BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fisik Kota Yogyakarta sangat dinamis. Kegiatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 79 /KUM/2013 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan dalam pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

BAB V PENUTUP. bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LURAH DESA PLERET KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA PLERET NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG

- 1 - PERATURAN BUPATI SOLOK NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOLOK,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 246 /KPTS/013/2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS. NOMOR 11 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS

teknis yang mempunyai urusan wajib dibidang perencanaan pembangunan. Untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR / 473 / /2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA SURABAYA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ;

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

I. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERTANAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 31 /KPTS/013/2015 TENTANG

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

NOMOR TENTANG. Pemerintah. Provinsi, P dan 3839); Negara. 4. Peraturan. Negara. Lembarann Negara Nomor. 6. Peraturan

Nomor 66 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 66 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG

TATA RUANG KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

129

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 87 /KUM/2013 TENTANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suku dinas P2B (Pengawasan dan Penertiban Bangunan) Kota

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ini teridentifikasi beberapa hal yang berimplikasi pada perkembangan wilayah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Efektivitas Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Sukoharjo

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) pada khususnya telah melaksanakan kegiatan pengendalian pertumbuhan ruang Kota Yogyakarta. Kegiatan pengendalian dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Kegiatan pengendalian yang sudah diatur secara formal 1) Peraturan zonasi berupa Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 25 Tahun 2013 tentang Penjabaran Rencana Pola Ruang dan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang, dimana diatur ketentuan pemanfaatan ruang dan intensitas ruang. Kekhususan Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013 adanya ketentuan pemanfaatan T/B atau terbatas dan bersyarat. Ketentuan ini tidak diatur dalam Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Peraturan Zonasi, yang hanya mengatur 4 (empat) ketentuan pemanfaatan ruang yaitu I (diizinkan), T (terbatas), B (bersyarat) dan X (pemanfaatan yang dilarang). Ketentuan T/B untuk mewadahi kemungkinan kebutuhan ruang untuk investasi swasta maupun kebutuhan pemerintah kota. Ketentuan pemanfaatan T/B berbeda dengan konsep zona mengambang. 106

107 2) Insentif berupa pengurangan perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diatur dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pedoman Perhitungan Pemberian Insentif Pajak Bumi dan Bangunan kepada Bangunan Cagar Budaya dan Bangunan Warisan Budaya. 3) Perizinan pembangunan atau Izin Membangun Bangunan (IMB) yang secara khusus diatur dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1988 tentang Izin Membangun Bangun Bangunan dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta. Selain kedua peraturan tersebut, IMB juga dimuat dalam aturan-aturan lain yang terkait. Perizinan IMB memerlukan syarat-syarat yang sebagian sudah ditetapkan dalam peraturan. Rekomendasi BKPRD merupakan salah satu syarat IMB untuk bangunan yang terletak di lokasi dengan ketentuan T (terbatas), B (bersyarat) atau T/B (terbatas dan bersyarat). Rekomendasi bentuk dan fasad bangunan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan syarat IMB untuk bangunan cagar budaya (BCB) dan bangunan di kawasan cagar budaya (KCB). Rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ini ada 2 (dua) macam, yaitu rekomendasi berdasarkan usulan Tim Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya (TP2WB) dan rekomendasi berdasarkan arahan Kepala dinas dan tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

108 b. Kegiatan pengendalian yang belum diatur secara formal Kegiatan pengendalian yang dimaksudkan adalah keputusan pemanfaatan ruang atau rekomendasi oleh BKPRD Kota Yogyakarta. Keputusan ini untuk pemohon IMB pada lokasi yang belum diatur secara jelas zonasinya. Pemberian rekomendasi ini merupakan kesepakatan antara Dinas Perizinan dan Bappeda selaku sekretariat BKPRD. Kesepakatan ini adalah solusi untuk mengatasi masalah belum adanya pengaturan atau batasan ketentuan T (terbatas), B (bersyarat) dan T/B (terbatas dan bersyarat) dalam Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013. 6.1.2. Tipologi Keputusan Pemanfaatan Ruang BKPRD memutuskan ketentuan pemanfaatan ruang dalam bentuk rekomendasi. rekomendasi ini menjadi acuan Dinas Perizinan untuk mengeluarkan IMB. a. Pembahasan Keputusan BKPRD BKPRD membahas permohonan pemanfaatan ruang tanpa mengundang pihak pemohon. Keputusan diperoleh dari pembahasan, negosiasi dan kesepakatan antar anggota BKPRD yang menyampaikan pendapat sesuai dengan tupoksi instansi masing-masing. b. Tipologi Keputusan Keputusan BKPRD dibagi menjadi 2 tipe bentuk dokumen yaitu surat rekomendasi dan surat keterangan. Surat rekomendasi merupakan

109 bentuk umum dari keputusan BKPRD. Bentuk surat keterangan muncul sejak tahun 2014 khusus untuk menjawab permohonan pembangunan hotel baru. Bentuk ini muncul karena adanya Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Tipe keputusan pemanfaatan ruang ada 5 tipe utama yaitu pemanfaatan diizinkan atau sesuai, pemanfaatan terbatas, pemanfaatan bersyarat, pemanfaatan terbatas dan bersyarat, dan tidak menyebutkan pemanfaatan secara jelas. Keputusan pemanfaatan tersebut dapat diikuti dengan 4 sub tipe yang terdiri dari: dengan pembatasan intensitas dan persyaratan bangunan; dengan pembatasan intensitas dan tanpa persyaratan bangunan; tanpa pembatasan intensitas dan dengan persyaratan bangunan; dan tanpa pembatasan intensitas dan persyaratan bangunan. Gabungan antara tipe utama dan sub tipe menghasilkan 12 tipe keputusan pemanfaatan ruang oleh BKPRD. Keduabelas tipe tersebut dihasilkan dari 25 paduan permohonan fungsi dan ketentuan zonasi pada lokasi yang dimohon. Selain 12 tipe keputusan pemanfataan ruang tersebut, terdapat beberapa kasus yang menghasilkan keputusan yang berbeda. c. Kriteria Keputusan BKPRD Kota Yogyakarta belum mempunyai pedoman kriteria untuk pengambilan keputusan, namun sudah ada beberapa kriteria yang disepakati dalam mengambil keputusan.

110 1) Khusus permohonan pembangunan hotel mulai tahun 2014 tidak diberikan rekomendasi, namun berupa surat keterangan. 2) Permohonan fungsi rumah tinggal dapat diizinkan menempati zona manapun yang lebih tinggi intensitasnya. 3) Permohonan fungsi-fungsi perdagangan dan jasa pada zona dengan intensitas yang lebih rendah, dibatasi intensitas ruangnya. d. Kelemahan Pengambilan Keputusan BKPRD Pengambilan keputusan oleh BKPRD sudah diupayakan secara baik, namun demikian masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain: 1) Perbedaan persepsi antar anggota BKPRD dalam membaca Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 25 Tahun 2013 tentang Penjabaran Rencana Pola Ruang dan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang sebagai pedoman pembahasan keputusan BKPRD. Perbedaan persepsi ini disebabkan latar belakang institusi masing-masing anggota. 2) Latar belakang institusi anggota yang hadir sangat mempengaruhi arah pembahasan keputusan BKPRD. Hal ini memunculkan kemungkinan perbedaan keputusan untuk permohonan fungsi yang sama pada zona yang sama jika dibahas di waktu yang berbeda. 3) BKPRD Kota Yogyakarta belum membahas secara umum kriteria atau pedoman untuk pengambilan keputusan. Kondisi ini kurang menguntungkan karena keputusan BKPRD menjadi kurang

111 konsisten. BKPRD merupakan badan yang anggotanya terdiri dari pejabat beberapa instansi yang berkaitan dengan penataan ruang, sehingga sangat memungkinkan terjadi pergantian anggota yang mengakibatkan keputusannya tidak sama. 4) Pemerintah Kota Yogyakarta, khususnya BKPRD, belum memiliki data pemanfaatan ruang yang riil dan lengkap untuk membahas keputusan pemanfaatan ruang. 6.2. Saran Dari pembahasan temuan, terdapat beberapa hal yang perlu disarankan sebagai berikut : a. Untuk pengendalian pemanfaatan ruang secara umum, pengambil kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta perlu lebih tegas dalam memberikan kebijakan pemanfaatan ruang melalui perizinan IMB. b. Untuk mengurangi variasi tipe keputusan BKPRD terhadap pemanfaatan ruang, BKPRD perlu : 1) Mengkoordinasikan instansi terkait agar masing-masing instansi mempunyai data yang lengkap dan valid untuk mendukung pembahasan keputusan pemanfaatan ruang. 2) Melakukan koordinasi anggota secara lengkap untuk menyamakan persepsi terhadap RTRW Kota Yogyakarta dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 25 Tahun 2013. 3) Menyusun semacam pedoman pembahasan yang berisi antara lain rumusan bentuk keputusan BKPRD, poin-poin yang perlu dikaji

112 dalam pembahasan permohonan, kriteria keputusan pemanfaatan ruang. 4) Dalam memutuskan rekomendasi pemanfaatan ruang agar memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap pengendalian pertumbuhan ruang. c. Penelitian ini masih memerlukan pendalaman pada beberapa pembahasannya, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1) Perbedaan konsep penetapan blok Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2009 dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 25 Tahun 2013 dengan kawasan strategis pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Kota Yogyakarta 2010 2029. 2) Pengendalian proses perizinan, khususnya perizinan IMB, di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, kaitannya dengan transparansi pelayanan publik. 3) Pendalaman atau studi kasus terhadap rekomendasi yang berbeda dari tipologi umum untuk mengetahui latar belakang dan proses pengambilan keputusan.