I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUALITAS BISKUIT KERAS DENGAN KOMBINASI TEPUNG AMPAS TAHU DAN BEKATUL BERAS MERAH

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu produk pangan kesehatan yang muncul di pasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Ampas Tahu, Kandungan Gizi Ampas Tahu Dan Kelemahan Bahan Dari Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I PENDAHULUAN. menonjol adalah sektor pertanian. Produksi padi tahun 2015 sebanyak 75,37 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

ANALISIS KADAR ZAT GIZI, UJI CEMARAN LOGAM DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DENGAN SUBSTITUEN AMPAS TAHU

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa

SKRIPSI KUALITAS BISKUIT KERAS DENGAN KOMBINASI TEPUNG AMPAS TAHU DAN BEKATUL BERAS MERAH. Disusun Oleh : Ivan Gaviota Fridata NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

I. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. pembuatan makanan dapat menghemat devisa negara (Herlina, 2002).

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

I. PENDAHULUAN. kenyataan menunjukkan bahwa terigu lebih bersifat adaptif dibandingkan pangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN SUBSITUSI TEPUNG BEKATUL

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

SKRIPSI. KUALITAS MI BASAH DENGAN KOMBINASI EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) DAN BEKATUL BERAS MERAH. Disusun oleh: Cellica Riyanto NPM:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

YUWIDA KUSUMAWATI A

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survey yang dilakukan Kementerian PPN pada pertengahan tahun 2013, masih ditemukan lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan yang pendek dan berat badan yang rendah. Kurangnya gizi pada anak menyebabkan anak mudah sakit, kemampuan motorik rendah, produktivitas rendah dan kemampuan daya saing juga rendah. Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan suatu bahan pangan yang murah atau telah menjadi limbah namun masih memiliki gizi yang tinggi supaya dapat diolah menjadi pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013). Ampas tahu merupakan limbah dari industri pengolahan tahu yang selama ini nyaris tidak termanfaatkan kecuali sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja (Anonim, 2005). Menurut Permana (1989), ampas tahu dapat dikonsumsi manusia dalam bentuk tempe gembus dengan harga yang relatif murah. Kekurangtahuan masyarakat akan manfaat ampas tahu ini menjadikan ampas tahu sebagai limbah yang tidak terpakai. Protein yang terdapat tiap 100 gram ampas tahu sebesar 26,6%, lemak 18,3% dan karbohidrat 41,3% (Anonim, 1999). Ampas tahu mengandung serat kasar kurang lebih 16,8% (Lubis, 1964). Bekatul merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan atau penumbukan gabah menjadi beras. Beras pecah kulit terdiri dari bran (bekatul), endosperma, dan embrio (lembaga). Endosperma terdiri dari kulit ari (lapisan aleuron) dan bagian berpati. Bagian endosperma itu yang kemudian mengalami 1

2 proses penyosohan menghasikan beras sosoh, dedak dan bekatul (Astawan dan Febrinda, 2010). Menurut Auliana (2011), kandungan gizi bekatul terdiri dari serat, vitamin B kompleks, protein, tiamin dan niasin. Bekatul juga mengandung lemak tidak jenuh tinggi yang baik untuk jantung, tokoferol dan tokotrienol yang berfungsi sebagai antioksidan. Bekatul sebanyak 50 gram mengandung serat sebesar 44% dan air 8% jika disetarakan dengan 1500 gram apel segar yang hanya mengandung serat 2% dan air 84%. Biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan yang berasal dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau penambahan bahan tambahan pangan yang diijinkan. Biskuit diklasifikasikan dalam empat jenis: biskuit keras, crackers, cookies dan wafer. Kadar air yang rendah dihasilkan dari proses pemanggangan adonan biskuit yang sempurna (Aprianita dan Wijaya,2010). Produk biskuit yang dipilih sebagai produk olahan pada penelitian ini adalah biskuit keras dengan alasan produk biskuit dapat disimpan dalam waktu lama, kurang lebih 6 bulan sampai 1 tahun (Kramer dan Twigg, 1973). Aktivitas air mempunyai pengaruh utama terhadap tekstur beberapa pangan. Kandungan air dan aktivitas air (a w ) mempengaruhi perkembangan reaksi pembusukkan secara kimia dan mikrobiologi dalam makanan. Makanan yang dikeringbekukan, yang mempunyai kestabilan tinggi pada penyimpanan biasanya rentang kandungan airnya sekitar 5 sampai 15% (deman, 1997).

3 Oleh karena komposisi bahan yang dipergunakan memiliki nilai gizi yang tinggi, berharga murah dan menjadi pakan ternak ataupun limbah maka diperlukan suatu pengolahan agar bahan-bahan tersebut memiliki nilai jual yang tinggi serta memenuhi standart gizi yang ada. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi yang tepat dari substitusi ampas tahu dan penambahan bekatul terhadap kualitas biskuit. Biskuit yang terbentuk diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia. B. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh Pango (2008) yaitu pembuatan biskuit menggunakan kombinasi tepung beras dengan tepung ampas tahu. Dari hasil penelitiannya, biskuit yang dibuat memiliki kandungan protein (7,52 12,54%) dan lemak (18,95 24,25%). Kombinasi tepung beras dengan tepung ampas tahu yang optimal untuk pembuatan biskuit adalah 60 :40 (tepung beras : tepung ampas tahu) dilihat dari uji kimia dan mikrobiologi. Umur simpan biskuit ini yaitu 40 hari dan saran yang diberikan yaitu penambahan vanili untuk mengurangi bau langu. Handarsari dan Syamsianah (2010), yang menganalisis kadar zat gizi, uji cemaran logam dan organoleptik pada bakso dengan substituen ampas tahu menyimpulkan semakin banyak substitusi ampas tahu semakin tinggi kadar proteinnya dan semakin rendah kadar lemaknya. Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan, kualitas bakso yang paling disukai panelis adalah bakso dengan substitusi ampas tahu 30%.Kadar timbal (Pb) dan tembaga (Cu) yang diuji pada hasil bakso lebih rendah dari batas aman menurut SNI No 01-3818-1995.

4 Menurut penelitian Setiawan (2011), mengenai pengaruh tingkat pencampuran tepung ubi jalar merah dengan bekatul padi terhadap karakteristik biskuit yang dihasilkan didapatkan kesimpulan bahwa produk yang disukai memiliki formulasi 60% tepung ubi jalar :40% bekatul padi. Melalui analisis kimia, produk yang dihasilkan memiliki kadar air 8,16%, kadar abu 5,76%, kadar protein 6,65%, kadar lemak 19,24%, kadar karbohidrat by difference 60,19%, kadar pati 13,19% dan kadar serat kasar 4,95%. Analisis fisik pada biskuit didapatkan nilai kekerasan 22 N/m 2. Batas maksimal dalam pembuatan biskuit menggunakan bahan dasar tepung ubi jalar merah dan bekatul padi adalah 90% untuk tepung ubi jalar merah dan 40% bekatul padi. Menurut Susanto (2011), yang meneliti mengenai potensi bekatul sebagai sumber antioksidan dalam produk selai kacang didapatkan kesimpulan bahwa substitiusi bekatul baik bekatul merah maupun putih sebanyak 10%, 20% dan 30% meningkatkan aktivitas antioksidan selai kacang. Kadar lemak pada selai kacang dengan substitusi bekatul akan semakin rendah dengan semakin meningkatnya penambahan bekatul. Menurut penelitian Badilangoe (2012), pembuatan mie basah dengan substitusi tepung bekatul dengan penambahan ekstrak wortel didapatkan kesimpulan bahwa substitusi tepung bekatul 5% menghasilkan mie dengan kualitas baik dan paling disukai panelis. Terdapat perbedaan pengaruh substitusi bekatul pada tepung terigu terhadap kualitas mie basah yang ditambahkan ekstrak wortel berdasarkan parameter kadar protein, β-karoten, kadar serat, elastisitas, rasa, warna dan angka kapang khamir.

5 Menurut Sukamdani (2012), tentang peningkatan kualitas flakes ganyong (Canna edulis Ker.) dan bekatul menggunakan variasi sayuran didapatkan kesimpulan flakes yang dibuat dengan variasi sayuran dapat meningkatkan kadar serat flakes dan penambahan bekatul yang digunakan dalam pembuatan flakes sebesar 15 % dari berat total adonan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah kombinasi tepung ampas tahu dan bekatul beras merah berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis dan organoleptik biskuit yang baik? 2. Berapakah kombinasi tepung ampas tahu dan bekatul beras merah yang tepat ditambahkan untuk mendapatkan kualitas biskuit yang baik? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kombinasi tepung ampas tahu dan bekatul beras merah terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis dan organoleptik biskuit yang baik. 2. Mengetahui kombinasi tepung ampas tahu dan bekatul beras merah yang tepat untuk mendapatkan kualitas biskuit yang baik.

6 E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengurangi limbah tahu dan limbah gilingan padi yang tidak termanfaatkan serta dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menciptakan cemilan bernilai gizi yang baik bagi tubuh yaitu berprotein dan berserat dengan bersumber dari ampas tahu dan bekatul padi.