BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia terdiri dari daerah-daerah yang tersebar di

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai cara yang semuanya diharapkan dapat memperkuat sektor keuangan negara. Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang- Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri. Dari ketiga sumber penerimaan tersebut, penerimaan yang berasal dari sektor pajak merupakan sumber terbesar penerimaan negara. Menurut data APBN tahun 2015 penerimaan tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari target yang telah ditentukan, sedangkan dari penerimaan negara bukan pajak sebesar 252,4 triliun atau 93,8% dari target yang telah ditentukan. Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari 1

definisi tersebut, pajak memiliki fungsi dan berperan penting terhadap kesejahteraan negara. Pajak memiliki fungsi finansial (budgetair) yaitu penerimaan pajak ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, dan fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik. (Mardiasmo,2011) Pengertian otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum otonomi daerah antara lain Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengalami beberapa kali perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Pada tahun 2014, pemerintah merevisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menjadi UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah. Tahun 2015, terjadi 2

perubahan kedua terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015. Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang otonomi daerah tersebut, diharapkan pemerintah dari masing-masing daerah akan lebih banyak berekspresi dan melakukan inovasi dalam bidang administrasi, sehingga maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Apabila inovasi yang diterapkan oleh masing-masing daerah mengalami keberhasilan dalam bidang administrasinya, maka daerah lain dapat meniru keberhasilan tersebut tentunya dengan melihat kemampuan dan kondisi dari setiap masing-masing daerah. Untuk dapat melaksanakan otonomi daerah, setiap daerah harus memiliki faktor-faktor penunjang diantaranya faktor sumber daya manusia sebagai pelaksana, faktor keuangan yang cukup dan baik, faktor peralatan yang menunjang, serta manajemen organisasi yang tertata dengan baik. Faktor yang memegang peranan sangat penting yaitu faktor keuangan. Keuangan merupakan salah satu syarat kelancaran pelaksanaan pembangunan. Kemampuan keuangan tersebut menunjukkan bagaimana daerah melakukan pembiayaan pembangunan untuk kelangsungan pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Oleh karena itu, setiap daerah berkewajiban untuk menggali sumber pendapatannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang 3

berlaku. Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, sumber penerimaan yang berasal dari daerah yaitu Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah terdiri dari Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Yang termasuk Pajak Provinsi diantaranya Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok. Sedangkan Pajak daerah yang berasal dari Kabupaten/Kota diantaranya adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Sarang Burung Walet, dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Hiburan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diandalkan pemerintah kabupaten/kota sebagai pembiayaan pembangunan dan pemerintahan. Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak tempat hiburan seperti tempat karaoke, klub malam, tempat futsal, panti mandi uap. Dengan adanya tempat-tempat tersebut, diharapkan pajak hiburan sebagai sumber penerimaan daerah yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Semarang. Berikut ini merupakan tabel Target dan Realisasi Pajak Hiburan Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015. 4

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan Tahun 2010 sampai dengan 2015 di Kabupaten Semarang (Rupiah) TAHUN TARGET REALISASI 2010 296.640.000 329.031.550 2011 339.787.000 375.891.300 2012 800.000.000 396.716.960 2013 630.000.000 389.330.482 2014 784.710.000 680.919.084 2015 884.710.000 885.994.130 Sumber : DPPKAD Kabupaten Semarang, data diolah (2016) Dari tabel diatas, target pada tahun 2012 sampai dengan 2015 cukup tinggi dikarenakan pada tahun 2012 Pajak Sarang Burung Walet dan Pajak Bumi dan Bangunan menurut Perda Nomor 4 tahun 2012 dimasukkan sebagai Pajak Kabupaten/Kota. Sehingga, diharapkan realisasi pajak hiburan mulai tahun 2012 memiliki potensi yang cukup tinggi terhadap PAD. Oleh karena itu, bagaimana sebenarnya penerimaan dan strategi dalam peningkatan Pajak Hiburan yang diperoleh Kabupaten Semarang menjadi pokok utama penulis mengangkat judul Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Hiburan dalam Rangka Mendorong Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Semarang. 5

1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan target dan realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana tingkat ketercapaian Pajak Hiburan dari masing-masing Objek Pajak Hiburan? 3. Bagaimana Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah? 4. Apa kendala dalam pengelolaan penerimaan Pajak Hiburan? 5. Bagaimana upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Hiburan yang dapat dilakukan? 1.3. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui perkembangan target dan realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten Semarang. b. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian Pajak Hiburan dari masingmasing Objek Pajak Hiburan. c. Untuk mengetahui Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. d. Untuk mengetahui kendala dalam pengelolaan penerimaan Pajak Hiburan. e. Untuk mengetahui upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Hiburan yang dapat dilakukan. 6

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan dan dapat membandingkan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, diharapkan mampu melatih kemampuan menganalisis secara sistematis. 2. Bagi DPPKAD Kabupaten Semarang Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi tentang evaluasi terhadap target dan realisasi pajak hiburan di Kabupaten Semarang. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai sumber atau acuan dalam penyusunan tugas, serta dapat menjadi bahan referensi dalam penyusunan Tugas Akhir. 7

1.5. Sistematika Penulisan Agar penulisan ini lebih mudah dipahami, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan secara garis besar dari keseluruhan penulisan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang landasan-landasan teori yang digunakan dalam penulisan yang berisi tentang pengertian pajak secara umum, pengertian pajak daerah secara umum serta pengertian pajak hiburan. BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENILITIAN Berisi tentang Gambaran Umum DPPKAD, Visi dan Misi DPPKAD Kab. Semarang, Struktur Organisasi DPPKAD, Bagan Organisasi DPPKAD, Tugas Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah, Metode Penelitian yang digunnakan penulis. 8

BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan masalah. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran penulis. Setelah menganalisa permasalahan dengan meninjau teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada bab ini Penulis berusaha merumuskan benang merah kedalam poin-poin penting berupa kesimpulan. 9