BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: RAESITA DHEWI NAWANGSIH C

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi politik dan perekonomian yang tidak menentu menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kelancaran sarana telekomunikasi akan menunjang

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

BEBERAPA BATASAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN MENURUT KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

PENGALIHAN HAK MILIK ATAS BENDA MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA. Oleh : Deasy Soeikromo 1

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain terhadap perekonomian suatu negara, baik dalam sistem ekonomi secara makro maupun dalam skala mikro. 1 Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang masuk di Indonesia akhir-akhir ini tentunya mengubah cara berpikir masyarakat dalam hal menginginkan segala sesuatu dengan cara serba instan mudah didapat dan tidak mengurangi banyak waktu, misalnya seperti belanja sesuatu yang mereka inginkan dengan cara pembelanjaan secara online melalui media internet atau yang lebih dikenal dengan E-Commerce. E-Commerce merupakan suatu fenomena teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam distance selling serta jasa lainnya dalam bidang bisnis yang berskala global. Dengan melihat karakteristik E-Commerce yang berskala global, tanpa mengenal sekat atau batasan yurisdiksi antar negara serta menafikan kendala jarak yang sering menjadi kendala dalam komunikasi. Di sini, sangat jelas bahwa E-Commerce merupakan salah satu instrumen yang handal dalam era globalisasi, khususnya dalam globalisasi di bidang ekonomi. 2 1 Ade Maman Suherman, 2005, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 28. 2 Ibid. 1

2 Pesatnya perkembangan E-Commerce telah merubah secara bertahap cara-cara konsumen membeli produk barang atau jasa. Meningkatnya transaksi E-Commerce yang dilakukan melalui internet, secara luas dipandang sebagai aspek positif revolusi internet. Internet terus berkembang, maka lebih banyak pilihan tersedia bagi konsumen, dan akan menurunkan harga barangbarang konsumen. 3 Seorang konsumen yang biasanya membeli barang atau menyewa layanan dengan fisik pergi ke pasar adalah dimudahkan mendapatkan barang/jasa, maka konsumen E-Commerce lebih mudah lagi dalam mendapatkan barang/jasa. Potensi E-Commerce adalah bahwa setiap produkatau layanan yang berjarak sangat jauh, dapat dibeli hanya menggunakan beberapa klik dari konsumen E-Commerce. 4 Maraknya berbelanja secara online tersebut tentunya membuka peluang baru dalam dunia bisnis khususnya bagi pengelola situs khusus perbelanjaan secara online tersebut. Peluang baru tersebut tentunya menarik perhatian seseorang untuk menggeluti bisnis dalam hal penjualan dari segala sesuatu yang akan dipromosikan/dijualbelikan oleh para penjualnya. Tentunya dalam kondisi tersebut para pengelola situs tersebut berlomba-lomba untuk menarik perhatian penjual untuk bekerjasama dengannya. Beberapa cara tentunya ditawarkan oleh pengelola situs tersebut untuk negoisasi dengan para penjual yang ingin menawarkan dagangannya tersebut melalui situs jual-beli secara online tersebut. Dalam hal bernegoisasi antara penjual dengan 3 Abdul Halim Barakatullah, 2009, Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Transaksi E- Commerce Lintas Negara di Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta, hal. 23. 4 Ibid.

3 pengelola situs tersebut pada dasarnya menghasilkan kebijakan-kebijakan baru apabila si penjual tersebut telah sepakat untuk bekerjasama dengan si pengelola situs tersebut. Kesepakatan tersebut tentunya akan menghasilkan sebuah perjanjian tertentu antara kedua belah pihak yang bersangkutan agar segala sesuatunya berjalan sesuai yang diharapkan. Perjanjian itu sendiri adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 5 Sedangkan menurut Pasal 1313 KUH Perdata memberikan suatu definisi mengenai perjanjian itu sendiri ialah suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya. Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) KUHPerdata dikenal adanya asas konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian lahir pada saat terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang diperjanjikan. Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Sedangkan syarat untuk sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 B. W. adalah: 6 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 5 Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hal. 1. 6 J. Satrio, 1992, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 126.

4 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Pada dasarnya hal-hal tersebut di atas merupakan pokok yang harus dipenuhi oleh seseorang penjual dengan pengelola web untuk mengadakan suatu perjanjian untuk mengikatkan diri mereka dan menjadikannya undangundang sebagai pedoman atas kesepakan untuk mengadakan perjanjian yang telah disetujuinya tersebut. Berdasarkan syarat sahnya perjanjian khususnya mengenai syarat kecakapan membuat perjanjian, KUHPerdata menyebut dua istilah, yaitu tidak cakap (onbackwaam) dan tidak wenang (onbevoegd). Tidak cakap adalah orang yang pada umumnya berdasarkan ketentuan undang-undang tidak mampu membuat perjanjian dengan akibat hukum yang lengkap, seperti orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh di bawah pengampuan. Sedangkan tidak wenang adalah orang itu pada prinsipnya cakap untuk bertindak tetapi ia tidak dapat melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya yang terdapat dalam Pasal 1467, 1468, 1469, 1470, 1640 KUHPerdata. Pasal 1329 berbunyi, Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Pasal 1330 KUH Perdata, yang menentukan bahwa: Tak cakap untuk membuat persetujuan-persetujuan adalah orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan serta orang-orang perempuan, dalam hal ditetapkan oleh undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.

5 Tidak adanya aturan mengenai batasan usia untuk melakukan perjanjian pengelola web dengan penjual. Hal ini menyebabkan pihak yang mengelola web tidak mengetahui sepenuhnya apakah lawan bertransaksinya (pihak penjual) memenuhi syarat seseorang cakap untuk mengadakan suatu perjanjian atau perikatan menurut KUHPerdata. Pada praktiknya banyak penjual yang masih berusia di bawah umur yang menjual (menjadi penjual) barang-barang miliknya pada pengelola web, khususnya di www.lapakwongjogja.com. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam rangka penulisan hukum (skripsi) dengan judul: Perjanjian Antara Pengelola Web Dengan Penjual. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Apakah perjanjian antara pengelola web www.lapakwongjogja.com dengan pihak penjual sudah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perjanjian antara pengelola web

6 www.lapakwongjogja.com dengan pihak penjual sudah memenuhi syaratsyarat sahnya suatu perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. 2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam ilmu hukum khususnya di bidang ilmu hukum perdata serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat umum sebagai sumber informasi dan bahan masukan untuk mengadakan perjanjian dengan pengelola situs E-Commerce. D. Kerangka Pemikiran 1. Lahirnya Perjanjian Asas ini menyatakan bahwa perjanjian sudah lahir pada saat tercapainya kata sepakat (konsensus) di antara para pihak mengenai unsurunsur pokoknya, kaitannya dengan hal ini Soedikno Mertokusumo, mengemukakan untuk adanya perjanjian harus ada dua kehendak yang mencapai kata sepakat atau konsensus. Tanpa kata sepakat tidak mungkin ada perjanjian, tidak menjadi soal apakah kedua kehendak itu disampaikan

7 secara lisan atau tertulis, bahkan dengan bahasa isyarat atau membisu sekalipun dapat terjadi perjanjian asal ada kata sepakat. 7 Undang-undang tidak memberikan ketentuan mengenai bentuk untuk menyatakan tercapainya kata sepakat atau konsensus itu, dengan demikian dimungkinkan terjadinya kesepakatan itu dengan tidak tertulis. Sehubungan dengan bentuk tertulis dan tidak tertulis dari kesepakatan ini, maka di dalam praktek sekarang terhadap perjanjian-perjanjian tertentu yang sifatnya sangat penting atau vital dituntut suatu bentuk tertentu yaitu tertulis, misalnya penghibahan, pertanggungan, pemborongan dan sebagainya. Perjanjian demikian ini disebut perjanjian formil. Adanya bentuk perjanjian yang tertulis dewasa ini memang sangat diperlukan, karena demi menjaga kepastian hukum diantara para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. 2. Syarat Sahnya Perjanjian Pasal 1320 K. U. H. Perdata menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri. b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. c. Adanya hal tertentu. d. Suatu sebab yang halal. Keempat syarat tersebut merupakan syarat mutlak di dalam perjanjian yang harus dipenuhi oleh para pihak apabila ingin perjanjian 7 Ibid, hal. 96.

8 tersebut sah. Tidak dipenuhinya keempat syarat tersebut akan berakibat perjanjian itu batal atau dapat dibatalkan. Hal ini tergantung pada syarat mana dari keempat syarat tersebut tidak dipenuhi, karena keempat syarat tersebut dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: a. Syarat subyektif b. Syarat obyektif Ad. a. Syarat subyektif adalah syarat yang menyangkut subyek dari suatu perjanjian atau syarat yang melekat pada subyek-subyek yang mengikat dirinya dalam suatu perjanjian. Apabila syarat ini tidak dipenuhi, maka akibat hukumnya perjanjian ini dapat dibatalkan. Termasuk syarat subyektif adalah syarat sepakat mereka mengikatkan diri dan adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Ad. b. Syarat obyektif adalah suatu syarat yang menyangkut obyek perjanjian itu sendiri. Dimana apabila syarat ini tidak dipenuhi maka akibat hukum dari perjanjian itu adalah batal demi hukum. Termasuk syarat obyektif adalah syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Pengertian perjanjian dapat dibatalkan ini adalah perjanjian yang telah ada tetap terus berjalan selama belum ada atau tidak diadakan pembatalan yang dilakukan oleh hakim pengadilan atas permintaan yang berhak meminta pembatalan. Berbeda dengan pengertian batal demi hukum, apabila perjanjian batal demi hukum maka maksudnya perjanjian

9 itu sejak semula dianggap tidak pernah ada, dengan demikian perjanjian itu menjadi batal tanpa campur tangan dari hakim. Adanya perbedaan dapat dibatalkan dan batal demi hukum ini menurut Subekti, merupakan suatu sistem logis dan dapat dianut dimanamana, dan lebih lanjut beliau mengemukakan sebagai berikut: Sistem tersebut logis karena tidak dipenuhinya syarat subyektif tidak dapat dilihat oleh hakim dan karenanya harus diajukan kepadanya oleh yang berkepentingan, sedangkan hal tidak dipenuhinya syarat obyektif seketika dapat dilihat oleh hakim. 8 3. Perjanjian pada Umumnya Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya. Pengertian perjanjian menurut pendapat beberapa sarjana hukum adalah sebagai berikut: a. Yahya Harahap, Perjanjian merupakan suatu hubungan hukum harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pihak lain untuk menunaikan prestasi. 9 8 Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 26. 9 Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal. 6.

10 b. Hartono Hadisoeprapto, Perjanjian adalah sumber perikatan yang terpenting, sebab memang yang paling banyak perikatan itu terbit dari adanya perjanjian-perjanjian. 10 c. Seodikno Mertokusumo, Perjanjian itu adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum, dua pihak tersebut sepakat untuk menentukan peraturan, kaidah atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan. Kesepakatan itu jika dilanggar maka akibat hukumnya si pelanggar dikenakan sanksi hukuman. 11 Suatu perjanjian yang dibuat dengan sah menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuatnya, namun dalam suatu perjanjian ada kalanya terjadi wanprestasi. Pengertian dari wanprestasi menurut Yahya Harahap adalah sebagai berikut: Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. 12 Sedangkan menurut Soedikno Mertokusumo adalah: Tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undangundang. 13 10 Hartono Hadisoeprapto, 1984, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta, hal. 35. 11 Soedikno Mertokusumo, 1989, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hal. 96. 12 Yahya Harahap, op. cit., hal. 60. 13 Soedikno Mertokusumo, op. cit, hal. 73.

11 E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan, sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah terbatas pada peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait dengan objek yang diteliti. Dari berbagai jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, penulis memilih bentuk pendekatan normatif yang berupa, inventarisasi peraturan perundang-undangan dan penemuan hukum inconcreto. 14 2. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas, tentang berbagai hal yang terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mendeskripsikan tentang perjanjian antara pengelola web www.lapakwongjogja.com dengan pihak penjual apakah sudah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. 14 Soerjono Soekanto dan Sri Pamuji, 1986, Penelitian Hukum Normatif, CV Rajawali, Jakarta, hal. 13.

12 3. Lokasi Penelitian Untuk kepentingan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian pada www.lapakwongjogja.com yang berkantor di Kota Yogyakarta. 4. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan jenis data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu: a. Data Sekunder Penelitian ini menggunakan jenis sumber data sekunder yang merupakan data utama yang berupa akta perjanjian antara pengelola web www.lapakwongjogja.com dengan pihak penjual. b. Data Primer Yaitu data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yang dimaksudkan untuk dapat lebih memahami maksud, tujuan dan arti dari data skunder yang ada. Data primer ini pada pelaksanaannya hanya berfungsi sebagai penunjang dari data skunder. 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara, mencari, menginvetarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan datadata sekunder yang lain, yang terkait dengan objek yang dikaji.

13 Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder, yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung segala macam data, yang diperoleh selama kajian dilakukan. b. Wawancara Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara bebas terpimpin, dengan berbagai pihak yang dipandang memahami objek yang diteliti. 6. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan metode normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan) norma-norma hukum, doktrindoktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada. Pembahasan pada tahap awal dilakukan dengan cara melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan persoalan yang menjadi objek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasi secara analitis doctrinal, dengan menggunakan teori Hukum Murni dari Hans Kelsen. Sedangkan untuk tahap kedua akan dilakukan pembahasan yang berupa pendiskusian, antara berbagai data sekunder serta data primer yang terkait, dengan berbagai peraturan perundangundangan yang telah diinventarisir, sehingga pada tahap akhir, akan ditemukan hukum in-concreto-nya.

14 F. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis hanya membahas terbatas pada hal-hal yang tercantum pada bab-bab yang dikemukakan yaitu: Bab I adalah Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustaka, terdiri dari Perjanjian Pada Umumnya yaitu mengenai Pengertian Perjanjian, Unsur-unsur Perjanjian, Asas-asas Perjanjian, Syarat-syarat Perjanjian, Wanprestasi dan Akibat Hukumnya, dan Overmacht dan Akibat Hukumnya. Point kedua yaitu Syarat Sahnya Perjanjian yang meliputi Syarat Syahnya Perjanjian, mengenai Kata Sepakat, Kecakapan Untuk Mengadakan Perjanjian, Suatu Hal Tertentu, Kausa Hukum Yang Halal dan Akibat Hukum Dari Tidak Dipenuhinya Syarat Syahnya Perjanjian, mengenai Batal Demi Hukum dan Dapat Dibatalkan. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari Lahirnya Suatu Perjanjian antara Pengelola Web dengan Penjual dan Sahnya Suatu Perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata Dikaitkan dengan Perjanjian antara Pengelola Web dengan Penjual. Bab IV Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.