BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan berperan sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

Kata Kunci : Modul Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern menuntut setiap negara harus siap dalam menghadapi perkembangan yang semakin maju, salah satunya dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Berbagai upaya perbaikan dan pembaharuan dilakukan oleh pemerintah agar tidak tertinggal dengan cepatnya perubahan di era globalisasi. Pembaharuan dilakukan dalam segala aspek bidang yang salah satunya adalah di bidang pendidikan. Pembenahan di bidang pendidikan ini sebagai upaya pemerintah dalam peningkatan pembangunan nasional. Pendidikan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional karena sasaran dari pendidikan yaitu berupaya dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan nasional semata-mata bukan hanya pembangunan dalam bentuk material atau pembangunan fisik, akan tetapi yang terpenting yaitu pembangunan spiritual dan emosional yang secara bulat diartikan dalam pembangunan manusia yang menjadi tugas utama bagi pendidikan. Selain itu, pendidikan juga lebih menekankan dalam meningkatkan SDM yang berkualitas yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia serta bertanggung jawab dalam upaya peningkatan kesejahteraan diri pada khususnya serta masyarakat dan negara pada umumnya. Oleh karena itu, perlunya peningkatan kualitas pendidikan dalam upaya meningkatkan pembangunan nasional. Pembaharuan dan perbaikan dalam bidang pendidikan dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan seiring dengan kebutuhan zaman. Upaya tersebut dilakukan agar terwujudnya tujuan dari pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Tujuan dari pendidikan ini seperti tertuang dalam Pasal 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu. 1

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga berperan penting dalam mengembangkan potensi manusia yaitu berupa kualitas diri manusia. Hal ini seperti tertuang dalam BAB II Pasal 3, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa serta bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, fungsi pendidikan memberikan dampak dalam meningkatkan kualitas diri siswa melalui proses pembelajaran di sekolah. Upaya dalam mengevaluasi proses pembelajaran yaitu melalui pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki siswa dari peningkatan hasil belajar. Hal tersebut juga dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang melakukan evaluasi pembelajaran untuk melihat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016, didapatkan hasil belajar siswa yang belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Hasil belajar rata-rata yang diraih oleh siswa kelas X SMA Muhammadiyah masih belum optimal dan tergolong rendah. Persentase rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan bahwa nilai hasil ujian semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70. Persentase hasil belajar siswa yang mencapai nilai di atas KKM atau 70 yaitu 13,90% yang berjumlah 77 siswa dan sisanya 86,10% yang berjumlah 477 siswa masih di bawah nilai KKM dengan total siswa berjumlah 554 siswa, hal ini berarti hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Selain itu, dapat dilihat dari hasil ujian nasional mata pelajaran ekonomi pada tahun ajaran 2014/2015 di Kabupaten Karanganyar berikut ini. 2

Tabel 1.1 Nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2014/2015 No. Nama Sekolah Nilai Mata Pelajaran Ekonomi Ranking 1. MA Terpadu Darul Amal 84,08 1 2. MA Negeri Karanganyar 83,22 2 3. SMA Negeri Colomadu 81,28 3 4. SMA Negeri 1 Karanganyar 80,22 4 5. SMA Negeri Gondangrejo 80,12 5 6. MA Negeri Gondangrejo 80,01 6 7. MA Miftahul Ulum 79,91 7 8. SMA Muhammadiyah 3 Gondangrejo 79,44 8 9. SMA Negeri Karangpandan 79,42 9 10. SMA Negeri Jumapolo 78,70 10 11. SMA Kanisius Bharata Karanganyar 78,42 11 12. SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar 78,01 12 13. SMA Bung Karno Karangpandan 78,00 13 14. SMA Muhammadiyah 5 Jaten Karanganyar 76,89 14 15. SMA Negeri Kerjo 75,44 15 16. SMA Negeri 2 Karanganyar 74,41 16 17. SMA Negeri Mojogedang 74,24 17 18. SMA Negeri Kebakkramat 73,42 18 Sumber: Data Olah dari Software BNSP 2015 Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil ujian untuk mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar masih menempati peringkat dua belas dari total SMA/MA yang ada di Kabupaten Karanganyar. Terdapat beberapa faktor yang diduga memengaruhi hasil belajar siswa, baik dari proses pembelajaran, faktor guru, siswa dan sumber belajar yang digunakan oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan melakukan berbagai perbaikan, perubahan, dan pembaharuan di segala aspek komponen yang memengaruhi pencapaiaan tujuan pembelajaran di antaranya meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan sekolah, guru dan siswa, bahan ajar serta metode mengajar. Pembaharuan atau perbaikan hasil belajar sebagai program dalam peningkatan mutu output yang dihasilkan maka perlu 3

4 dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan sumber belajar sebagai pegangan siswa dalam kegiatan belajar, karena dengan sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan keefektifan pembelajaran di sekolah, baik dalam segi waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pra penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, melalui wawancara guru, bahwa bahan ajar yang digunakan oleh siswa hanya berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa tidak diberikan bahan ajar lain seperti modul, buku paket, handout, brosur, dan leaflet sebagai sumber belajar dalam kegiatan belajar siswa. LKS juga belum bisa mengembangkan diri siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang diajukan kepadanya. Siswa juga masih ketergantungan terhadap siswa yang lain dalam kegiatan belajar. Selain itu, terdapat beberapa kelemahan yang dimiliki oleh LKS, yaitu LKS kurang menarik karena dicetak menggunakan kertas buram dan hanya terdapat warna pada sampul, materi yang disajikan masih terlalu banyak dengan penjelasan yang kurang terarah pada topik bahasan, bahasa yang digunakan membuat siswa sulit memahaminya, terdapat banyak soal baik pilihan ganda dan uraian yang hanya melatihkan segi kognitif siswa, sehingga keterampilan berpikir siswa belum dapat terpenuhi, dan tidak adanya peta konsep. Oleh karena itu, diperlukan sumber belajar lain yang mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Salah satu sumber belajar tersebut yaitu modul pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyerap materi pelajaran dalam modul. Bahan ajar berupa modul dapat memberikan pengalaman dalam belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar. Perencanaan dan perancangan modul harus merangsang siswa agar secara aktif memiliki keinginan untuk mempelajari materi modul tersebut dalam kegiatan belajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa merupakan suatu proses interaksi edukatif, dimana terjalin komunikasi timbal

5 balik yang memiliki tujuan dalam menyalurkan dan menerima ilmu pengetahuan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Interaksi edukatif ini dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang lain, serta siswa dengan sumber belajar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, bahwa diketahui belum ada bahan ajar berupa modul sebagai salah satu sumber belajar siswa. Modul pembelajaran merupakan sumber informasi yang berisi materimateri yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Modul ini sebagai salah satu sumber pengetahuan yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai pedoman dalam mengajar di kelas. Modul pembelajaran juga menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang nantinya akan dikuasai siswa dalam kegiatan belajarnya. Keberadaan modul pembelajaran sangat penting dalam menunjang keberhasilan belajar siswa. Selain itu, modul pembelajaran juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan modul pembelajaran agar membuat siswa tertarik untuk mempelajari dan menguasai materi pelajaran sebagai upaya dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang akan berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran harus mengintegrasikan bahan ajar dengan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai peningkatan keaktifan siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan. Bahan ajar yang diintegrasikan dengan strategi pembelajaran yang sesuai akan membuat pembelajaran lebih aktif, menarik, dan menyenangkan yang membuat siswa lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dengan situasi dalam proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan beberapa guru ekonomi di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar menunjukkan bahwa guru tidak mengikuti perkembangan zaman yang saat ini pembelajaran sudah berorientasi pada siswa bukan berorientasi pada guru. Guru juga belum memahami model-model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dimana

6 siswa secara aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Guru ekonomi dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode belajar yang monoton, selama ini guru ekonomi masih menggunakan metode ceramah. Padahal metode ceramah membuat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak semua dapat diserap oleh siswa dengan baik dan optimal dalam kegiatan belajarnya. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru juga membuat siswa pasif dalam pembelajaran di kelas. Kurangnya motivasi guru dalam mempelajari model-model pembelajaran yang memberikan siswa aktif dalam belajar membuat pembelajaran membosankan bagi siswa. Oleh karena itu, untuk menghindarinya maka guru harus kreatif dalam menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar. Guru dapat menggunakan sumber belajar yang diintegerasikan dengan strategi pembelajaran untuk memberikan daya tarik berupa keingintahuan siswa untuk mempelajari materi pelajaran dan memberikan keaktifan siswa dalam belajar. Pembelajaran sekarang tidak lagi dilakukan secara tradisional yang berpusat pada guru (teacher centered learning), melainkan sudah berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadikan siswa lebih banyak terlibat secara aktif dalam memperoleh pengetahuan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar. Terdapat beberapa model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, seperti model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, dan model inquiry. Salah satu model pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model pembelajaran guided inquiry. Model pembelajaran guided inquiry juga digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam meyakinkan dirinya tentang materi pelajaran sehingga dapat memperdalam isi dan konsep materi pelajaran. Model pembelajaran guided inquiry memberikan gambaran kepada siswa untuk belajar bertanya, mencari pengetahuan dan informasi, mempelajari suatu gejala dan belajar untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, modul pembelajaran yang dipadukan dengan pembelajaran

7 guided inquiry dapat membuat siswa menjadi lebih mandiri dan aktif dalam mempelajari modul tersebut. Materi pembelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas, sedangkan sumberdaya sebagai alat pemuas kebutuhannya terbatas. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) mata pelajaran ekonomi masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang masuk dalam mata pelajaran IPS Terpadu. Pada tingkat pendidikan di SMA, mata pelajaran ekonomi secara terpisah dengan mata pelajaran ilmu sosial lainnya seperti geografi, sejarah, sosiologi dan berdiri sendiri sebagai satuan mata pelajaran utuh yang diajarkan di SMA. Pembelajaran ekonomi yang kreatif dan inovatif memerlukan fasilitas penunjang pembelajaran yang menarik dan menantang sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengembangan modul pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry dalam pembelajaran ekonomi di SMA, bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir dalam meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk menguasai materi pelajaran. Pengembangan modul pembelajaran dengan diintegrasikan model pembelajaran dapat memberikan sumber belajar yang inovatif bagi siswa, sehingga pembelajaran lebih menarik, menyenangkan membuat siswa semangat belajar serta dapat tercapai tujuan dari pembelajaran. Hal ini didukung dengan penelitian pengembangan yang telah dilakukan oleh Ikhsan (2015) dengan judul Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Wera Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, bahwa modul berbasis inkuiri terbimbing efektif meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari perbedaan hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini ditunjukkan pada nilai posttest dengan F tabel <F hitung yaitu 2,30<24,9 dengan taraf signifikansinya 5%. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sen, Yilmaz, and Geban (2015) yang berjudul The Effects Of Process Oriented Guided Inquiry

8 Learning Environment On Students Self-Regulated Learning Skills, bahwa proses pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan pendekatan penguasaan siswa, nilai tugas, pengawasan kepercayaan untuk belajar, berpikir kritis, rekan belajar dan pembelajaran guided inquiry lebih unggul dari pembelajaran yang dirancang secara tradisional. Oleh karena itu, kebutuhan akan pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry sangat diperlukan untuk dilakukan pengembangan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran Ekonomi Berbasis Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar? 2. Bagaimanakah keefektifan penggunaan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar? C. Tujuan Pengembangan Tujuan pengembangan ini mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah pengembangan. Adapun tujuan dari pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.

9 2. Menganalisis keefektifan penggunaan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. D. Pentingnya Pengembangan Modul pembelajaran ekonomi merupakan media interaksi antara siswa dengan materi pelajaran. Interaksi tersebut akan terjadi jika siswa menggunakan modul pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang menjadikan modul pembelajaran hanya sebagai buku pelengkap dan sampingan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa hanya membuka serta mempelajari modul pembelajaran jika diminta oleh guru atau mendapatkan tugas yang ada di dalam modul pembelajaran tersebut. Hal tersebut karena siswa tidak tertarik untuk mempelajari materi yang ada di dalam modul pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan modul pembelajaran ekonomi, agar pembelajaran lebih menarik dan terarah pada tujuan pembelajaran. Pengembangan modul pembelajaran perlu dibuat menarik dan merangsang rasa ingin tahu siswa dengan tujuan agar siswa bersemangat untuk mempelajari materi yang ada dalam modul pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry dipandang sangat strategis untuk dikembangkan. Melalui modul pembelajaran tersebut akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Selain itu, siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran dan tidak bosan dengan adanya pengembangan modul karena diintegrasikan dengan model pembelajaran guided inquiry yang membuat suatu pembelajaran baru bagi siswa. pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang belum dipahami oleh siswa. Pengembangan modul ini juga akan memudahkan guru dalam mengajarkan materi di kelas, karena peran guru dalam pembelajaran ini hanya sebagai motivator dan fasilitator sehingga pembelajaran akan berorientasi pada siswa.

10 E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Pengembangan modul pembelajaran ekonomi berdasarkan pada analisis kebutuhuan yang diwujudkan ke dalam pengembangan desain modul. Desain modul yang dimaksud bertujuan untuk mempermudah siswa dalam belajar, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, hasil belajar dan kompetensi siswa, sehingga dapat memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Substansi materi, penugasan, dan evaluasi di dalam modul pembelajaran ini didesain berdasarkan beberapa prinsip pembelajaran inquiry dari Hosnan (2014: 342) di antaranya berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan. Modul pembelajaran ini dikemas dengan kerangka sebagai berikut: 1) halaman judul, 2) identitas modul pembelajaran, 3) kata pengantar, 4) daftar isi, 5) petunjuk penggunaan modul, 6) peta modul, 7) peta kompetensi, 8) glosarium, 9) tujuan pembelajaran, 10) deskripsi mengenai ruang lingkup materi dan tujuan mempelajari modul, 11) uraian materi, 12) rangkuman, 13) evaluasi, 14) daftar pustaka, dan 15) kunci jawaban. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi dan keterbatasan pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016, antara lain sebagai berikut: 1. Asumsi Pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry ini mengacu pada beberapa asumsi, yaitu: a. Pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry dapat memberikan pembelajaran yang aktif, menarik, dan mudah dipahami oleh siswa. b. Penggunaan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry ini dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran,

11 karena materi ajar didesain berdasarkan pada prinsip penyusunan modul dan karakteristik dari model pembelajaran guided inquiry. Desain pembelajaran guided inquiry dalam sebuah modul pembelajaran akan mengarahkan siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu dalam mempelajari materi pelajaran serta membangun pengetahuannya sendiri dan sebagai pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. 2. Keterbatasan Pengembangan Keterbatasan dan lingkup penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: a. Modul pembelajaran yang akan dikembangkan terbatas pada standar kompetensi materi uang dan perbankan pada siswa kelas X yang mengacu pada kurikulum yang berlaku di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b. Modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry berupa sumber belajar yang bersifat visual, sehingga siswa perlu membaca untuk memahami isi dan petunjuk penggunaan yang ada dalam modul. c. Pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry ini mengacu pada penelitian pengembangan Borg & Gall (dalam Arifin, 2012: 130), yaitu terbatas pada tahap kedelapan. d. Penggunaan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry terbatas mengukur hasil belajar siswa pada materi uang dan perbankan. e. Pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry terbatas pada permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar serta model pembelajaran yang digunakan oleh guru. f. Instrumen pengembangan yang digunakan dalam pengembangan ini hanya sesuai untuk penelitian ini saja. g. Pengembangan ini hanya pada lingkup SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar yang dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa.

12 G. Definisi Istilah Definisi istilah dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dan pembaca terkait dengan istilah yang ada dalam penelitian pengembangan ini. Definisi istilah dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan (Setyosari, 2012: 223). 2. Modul Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang di kemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. (Daryanto, 2013: 9). 3. Guided Inquiry Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mana dalam pemilihan masalahnya masih ditentukan oleh pendidik. Aktivitas dalam strategi pembelajaran inquiry dilakukan melalui proses tanya jawab antara pendidik dan siswa, sehingga kemampuan pendidik dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan proses dimana peran pendidik menyediakan bimbingan dan petunjuk yang luas, penentuan masalah dilontarkan oleh pendidik dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang mengarah pada tujuan pembelajaran (Moore dalam Sujarwo, 2011: 87). 4. Pembelajaran ekonomi Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikonomia yang terdiri dari dua suku kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan, sehingga oikonomia mengandung arti aturan rumah tangga. Oikonomia mempunyai arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga (Wicaksono dan Mulyadi, 2014: 8). Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran di sekolah yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi

13 kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya. 5. Modul pembelajaran ekonomi berbasis Guided Inquiry Modul pembelajaran ekonomi berbasis Guided Inquiry menekankan pada proses pembelajaran ekonomi yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang berupa kegiatan penyelidikan untuk memperoleh pengetahuan melalui bimbingan dari pendidik. Proses pembelajaran Guided Inquiry menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, sehingga pembelajaran yang berorientasi pada siswa dapat secara efektif dan efisien. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun masih membutuhkan bimbingan pendidik dalam mengarahkan proses pembelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan meliputi persiapan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dan penyampaian pesan (Sujarwo, 2011: 87). 6. Hasil Belajar Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Rusman, 2013: 123). H. Sistematika Penulisan Pengembang menyusun sistematika penulisan dalam tesis ini untuk kejelasan dan ketetapan arah penulisan yaitu sebagai berikut : 1. BAB I: Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, pentingnya pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, asumsi dan keterbatasan pengembangan, definisi istilah, dan sistematika penulisan. 2. BAB II: Kajian Teori Menguraikan tentang landasan teori yang berkaitan dengan topik pengembangan, yaitu pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menguraikan

14 penelitian pengembangan terdahulu yang relevan untuk menjadi acuan dalam penelitian pengembangan ini serta kerangka pemikiran yang menerangkan secara ringkas hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Menguraikan hipotesis pertama dalam bentuk kualitatif dan hipotesis kedua berupa kuantitatif berdasarkan pada studi literatur/kajian pustaka baik dalam prespektif teori maupun temuan riset yang mendukung terhadap topik pengembangan. 3. BAB III: Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis pengembangan dan prosedur pengembangan mencakup tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan model dan tahap evaluasi atau pengujian model. 4. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Menguraikan tentang deskripsi langkah-langkah pembuatan modul pembelajaran, deskripsi langkah pengembangan, deskripsi hasil penelitian pengembangan, dan pembahasan. 5. BAB V: Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Menguraikan tentang kesimpulan dalam penelitian, implikasi dalam peelitian ini, dan saran-saran untuk pihak sekolah, guru, siswa, dan peneliti yang lain.