BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKPERIMENTAL PERBANDINGAN KEBISINGAN KNALPOT KOMPOSIT POLYPROPHYLENE (PP) DAN PALM OIL FLY ASH DENGAN KNALPOT STANDAR SKRIPSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

BAB I PENDAHULUAN. sedemikian rupa agar suara yang keluar tidak begitu keras dalam artian mampu

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,

METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU

Kata kunci: Transmission Loss

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KEBISINGAN (NOISE) PADA KNALPOT KOMPOSIT YANG DILENGKAPI SALURAN DALAM GANDA PADA MOBIL BENSIN KIJANG 7K TESIS

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut :

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK

I. PENDAHULUAN. bunyi dengan melakukan perhitungan koefisien penyerapan bunyi. Doelle pada

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II LANDASAN TEORI... 5

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan permintaan akan kebutuhan transportasi. Hal tersebut

PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

BAB 1 PENDAHULUAN. motor, dan lain sebagainya. Untuk tujuan tersebut maka knalpot dirancang sedemikian

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI

KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi secara fisis adalah penyimpangan tekanan akibat pergeseran partikel benda

Analisis Variasi Intake Manifold Standard dan Porting Pada Piston Standard dan Racing Terhadap Kinerja Sepeda Motor Honda GL100

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK Oleh: Aji Pranoto 1. Yogyakarta

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

Gambar 2.1 Knalpot Absortif [10]

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

Transkripsi:

24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah knalpot standart satriafu dan juga knalpot komposit polymer poliproplena dan Palm oil fly ash 3.2 Parameter Penelitian Parameter Penelitian ini adalah karakteristik kebisisngan yang akan dihasilkan oleh knalpot komposit poliproplena dan POFA dan juga kebisingan dari knalpot standart 3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian di lakukan di laboratorium Noise and vibration research center Departemen Teknik mesin Universitas Sumatera utara dan waktu penelitian akan di lakukan adalah pada bulan maret hingga bulan agustus 2017 3.4 Bahan & Alat 3.4.1 Bahan 1. Knalpot standart Knalpot stadart yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah knalpot standart sepeda motor satria fu dengan kapasitas mesin sebesar 10 cc Gambar 3.1 Knalpot standart Satria fu

2 2. Knalpot komposit knalpot komposit yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit berbahan POFA (palm oil fly ash) atau abu cangkang kelapa sawit untuk untuk di ketahui tingkat kebisingannya. Knalpot komposit yang digunakan memiliki uuran sebagai berikut : Panjang (l) : 39 mm Diameter luar (d1) : 100 mm Diameter dalam (d2) : 80 mm Gambar 3.2 Desain knalpot Knalpot yang digunakan mempunyai 3 bahan campuran yaitu sebagai berikut: 1.knalpot dengan campuran 90% PP dan 10% POFA 2. knalpot dengan campuran 8% PP dan1% POFA 3. knalpot dengan campuran 80% PP dan 20% POFA Gambar 3.3 knalpot komposit POFA

26 3.4.2 Alat 1. Sound level meter Digunakan untuk mengukur kebisisngan yang dihasil kan oleh knalpot komposit maupun knalpot standart yang akan di uji. Sound level meter yang digunakan adalah Sound level meter Bruel & Kjaer type 2238 fulfils yang dapat mengukur kebisingan antara 30 130dB Gambar 3.4 Sound level meter 2. Tripot Digunakan sebagai tempat kedudukan sound level meter pada saat melakukan pengujian kebisingan agar jarak pengukuran lebih tepat Gambar 3. Tripot

27 3. Meteran Digunakan untuk mengukur jarak pengukuran antara sumber bising yaitu knalpot dengan alat ukur yaitu sound level meter Gambar 3.6 Meteran 4. Tepung Digunakan untuk menandai jarak pengukuran kebisingan, jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejauh 1 m pada arah pengukuran X+,X-,Z+,Z-, dan Y+ Gambar 3.7 Tepung

28. Kunci pas Digunakan untuk melepas dan memasang kembali knalpot standart ataupun knalpot komposit pada saat pengujian berlangsung Gambar 3.8 Kunci pas 6. Kabel tembaga Digunakan untuk mengikat knalpot agar lebih kokoh dan tidak terlalu bergoyang saat dilakukan pengujian, karena sedikit maka tidak terlalu berpengaruh terhadap kebisingan yang terjadi sehingga dapat diabaikan. Gamabar 3.9 Kabel tembaga 3. Metode Pengumpulan data Pengumpulan data di mulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang di perlukan dalam pembuatan knalpot komposit yaitu berupa polypropylene dan POFA dengan mengunjungi pabrik pengolahan kelapa sawit Pembuatan knalpot komposit dengan metode casting

29 Pengumpulan data kebisingan knalpot komposit dengan alat sound power level Pengumpulan data kebisingan knalpot standart dengan alat sound power level Membanding kan data kebisingan knalpot standart dan knalpot komposit yang telah didapatkan 3.6 Metode Pengujian Metode pengujian kebisingan knalpot yang digunakan dengan cara mengukur secara langsung kebisingan yang dihasilkan knalpot komersil dan komposit polypropylene dan POFA dengan menggunakan alat sound level meter pada saat knalpot sedang digunakan. Putaran mesin sepeda motor yang dihidupkan pada saat pengambilan data kebisingan knalpot yang dihitung dimulai dari 1000 rpm, 2000 rpm, 200 rpm, 3000 rpm sampai dengan 4000 rpm. Jarak yang diuji kebisingan adalah 1 meter yang merupakan standar pengukuran ISO 130 dengan sumbu X+, X-, Z+, Z- dan Y+. Arah pengukuran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 3.10 Arah pengukuran kebisingan

30 Gambar 3.11 Set up pengukuran Dapat kita lihat dari gambar set up pengukuran dimana pengambilan data kebisingan dari penelitian ini adalah memakai pengukuran setengah bola dimana knalpot sepeda motor sebagai sumber kebisingan harus ditempatkan di tengah tengah atau pusat daripada ruang setengah bola tersebut. Titik dari alat ukur kebisingan sound level meter tersebut adalah 1 meter mengelilingi sumber kebisingan mengikuti arah ukur. 3.7 Prosedur Pengukuran Kebisingan Pada Knalpot Langkah-langkah dalam pengukuran kebisingan pada knalpot standar maupun knalpot komposit sebagai berikut. 1. Siapkan knalpot yang akan dilakukan pengujian kebisingan. 2. Pasang alat ukur kebisingan sound level meter ke tripod dan oprasikan sound level meter. 3. Ukur jarak antara sound level meter ke ujung silencer menggunakan meteran dengan jarak 1 meter. 4. Arahkan microphone yang ada pada sound level meter ke arah ujung silencer.

31. Hidupkan sepeda motor. 6. Pada sumbu X lakukan pengambilan data dengan kecepatan putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 200 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm. Lakukan hal yang sama pada sumbu-x, Z,-Z dan Y. 7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 7 untuk pengambilan data dengam menggunakan knalpot komposit 10%,1% dan 20%.

32 3.8 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literartur Pembuatan Knalpot Tidak Pembuatan Berhasil Pengujian Kebisingan Tidak Proses Berhasil Analisa Data Kesimpulan Selesai Gambar 3.12 Diagram alir Penelitian

33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian kebisingan pada knalpot sandart dan knalpot komposit Metode pengujian kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan knalpot komposit adalah dengan mengukur kebisingan knalpot secara langsung pada arah ukur X+,X-,Z+,Z-, dan Y+. Jarak yang yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian adalah 1 meter dari arah knalpot sesuai dengan standar iso menggunakan alat pengukur kebisingan yaitu sound level meter dengan putaran mesin 1000, 2000, 200, 3000, dan 4000. Berikut adalah hasil data pengukuran kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan juga knalpot komposit dengan variasi campuran POFA 10%, 1%, 20% yang di tampilkan pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.4 Tabel 4.1 Kebisingan pada knalpot standart Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 73 76,6 7,6 7, 7,4 2000 77,1 78,4 78,1 78,4 76, 200 79,1 79,3 79,3 79,8 77,1 3000 81,2 80,3 80, 81,3 77,6 4000 81, 82,8 81, 81,9 78,9 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.1 kebisingan vs putaran pada knalpot standart bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 82,8 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X+ dan berada

34 pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 73 db. Tabel 4.2 Kebisingan knalpot komposit POFA 10 % Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 76,2 7,1 78,7 74,1 74,6 2000 80,1 79,7 79,4 79 81, 200 82 82 81,8 81,4 83,2 3000 83,9 84,3 8 83,9 84,3 4000 84,1 8,1 8, 84,2 86,6 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.2 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 10% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10% adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 86,6 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada komposit 10% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 74,1 db Tabel 4.3 Kebisingan knalpot komposit POFA 1 % Putaran/ X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur 1000 70,4 71,2 72,4 69,3 72,6 2000 77,7 78,4 77,3 76,3 77,6 200 78,8 82,2 79,4 78,2 79,4 3000 81,2 81,3 78,2 80,6 83,7 4000 82 84, 83, 81,1 82, Keterangan: noise terendah noise tertinggi

3 Dapat kita lihat pada tabel 4.3 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 1% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 1 % adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 84, db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 1% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 69,3 db Tabel 4.4 Kebisingan knalpot komposit POFA 20 % Putaran/ X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur 1000 69,2 70,8 68,8 68,3 69, 2000 77,8 78,3 77,8 77,2 81,4 20 79, 80,2 78,4 78,8 82,6 3000 81,1 81, 80,7 79,2 83,6 4000 8,1 8,4 8,3 81,1 84,1 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.4 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 20% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 8,4 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 68,3dB

36 Arah ukur X+ kebisingan (db) 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 76,2 73 70,4 69,2 80,1 77,7 77,8 77,1 82 78,8 79, 79,1 83,9 8,1 84,1 81,1 81,2 81, 82 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart 1000 2000 200 3000 4000 rpm Gambar 4.1 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x+ Dapat kita lihat pada Gambar 4.1 kebisingan knalpot arah ukur X+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69,2 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 8,1 db. arah ukur x- kebisingan (db) 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 76,6 7,1 71,2 70,8 79,7 78,3 78,4 82,2 80,2 79,3 84,3 81,3 81, 80,3 8,1 84, 8,4 82,8 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart 1000 2000 200 3000 4000 RPM Gambar 4.2 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x-

37 Dapat kita lihat pada Gambar 4.2 kebisingan knalpot arah ukur X- bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 70,8 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 8,3 db. Arah ukur Z+ kebisingan (db) 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 81,8 78,7 79,4 79,4 77,3 77,8 78,4 79,3 78,1 7,6 72,4 68,8 8 8, 8,3 83, 80,7 81, 80, 78,2 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart 1000 2000 200 3000 4000 RPM Gambar 4.3 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z+ Dapat kita lihat pada Gambar 4.3 kebisingan knalpot arah ukur Z+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,8 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 8, db.

38 Arah ukur Z- kebisingan (db) 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 7, 74,1 69,3 68,3 78,4 79 76,3 77,2 83,9 84,2 81,4 80,6 81,3 81,1 81,9 79,8 78,2 78,8 79,2 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart 1000 2000 200 3000 4000 rpm Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z- Dapat kita lihat pada Gambar 4.4 kebisingan knalpot arah ukur Z- bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,3 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 84,2 db. Arah ukur Y+ kebisingan (db) 90 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 74,6 7,4 72,6 69, 86,6 84,3 83,2 83,7 83,6 84,1 82,6 82, 81, 81,4 79,4 78,9 77,6 76, 77,1 77,6 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart 1000 2000 200 3000 4000 RPM Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur Y+

39 Dapat kita lihat pada Gambar 4. kebisingan knalpot arah ukur Y+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69, db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 86,6 db. 4.2 Kebisingan vs Frekuensi Berdasarkan data yang di dapat dari hasil pengujian yang di lakukan pada knalpot standart dan knalpot komposit dengan menggunakan alat ukur sound level meter adalah berupa data kebisingan (db) vs putaran mesin (rpm) sedangkan data yang dibutuh kan adalah berbentuk frekuensi (Hz) maka dari itu data putaran mesin berupa rpm akan diubah menjadi data frekuensi, Berikut adalah rumus dan perhitungan yang akan dilakukan untuk mengubah data rpm berubah menjadi frekuensi (Hz) dengan putran mesin (n)1000 rpm sebagai contoh : ωω = 2ππ 60 nn = 2(3,14) 1000 60 = 104,66 rrrrrr ωω = 2ππππ ff = ωω 2ππ = 104,66 6,28 = 16,67 Hz

40 Dengan menggunakan perhitungan yang sama seperti diatas berikut ditampilakan tabel untuk hasil kebisingan vs frekuensi dari knalpot standart dan juga knalpot komposit : Tabel 4. Frekuensi vs kebisingan knalpot standart Rpm Frekuensi / arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 16,64 73 76,6 7,6 7, 7,4 2000 33,33 77,1 78,4 78,1 78,4 76, 200 41,67 79,1 79,3 79,3 79,8 77,1 3000 0 81,2 80,3 80, 81,3 77,6 4000 66,67 81, 82,8 81, 81,9 78,9 90 88 86 kebisingan (db) 84 82 80 78 76 74 72 76,6 7,4 7, 73 78,4 77,1 76, 79,8 79,3 79,1 77,1 82,8 81,9 81,3 81,2 81, 80,3 78,9 77,6 x -x z -z y 70 16,64 33,33 41,67 0 66,67 frekuensi (Hz) Gambar 4.6 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot standart Dapat kita lihat pada Gambar 4.6 frekuensi vs kebisingan pada knalpot standart bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 73 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart

41 adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 82,8 db Tabel 4.6 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 10% Frekuensi / Rpm X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur 1000 16,64 76,2 7,1 78,7 74,1 74,6 2000 33,33 80,1 79,7 79,4 79 81, 200 41,67 82 82 81,8 81,4 83,2 3000 0 83,9 84,3 8 83,9 84,3 4000 66,67 84,1 8,1 8, 84,2 86,6 90 kebisingan (db) 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 86,6 8 8,1 8, 84,3 83,9 84,1 84,2 83,2 81, 81,8 81,4 82 78,7 80,1 79,7 79,4 76,2 7,1 74,1 74,6 16,64 33,33 41,67 0 66,67 x -x z -z y frekuensi (Hz) Gambar 4.7 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 10% Dapat kita lihat pada Gambar 4.7 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 10 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 10% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 74,1 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur Y+ dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 86,6 db

42 Tabel 4.7 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 1% Frekuensi / Rpm X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur 1000 16,64 70,4 71,2 72,4 69,3 72,6 2000 33,33 77,7 78,4 77,3 76,3 77,6 200 41,67 78,8 82,2 79,4 78,2 79,4 3000 0 81,2 81,3 78,2 80,6 83,7 4000 66,67 82 84, 83, 81,1 82, 90 88 kebisingan (db) 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 72,6 72,4 71,2 70,4 69,3 78,4 77,6 77,3 77,7 76,3 82,2 79,4 78,8 78,2 83,7 81,3 81,2 80,6 78,2 84, 83, 82 82, 81,1 x -x z -z y 16,64 33,33 41,67 0 66,67 frekuensi (hz) Gambar 4.8 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 1% Dapat kita lihat pada Gambar 4.8 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 1 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 1% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 69,3 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 84, db

43 Tabel 4.8 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20% Rpm frekuensi / arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 16,64 69,2 70,8 68,8 68,3 69, 2000 33,33 77,8 78,3 77,8 77,2 81,4 200 41,67 79, 80,2 78,4 78,8 82,6 3000 0 81,1 81, 80,7 79,2 83,6 4000 66,67 8,1 8,4 8,3 81,1 84,1 90 88 kebisingan (db) 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 8,1 8,4 8,3 83,6 84,1 82,6 81,4 81,1 81, 80,2 80,7 81,1 79, 78,3 78,4 78,8 79,2 77,8 77,2 70,8 69,2 69, 68,8 68,3 16,64 33,33 41,67 0 66,67 x -x z -z y frekuensi (hz) Gambar 4.9 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20% Dapat kita lihat pada Gambar 4.9 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 20% bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 20% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 68, db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit POFA 20% adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 8,4 db

44 4.3 Koefisien Absorbsi (α) Berdasarkan data hasil kebisingan dari knlapot komposit maka akan di cari nilai koefisien absorsi dari knalpot komposit komposisi 10%,1%, dan 20 % POFA tersebut, berikut adalah perhitungan nilai koefisien absorsi dari knalpot komposit. α= rrrrrrrrrrrrrr kkkkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yyyyyyyy tttttttttttttt kkkkkkkkkkkkkk ssssssssssssssss kkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkk α= kkkkkkkkkkkkkk ssssssssssssssss α= 76,6 7.1 76.6 α= 0,01982 Dengan perhitungan yang sama berikut di tampilkan hasil dari perhitungan nilai koefisien absorsi dari knalpot masing-masing komposit pada tabel: Tabel 4.9 Koefisien absorsi knalpot komposit 10% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 0,04384 0,01982 0,04101 0,01843 0,01061 2000 0,03891 0,0168 0,0166 0,0076 0,0636 200 0,03666 0,0340 0,0313 0,0200 0,07912 3000 0,0332 0,04981 0,09 0,03198 0,08634 4000 0,0319 0,02778 0,04908 0,02808 0,0979 Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.9 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 10 % POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10% POFA adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,0979 dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 10% POFA

4 adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,0076 Tabel 4.10 Koefisien absorsi knalpot komposit 1% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 0,03616 0,070496 0,042328 0,082119 0,03713 2000 0,00778 0 0,010243 0,026786 0,01438 200 0,003793 0,0367 0,00126 0,0200 0,02983 3000 0 0,0124 0,02871 0,00861 0,07861 4000 0,00613 0,003623 0,0244 0,009768 0,06971 Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.10 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 1% POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 1% POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,082119 dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 1% POFA adalah pada arah ukur X+ dan X- berada pada putaran 2000,3000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0 Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+ 1000 0,020 0,07718 0,089947 0,09364 0,078249 2000 0,00908 0,001276 0,003841 0,01306 0,0640 200 0,0006 0,0113 0,011349 0,01231 0,07134 3000 0,001232 0,01494 0,00248 0,0283 0,07732 4000 0,04417 0,03019 0,0478 0,009768 0,0691 Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20% Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi

46 Dapat kita lihat pada tabel 4.3 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 20% POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 20% POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,09364 dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% POFA adalah pada arah ukur X+ berada pada putaran 3000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,001232 4.4 Transmission loss (TL) Berdasarkan data yang diproleh maka akan dihitung transmision loss atau kehilangan daya bunyi yang terjadi di alam knalpot komposit atau pun knalpot standart berikut adalah perhitungan nya: TL=10 llllll 10 [1+0.2( SSSS SSSS SSSS SSSS )2 ssssss 2 2ππππππ ] λ TL= Transmision Loss Se= Luas daerah masuk atau keluar =( ¼ ) (3.14) (0.04) 2 = 0,0019 mm 2 Sc= Luas Daerah Knalpot =3.14 ab = 3.14 (0.080)(0.080) = 0,020096 mm 2 Lc=panjang knalpot = 0,39 mm a = d knalpot terpanjang 0.080 m b = d knalpot terpanjang 0.080 m λ = panjang gelombang panjang gelombang dapat dihitung dengan: λ = cbdt/f = 20,04 307/16,64 = 21,10 m maka : TL=10 llllll 10 [1+0.2( 0,20096 0,0019 0,0019 = 7,48866 db 0,020096 )2 ssssss 2 2(180)(0,39) ] 21,10

47 Berikut ditampilkan data nlai dari transmisinon loss knalpot standart maupun knalpot komposit: Tabel 4.12 Transmision loss rpm knalpot komposit 10% 1% 20% 1000 7,48866 7,69738 7,90238 2000 12,14783 12,3610 12,7631 200 13,44133 13,44133 13,64166 3000 14,33389 14,13912 14,1724 4000 14,9188 14,9188 1,2721 Dapat kita lihat dari tabel bahwa semakin tinggi rpm maka semakin tinggi pula transmission loss yang terjadi, dimana transmission loss terendah terjadi pada knalpot komposit 10% dan transmission loss tertinggi terjadi pada knalpot kompoisit 20 % 4. Noise Reduction Rate(NRR) Setelah transmision loss kita hitung maka selanjutnya adalah menghitung noise reduction. Noise reduction atau penurunan tingkat daya bunyi akibat penyerapan daya bunyi oleh dinding material, dapat dihitung dengan persamaan berikut: NNNNNN = a. Knalpot komposit 10 % llll(xx) + llll( xx) + llll(zz) + llll( zz) + llll(yy) NNNNNN(1000 rrrrrr) = 73 76,2 + 76,6 7,1 + 7,6 78,7 + 7, 74,1 +(7,4 74,6) = 0,2 db (77,1 80,1) + (78,4 79,7) + (78,1 79,4) + (78,4 79) + (76, 81,) NNNNNN(2000 rrrrrr) =

48 = 2,24 db NNNNNN(200 rrrrrr) = (79,1 82) + (79,3 82) + (79,3 81,8) + (79,8 81,4) + (77,1 83,2) = 3,16 db NNNNNN(3000 rrrrrr) = (81,2 83,9) + (80,3 84,3) + (80, 8) + (81,3 83,9) + (77,6 84,3) = 4,1dB NNNNNN(4000 rrrrrr) = (81, 84,1) + (82,8 8,1) + (81, 8,) + (81,9 84,2) + (78,9 86,6) = 3,78 db NNNNNN = 0,2 + 2,24 + 4,1 + 3,78 = 2,76 db b. Knalpot Komposit 1 % NNNNNN(1000 rrrrrr) = (73 70,4) + (76,6 71,2) + (7,6 72,4) + (7, 69,3) + (7,4 72,6) = 4,04 db NNNNNN(2000 rrrrrr) = (77,1 77,7) + (78,4 78,4) + (78,1 77,3) + (78,4 76,3) + (76, 77,6) = 0,24 db NNNNNN(200 rrrrrr) = (79,1 78,8) + (79,3 82,2) + (79,3 79,4) + (79,8 78,2) + (77,1 79,4) = 0,68 db

49 NNNNNN(3000 rrrrrr) = (81,2 81,2) + (80,3 81,3) + (80, 78,2) + (81,3 80,6) + (77,6 83,7) = 0,82 db NNNNNN(4000 rrrrrr) = (81, 82) + (84, 82,) + (81, 83,) + (81,9 81,1) + (78,9 82,) = -1,38 db NNNNNN = 4,04 + 0,24 + 0,68 + 0,82 + 1,38 = 1,432 db c. Knalpot komposit 20% NNNNNN(1000 rrrrrr) = (73 69,2) + (76,6 70,8) + (7,6 68,8) + (7, 68,3) + (7,4 69,) =,9 db NNNNNN(2000 rrrrrr) = (79,1 77,8) + (79,3 78,3) + (79,3 77,8) + (79,8 77,2) + (77,1 81,4) = 0,8 db (81,2 79,) + (80,3 80,2) + (80, 78,4) + (81,3 78,8) + (77,6 83,782,6) NNNNNN(200 rrrrrr) = = 0,98 db (81,2 81,1) + (80,3 81,) + (80, 80,7) + (81,3 79,2) + (77,6 83,6) NNNNNN(3000 rrrrrr) = = 1,04 db

0 (81, 8,1) + (82,8 8,4) + (81, 8,3) + (81,9 81,1) + (78,9 84,1) NNNNNN(4000 rrrrrr) = = 2,88 db NNNNNN =,9 + 0,8 + 0,98 + 1,04 + 2,88 = 2,32 db Dapat kita lihat dari perhitungan NRR Bahwa nilai NRR rata-rata dari knalpot komposit 10% adalah sebesar 2,76 db, knalpot komposit 1%adalah 1,43 db dan knalpot komposit 20% adalah sebesar 2,32 db

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat di ambil beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Semakin tinggi putaran mesin yang terjadi maka semakin tinggi pula kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit, begitu pula dengan pengaruh frekuensi semakin tinggi frekuensi yang terjadi maka semakin tinggi juga kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit Polipropylen dan POFA. Ini terjadi terjadi akibat proses pembakaran dalam silinder piston, maupun getaran pada sepeda motor. Oleh sebab itu, apabila variasi putaran pada mesin ditambah, maka kebisingan akan bertambah juga 2. Knalpot komposit yang terbaik adalah knalpot komposit dengan komposisi 80% PP dan 20% POFA karena memiliki nilai kebisingan terendah dibandingkan knalpot komposit 90:10, 8:11, maupun knalpot standart 3. Nilai NRR terendah dari knalpot komposit adalah pada komposisi 8: 1 yaitu 1,43 db dan tertinggi adalah komposit 80:10 yaitu 2,76 db.2 Saran 1. Dalam melakukan penelitian terhadap kebisingan hendak nya dilakukan pada tempat dan waktu yang benar-benar sunyi agar mendapatkan data yang lebih akura 2. Perbandingan dengan beberapa komposisi diharapkan dapat dilakukan untuk mendapat kan komposisi terbaik dalam mengurangi kebisingan yang terjadi pada knalpot