrasi apabila pemasukan cairan kedalam tubuh kurang. Menurut Adisasmito (2007) muntah merupakan salah satu gejala dari diare yang diakibatkan adanya peradangan dalam lambung atau gangguan keseimbangan asam basa atau elektrolit. Menurut Leksana (2015) demam dapat meningkatkan insensible water loss (IWL) dan dapat menurunkan nafsu makan pada anak, sehingga dapat meningkatkan tingkat keparahan dehidrasi. Menurut Muttaqin & Sari (2011) peningkatan suhu tubuh (demam) merupakan respon sistemik dari invasi agent infeksi penyebab diare, akibat demam mengakibatkan anak tidak nafsu makan dan minum sehingga mengakibatkan pemasukan nutrisi dan cairan kedalam tubuh kurang. Menurut Lubis & Lubis (2011)

5 demam merupakan salah satu bagian dari pertahanan fisiologi alamiah dalam melawan agen infeksi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2016 di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. Hasil wawancara kepada 5 ibu yang memiliki balita yang sedang berobat ke Puskesmas didapatkan bahwa sebanyak 4 ibu mengatakan anaknya pernah mengalami diare dan ibu mengatakan tidak tahu dan tidak mengerti bagaimana pemenuhan asupan cairan yang sesuai ketika anak mengalami diare dan tidak tahu demam dan muntah yang berlebih saat diare akan menyebabkan dehidrasi, sedangkan 1 ibu mengatakan anaknya pernah mengalami diare dan ibu mengatakan tahu tentang pemenuhan kebutuhan cairan saat anak mengalami diare namun ibu tidak tahu jika demam dan muntah yang berlebih saat diare merupakan faktor risiko dari dehidrasi. Berdasarkan latar belakang diatas dan data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan kepada 5 orang ibu yang memiliki balita dengan diare masih terdapat ibu yang tidak tahu dan tidak mengerti tentang faktor risiko dari dehidrasi pada balita dengan diare. Mengingat pentingnya pengetahuan ibu terhadap faktor risiko dehidrasi pada balita dengan diare maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang diwujudkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Fakto Risiko Terjadinya Dehidrasi pada Balita dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil perumusan masalahnya yaitu bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian dan faktor risiko penanganan diare di rumah yang tidak tepat sebagai faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian dan faktor risiko muntah sebagai faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian dan faktor risiko demam sebagai faktor risiko terjadinya

7 dehidrasi pada balita dengan diare di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Manfaat bagi ibu dengan balita Hasil penelitian ini diharapkan ibu dapat mengetahui dan mencegah terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare. 2. Manfaat bagi institusi pendidikan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi ilmu keperawatan dalam pengetahuan faktor risiko dehidrasi untuk mengurangi kejadian dehidrasi pada balita dengan diare dengan cara mencegah faktor risiko. 3. Manfaat bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang faktor risiko dehidrasi sehingga kejadian dehidrasi pada balita dengan diare dapat dicegah. 4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan dan penanggulangan dehidrasi pada balita dengan diare guna menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita akibat dari dehidrasi dengan diare.

8 E. Keaslian Penelitian 1. Suwatianingsih (2014) dengan judul Pengaruh Paket Edukasi tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare terhadap Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Ibu tentang Perawatan Balita Diare di Sentolo Yogyakarta penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimen dengan pendekatan pre-test post-test control group design. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling. Penentuan sampel menggunakan rumus effect size dari penelitian sebelumnya diperoleh sebanyak 48 responden untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Peneliti menentukan 24 ibu ibu yang tinggal di Dusun Siwalan sebagai kelompok eksperimen dan 24 ibu ibu yang tinggal di Dusun Malangan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan Suwatiningsih pada tahun 2012 terletak pada metode, waktu, tempat, jumlah populasi dan tujuan. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah observasional deskriptif. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari-Maret di wilayah kerja puskesmas kasihan II bantul yogyakarta. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 163 balita. Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita degan diare. 2. Astuti, Herniyatun, dan Yudha pada tahun (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Lingkup Kerja Puskesmas Klirong I dengan

9 menggunakan case control, Pada penelitian ini peneliti mengambil 30% dari jumlah populasi yang ada di Puskesmas Ambal I Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen pada bulan Februari-April Tahun 2009 sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 kasus. Teknik pengambilan sampling dilakukan dengan purposive sampling. Perbedaan penelitian dengan Astuti, Herniyatun, dan Yudha pada tahun 2011 terletak pada metode, tempat, waktu, jumlah populasi dan tujuan. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah observasional deskriptif. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari-Maret di wilayah kerja puskesmas kasihan II bantul yogyakarta. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 163 balita. Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor risiko terjadinya dehidrasi pada balita dengan diare.