BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta penurunan volume aliran darah ke jantung. Proses aterosklerosis merupakan penyebab tersering Penyakit Jantung Koroner. 1 Aterosklerosis diketahui dengan melakukan pemeriksaan invasif yang dikenal dengan angiografi koroner atau kateterisasi jantung. 2 Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan penunjang dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadan anatomi dan fungsi jantung. 3 Prosedur kateterisasi jantung yang bertujuan untuk mengevaluasi anatomi pembuluh darah koroner disebut tindakan angiografi koroner. Kateterisasi jantung merupakan teknik yang diakui dunia internasional sebagai teknik terbaik dan terakurat untuk mendeteksi adanya sumbatan di pembuluh darah koroner. Pada tahun 1998, diperkirakan 1429 prosedur kateterisasi jantung dilakukan per sejuta populasi di Inggris. Pada tahun 1995 lebih dari 1,6 juta prosedur kateterisasi dilakukan di Amerika. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlahnya akan meningkat hingga 3 juta prosedur kateterisasi jantung dilakukan setiap tahunnya. 4
Beberapa studi tentang hubungan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan lesi aterosklerosis telah dilakukan. Pada tahun 2010, studi konsekutif 200 pasien yang dilakukan oleh Trianti M,dkk. Didapatkan hubungan antara faktor risiko PJK dengan lokasi lesi aterosklerosis pada arteri koronaria. Telah ditemukan beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya aterosklerosis koroner menurut American Heart Association s, faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor kemudian dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable risk factor), dan yang dapat diubah (modifiable risk factor). Umur, jenis kelamin, dan keturunan (termasuk ras) merupakan faktor risiko yang tak dapat diubah. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu merokok, tinggi kolesterol dalam darah, hipertensi, kurang aktifitas fisik, berat badan lebih dan obesitas, serta diabetes. 5 PJK menjadi penyebab kematian pertama pada Negara maju dan negara negara berkembang. Estimasi kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada tahun 2006 di Amerika 700.000 orang mendapatkan serangan baru pertama kali dan kira-kira 500.000 orang dengan serangan berulang. Serangan pertama kali terjadi rata rata pada usia 65,8 tahun pada pria dan 70,4 tahun pada wanita, 50% pada pria dan 63% pada wanita meninggal tiba-tiba karena PJK tanpa simtom awal. Di Indonesia dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan secara
berkala oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993 dan meningkat menjadi 24,4 % pada tahun 1998. 6 Hasil Survey WHO (2002) umur 15 sampai 59 terjadi prevalensi kematian karena PJK sebanyak 1.332.000 jiwa. Umur diatas 60 tahun terjadi prevalensi kematian sebanyak 5.825.000 jiwa di seluruh dunia. 7 Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa fibrinogen merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK dan mereka membuktikan bahwa peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Proses aterosklerotik merupakan dasar mekanisme utama terjadinya PJK. Kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah mempunyai peranan untuk terjadinya trombosis. 8,9,10 Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting pada proses pembekuan yang disintesa di hati, terdapat didalam trombosit alfa granul dan larut di dalam plasma. Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana kadarnya akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi, peradangan, stress, tindakan bedah, trauma, nekrosis jaringan, akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit serta agregasi eritrosit. 11
Kamath dalam penelitiannya mendapatkan dari 1511 laki-laki berkulit putih yang berusia antara 40-64 tahun dan diikuti selama 5 tahun terdapat 109 orang yang menderita penyakit jantung iskemik dan peningkatan plasma fibrinogen dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. 11 Penelitian Ernst menyatakan bahwa peningkatan plasma fibrinogen juga mempertinggi resiko untuk terjadinya PJK, demikian juga dengan Tarallo yang juga menyatakan fibrinogen sebagai faktor independen PJK. 12,13 Stone MC dkk meneliti dari 505 laki-laki yang berusia 40 69 tahun setelah diikuti selama 7 tahun, ditemukan 40 orang dengan kasus infark miokard. Dengan analisis multivariate plasma fibrinogen menjadi bukti yang sangat kuat sebagai faktor risiko kejadian kardiovaskuler. 14 Thompson SG dan Cooper J menyatakan plasma fibrinogen adalah faktor risiko yang kuat dan independen untuk terjadinya infark miokard dan kematian tiba-tiba terutama pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koronaria. Kadar fibrinogen merupakan bukti yang sangat kuat berhubungan dengan terjadinya penyakit koronaria. 15 Penelitian PROCAM ( Prospective Cardiovasculer Munster ) mengatakan bahwa dengan adanya peningkatan kadar fibrinogen disertai peningkatan kadar LDL kolesterol maka resiko PJK menjadi 6 kali lipat. 16
Jastrzebska dkk mengatakan bahwa kadar fibrinogen > 3,5 g/l bersama-sama dengan faktor von willenbrand juga merupakan faktor resiko untuk PJK pada laki-laki, terutama pada anak laki-laki yang ayahnya pernah menderita infark miokard. 17 David Green dkk pada tahun 2008 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa adanya peningkatan konsentrasi fibrinogen pada orang yang berusia antara 25-37 tahun yang menderita penyakit kardiovaskuler 18 1.2.Perumusan Masalah Dari uraian beberapa laporan yang disebutkan diatas ingin diketahui apakah ada perbedaan kadar fibrinogen pada pasien-pasien PJK yang dilakukan angiografi koroner dengan stenosis >70% dibandingkan dengan stenosis 70% sebagai kelompok pembanding. 1.3.Hipotesa Penelitian Ada perbedaan kadar fibrinogen pada pasien-pasien PJK ( stenosis > 70% ) dibandingkan dengan stenosis 70% sebagai kelompok kontrol.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar fibrinogen pada pasien-pasien PJK ( stenosis > 70% ) lebih besar dibandingkan dengan stenosis 70% pada tindakan angiografi koroner. 1.4.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar fibrinogen pada pasien-pasien PJK ( stenosis >70% ) dan stenosis 70 %. 1.5. Manfaat Penelitian Dari hasil peneltian ini dapat diketahui bagaimana hubungan antara kadar fibrinogen dengan aterosklerosis, sehingga bagi klinisi informasi ini dapat bermanfaat untuk penanganan pasien.