BAB IV ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

dan suku Sunda dan 100% penduduknya beragama Islam, kebanyakan dari mereka bekerja mengolah tanah pertanian.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB I PENDAHULUAN. fenomena ketidak percayaan di antara manusia, khususnya di zaman sekarang ini.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TANAH PERHUTANI DI DESA KENDALREJO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

ARTICLE REVIEW. Penulis buku/artikel : Safrizal. : Jurnal Ilmiah Islam Futura. A. Isi Buku / Artikel

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

1 Ahmad Faisol Amir, wawancara (Banjarsari, 17 Januari 2014)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Transkripsi:

1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan baik data yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitab terjemahnya, buku-buku dan sumbersumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu yang berjudul Praktik Gadai Pohon Cengkeh dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Sumberjaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran), maka sebagai langkah selanjutnya penulis akan menganalisis data yang telah penulis kumpulkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Gadai pohon cengkeh adalah penyerahan beberapa pohon cengkeh kepada murtahin sebagai jaminan utang oleh rahin. Akad yang dilakukan adalah atas persetujuan kedua belah pihak, waktu peminjaman sesuai dengan kesepakatan diawal sampai waktu yang telah ditentukan tiba. Sesuai dengan waktu yang ditentukannya itu maka ketika waktu yang telah disepakati telah tiba rahin harus segera melunasi utang-utangnya. Gadai menurut masyarakat Desa setempat adalah penyerahan barang yang memiliki nilai dan dapat dimanfaatkan sebagai jaminan utang. Pelaksanaan gadai dapat dikatakan sudah sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun yang ditentukan dalam syariat Islam. Sebagaimana diketahui bersama, gadai merupakan salah satu bentuk dari hubungan muamalah yaitu hubungan sesama antara orang yang satu dengan yang lainnya.

2 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dituangkan pada BAB III dapat dianalisis bahwa pelaksanaan gadai pohon cengkeh di Desa Sumberjaya adalah pinjam meminjam uang yang dilakukan oleh rahin dan murtahindengan melaksanakan suatu perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak bahwa telah terjadinya utang piutang antara keduanya dengan jaminan pohon cengkeh yang diserahkan oleh rahin kepada murtahin untuk dikelola sekaligus diambil manfaatnya oleh murtahin, hal tersebut sudah disepakati oleh keduanya dengan alasan sebagai bukti kuat bahwa rahin akan melunasi utangnya. Realisasi gadai di Desa Sumberjaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa masyarakat Desa Sumberjaya kebanyakan masyarakat bermata pencaharian sebagai petani seperti petani kopi, coklat, lada dan cengkeh. Dalam memenuhi kebutuhun hidup, meraka melakukan berbagai macam usaha salah satunya yaitu dengan cara gadai. Diantara hasil bumi yang biasa mereka gadaikan sebagai jaminan utang adalah pohon cengkeh. Karena keadaan ekonomi yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maka mereka menggadaikan pohon cengkeh yang merupakan sumber pencahariaan satu-satunya yang mereka harapkan untuk dijadikan jaminan utang. Pelaksanaan gadai yang dilakukan masyarakat Desa Sumberjaya Kecamatan Wayratai Kabupaten Pesawaran adalah rahin meminjam uang kepada murtahin dan rahin menggadaikan pohon cengkehnya sebagai jaminan utangnya. Dengan ketentuan pohon cengkeh tersebut dimanfaatkan seutuhnya oleh murtahin sampai dengan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tepapi ada juga yang tidak memakai perjanjian waktu smpai kapan pengembalian uang. Semua hasil

3 dari pohon cengkeh diambil oleh murtahinsedangkan rahin tidak dapat menikmati hasil dari pohon cengkeh tersebut walaupun pohon cengkeh milik rahin. Seperti menurut salah satu masyarakat Desa bahwa mereka mau meminjamkan uang dengan adanya jaminan dan semua hasil dari barang gadaian tersebut milik pihak yang meninjamkan uang. Salah satu yang harus dipenuhi dalam perjanjian selain adanya pihak yang melakukan persetujuan, harus memenuhi isi perjanjian baik tertulis maupun lisan. Dalam pelaksanaan gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sumberjaya bahwa rahin dan murtahin tidak membuat surat perjanjian pinjam meminjam yang berbentuk tulisan, yang dilakukan oleh masyarakat setempat adalah perjanjian secara lisan dan tidak menghadirkan seseorang sebagai saksi. Praktik perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah dengan cara menyerahkan secara langsung sejumlah uang pinjaman dan menyebutkan beberapa pohon cengkeh sebagai jaminan utangnya. Misalnya rahin meminjam uang lima juta maka pohon cengkeh yang dijadikan jaminannya adalah sebanyak lima pohon cengkeh adapun yang memberikan jaminannya lebih dari lima pohon cengkeh. Perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak pun tidak ada kejelasan salah satu diantara penerima gadai ada yang menyalahi aturan perjanjian diawal, misalnya yang pada awalnya diberikan waktu pemanfaatannya dua tahun, tetapi apabila hasil panen nya tidak memuaskan bagi murtahin, maka murtahin akan meminta tambahan waktu satu tahun lagi untuk memanfaatkan pohon cengkeh tersebut. Yang pada awalnya dua tahun tapi atas permintaan murtahin untuk menambah satu tahun maka jadi tiga tahun. Dengan alasan karena waktu dua tahun itu kadang satu tahunnya tidak berbuah. Tetapi setelah wawancara kepada salah satu pihak

4 ternyata tambahan waktu tersebut atas persetujuan pihak rahin, hal tersebut adalah sebagai bukti tanda terima kasih kepada murtahin karena telah meminjamkan uang. Pelaksanaan gadai yang dilakukan masyarakat masih banyak yang belum memahami gadai yang sebenarnya yaitu gadai yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Mayarakat Desa Sumberjaya dalam melakukan gadai bukan semata-mata untuk saling tolong menolong sesama manusia melainkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada mayarakat Desa Sumberjaya yang meminta penambahan waktu apabila hasil tersebut tidak memuaskan. Jelas sekali bahwa hal itu dimanfaatkan oleh penerima barang gadai dengan suatu yang menguntungkan. Padahal gadai bukan kegiatan muamalah untuk mencari keuntungan, tetapi untuk saling membantu orang yang satu dengan yang lainnya yang membutuhkan tanpa mengaharapkan imbalan apapun dari pihak rahin. Tetapi lain halnya dengan pelaksanaan gadai yang dilakukan masyarakat yang sudah merupakan tradisi masyarakat setempat yaitu untuk memperoleh keuntungan bagi pihak murtahin. Hal tersebut di atas memang telah menjadi kebiasaan yang ada di masyarakat Desa Sumberjaya. Jadi kebanyakan masyarakat Desa Sumberjaya dalam melakukan penggadaian tata caranya tidak jauh beda dengan Responden rahin dan murtahin yang telah diwawancarai. Dimana dalam pelaksanaan perjanjian gadai tidak secara tertulis dan salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian waktu yang telah ditentukan diawal, serta pemanfaatan barang gadaian oleh murtahin.

5 B. Pandangan Hukum Islam Tentang Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh Di Desa Sumberjaya Allah menciptakan manusia untuk saling tolong menolong antar manusia yang satu dengan yang lainnya salah satunya yaitu dengan cara bermuamalah. Prinsip dasar muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang disebut fiqih muamalah, yang semuanya merupakan hasil penggalian dari Al-Qur an dan Hadis. Salah satu bentuk muamalah yang biasa dilakukan masyarakat adalah gadai. Gadai (al-rahn) yang berarti tetap dan lestari, seperti juga dinamakan al-hasbu yaitu penahanan. Menurut istilah Syara yang dimaksud dengan rahn ialah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu, maka seluruh atau sebagaian utang dapat diterima. Sedangkan Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa rahn menurut syara adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang atau bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. Gadai dalam Islam harus sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Karena gadai memiliki dasar hukum yang mengaturnya, dan juga terdapat syarat dan rukun yang harus dipenuhi dan dapat diketahui boleh tidaknya praktik gadai tersebut. Akad bisa terjadi dalam setiap kegiatan yang ada hubungannya dengan muamalah, dalam Islam tidak ada larangan untuk menetapkan syarat selama tidak menyalahi aturan hukum Islam. Begitu juga dengan gadai, dalam Islam gadai diperbolehkan sebagai bentuk tolong menolong sesama manusia dan harus sesuai dengan

6 ketentuan hukum Islam. Gadai telah lama dikenal dalam Islam, seperti dalam hadis sebagai berikut: Artinya: dari Aisyah berkata: BahwasannyaRasulullah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya. Jika dilihat dari pelaksanaan gadai pohon cengkeh yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sumberjaya yang telah diwawancarai, meraka melakukan gadai tidak sesuai dengan anjuran Al-Qur an dan pelaksanannya mereka hanyalah membuat kesepakatan secara lisan, mereka hanya menyerahkan sejumlah uang kemudian menunjukan beberapa pohon cengkeh yang dijadikan jaminan saja. Sedangkan dalam Al-Qur an Surat Al-Baqarah ayat 282: Artiny: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Ayat di atas menunjukan bahwa apabila melakukan transaksi tidak secara tunai seperti halnya utang piutang atau gadai, maka dianjurkan untuk menentukan waktu pelunasannya agar tidak merugikan salah satu pihak antara penggadai maupun penerima gadai dan apabila melakukan perjanjian hendaknya tidak hanya lisan saja tetapi harus dengan tulisan, hal untuk menghindari adanya perselisihan antara kedua belah pihak.

7 Dalam perjanjian yang mereka sepakati menyebutkan bahwa segala manfaat atas hasil pohon cengkeh tersebut dikuasai oleh murtahin. Sedangkan menurut salah seorang yang telah di wawancarai mereka merasa dirugikan karena hasil dari pohon cengkeh bisa melebihi dari uang yang dipinjamnya. Dalam Islam sendiri, dalam bermuamalah hendaknya tidak ada pihak yang dirugikan. Tetapi lain halnya dengan masyarakat yang ada di Desa Sumberjaya yang lebih mementingkan kepentingan sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 279 sebagai berikut: Artinya: Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa hasil kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah pihak tidak boleh merugikan salah satu pihak. Sedangkan dalam pemanfaatan yang melebihi biaya-biaya yang dikeluarkan harus ada kesepakatan antara rahin dan murtahin tentang pembiayaannya. Oleh karena itu, akad dalam perjanjian gadai maka pihak rahin adalah pemilik barang sedangkan murtahin hanya pihak yang mempunyai hak menahan barang dan pemanfaatan sampai utang rahin dilunasinya. Dalam kondisi ini perlu adanya kesepakatan antara kedua belah pihak sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

8 Mengenai perjanjian waktu yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam, dimana tidak memenuhinya perjanjian di awal yaitu adanya penambahan waktu yang telah diperjanjikan. Telah dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.. Perintah ayat di atas menunjukan betapa A-Qur an sangat menekankan perlunya memenuhi akad dalam segala bentuk apapun. Sedemikian tegas Al- Qur an dalam kewajiban memenuhi akad hingga setiap muslim diwajibkan memenuhinya, walaupun hal tersebut merugikannya. Ini karena kalau dibenarkan melepaskan ikatan perjanjian, maka rasa aman masyarakat akan terusik. Kerugian akibat kewajiban seseorang memenuhi perjanjian terpaksa ditetapkan demi memelihara rasa aman dan ketenangan seluruh anggota masyaraka, dan kepentingan umum harus didahulukan atas kepentingan perorangan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gadai yang dilakukan di Desa Sumberjaya Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran masih banyak masyarakat yang melakukan gadai tidak sesuai dengan pandangan hukum Islam, hal tersebut karena banyaknya masyarakat yang tidak memahami hukum Islam dengan baik, salah satunya alasannya karena minimnya pendidikan khususnya di bidang hukum Islam.