BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. dari sistem nilai pancasila yang bersumber dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Melalui pendidikan yang baik, diperoleh hal-hal baru sehingga

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan. Menurut aliran teori belajar Gestalt, kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan (Pasaribu, 1983 : 97). Hilda Taba dalam Ibrahim (1996:5) menjelaskan bahwa kurikulum terdiri atas tujuan, isi, pola belajar mengajar dan evaluasi. Lebih lanjut Hasan (1988:36) menjelaskan sebagai produk maka kurikulum dipengaruhi oleh berbagai faktor guru, siswa, dan lingkungan. Oleh karenanya ketiga faktor tersebut merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan dan saling menunjang. Bila dikaji secara seksama maka proses pembelajaran yang merupakan realisasi pelaksanaan kurikulum dan merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini melibatkan berbagai komponen seperti sarana, metode alat (media), dan sumber, sehingga tercipta situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Hal ini senada dengan 1

2 apa yang pernah dikemukakan oleh Sardiman (1996:14) dan Djadjuri : (1997:21) bahwa proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru tersebut dibutuhkan komponen-komponen pendukung yang edukatif. Kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran merupakan salah satu syarat bagi seorang guru dalam mengupayakan hasil belajar yang lebih baik. Agar menjadi proses pembelajaran yang optimal, maka seorang guru harus menguasai berbagai ketrampilan mengajar. Salah satu keterampilan mengajar tersebut adalah keterampilan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber belajar. Karena lingkungan yang ada di sekitar siswa adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara lebih optimal. Bila dalam proses pembelajaran guru menggunakan lingkungan tersebut sebagai sumber belajarnya, maka hal ini akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih factual, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar antara lain: 1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa kita, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat. 2. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.

3 3. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning) sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya. 4. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, bertanya, atau wawancara membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya. 5. Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, memberikan kebebasan siswa untuk belajar secara aktif, serta memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai salah satu sumber belajar. Di samping itu maka bahan dan sumber belajar hendaknya disajikan secara meaningful, integrative value based, challenging sehingga memungkinkan siswa aktif di dalam proses belajar mengajarnya. Siswa pada hakekatnya adalah sebagai pembelajaran pelaku atau subjek dalam belajar. Mereka memiliki potensi untuk aktif dalam belajar active leaner. Menurut Roth & Rochounbury (1992) dalam Suarma (2001: 4) dalam belajar terjadi proses mengkonstruksi dan interpretasi diri terhadap lingkungan, sehingga menemukan konsep secara teratur, pengertianpengertian dan persamaan-persamaan. Melalui proses ini siswa akan mengkonstruksi pengetahuan yang selanjutnya akan menjadi latar konseptual diri dalam setiap interaksi dan dalam memandang realitas kehidupan dimanapun mereka berada. Maka siswalah yang harus dijadikan sebagai fokus sentral, yang menuntut untuk diciptakannya lingkungan belajar yang memungkinkan proses belajar itu terjadi.

4 Dalam kenyataannya sehari-hari dominasi guru dalam proses belajar mengajar masih banyak terjadi sebagai akibat dari pendekatan guru yang teacher centred siswa menjadi pasif dalam menerima pelajaran. Sebagaimana yang ditunjukkan penelitian selama ini bahwa siswa dalam PIPS GEOGRAFI lebih berada pada posisi pasif, menerima bahan pelajaran, dan guru aktif menyajikan bahan pelajaran (Suwarma, 1991: 7). Di samping itu kurang bervariasinya sumber belajar di mana guru masih mengandalkan buku teks yang kadang kurang relevansi dengan tujuan yang ingin dicapai, yang lebih parah lagi bahwa masih ada pandangan dari sebagian guru yang beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber. Hal tersebut senada dengan penilaian A. Sanusi (1997) dalam Suwarma (2001: 9) tentang bahan dari lingkungan social peserta, dikemukakan bahwa Struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan individual, kelompok, dan organisasi pada tingkat lokal, nasional dan global yang disignifikasikan pada saat ini tidak jadi acara dalam pertemuan kelas pada pengajaran Ilmu Sosial. Dikemukakannya pula bahwa kondisi ini mempengaruhi dalam sistim penyampaiannya yang menunjukkan bahwa pertemuan kelas dalam pengajaran Ilmu Sosial yang mengandung transfer informasi tentang konsep ilmu-ilmu social amat lemah. Dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, namun mencakup semua sumber belajar yang mungkin dipergunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Degeng, 1989: 17). Guru memang bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangatlah penting (Sadiman A, 1986:12). Guru hanyalah satu dari sekian

5 banyak sumber belajar yang dapat mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi dengan guru, dengan temannya maupun dengan lingkungannya (Semiawan, 1992: 16). Kegiatan belajar memerlukan interaksi dengan berbagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa, salah satu peran guru adalah menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, masih banyak guru yang belum melakukan peranannya sebagai fasilitator. Dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang memang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan belajarnya secara efektif dan efisien. Atas dasar uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran pendidikan IPS GEOGRAFI di Sekolah Menengah Pertama dan sekaligus mengidentifikasikan faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar tersebut. Lokasi penelitian ini penulis fokuskan pada SLTP I Slawi Kabupaten Tegal. hingga akhirnya penulis memilih judul PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PIPS GEOGRAFI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar Dalam Pembelajaran IPS Geografi di SMP Negeri I Slawi Kabupaten Tegal).

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang seperti diuraikan di atas maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimana guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama untuk meningkatkan hasil belajar? Masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam sub-sub masalah, untuk memudahkan dalam penganalisisan sebagai berikut: 1. Apakah guru dalam memberikan pelajaran di kelasnya telah memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar? 2. Bagaimanakah hasil pembelajaran guru yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada pelajaran IPS Geografi. 3. Bagaimanakah keuntungan guru dalam proses belajar mengajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar? 4. Kendala apakah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum penelitian dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Tujuan umumnya adalah untuk mengungkapkan manfaat lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi bagi siswa SMP Negeri I Slawi.

7 2. Tujuan Khususnya adalah untuk mengungkapkan: a. Ada tidaknya guru dalam proses pembelajaran telah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi kelas II SMP Negeri I Slawi. b. Hasil pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi bagi siswa SMP Negeri I Slawi. c. Keuntungan guru dalam proses pembelajaran yang memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi pada kelas II SMP Negeri 1 Slawi. d. Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi bagi siswa SMP Negeri I Slawi. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan mendapat masukan bagi : 1. Guru Sekolah Menengah Pertama untuk: a. Memperbaiki proses belajar mengajar. Memberikan perbaikan cara mengajar guru, bagaimana mengaktifkan siswa dan membangkitkan minat belajarnya dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

8 b. Mengelola dan memberdayakan lingkungan sekitar terutama dalam rangka menunjang pengayaan materi pelajaran oleh guru serta menunjang kualitas proses belajar mengajar IPS Geografi. c. Menyempurnakan pola pembelajaran Pendidikan IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama. d. Peningkatkan serta pengembangan profesionalisme guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama. e. Peningkatkan pembelajaran pendidikan IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama. 2. Program Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan materi untuk mempersiapkan calon guru Sekolah Menengah Pertama, terutama dalam meningkatkan kemampuan profesionalisme calon guru Sekolah Menengah Pertama dalam mengelola kelas. Mengembangkan strategi belajar mengajar, menggunakan media pengajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Selain itu juga dapat dipakai sebagai acuan di dalam mengajarkan bagaimana cara memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses belajar mengajar. 3. Kepala Sekolah, Depdiknas dan Instansi Terkait. Sebagai masukan dalam mengambil kebijakan agar guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan diupayakan sedemikian rupa sehingga benar-benar berguna dan bermanfaat bagi kegiatan proses belajar mengajar di sekolah serta bagi peserta didik dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik masa kini, sekarang maupun yang akan datang. 9 4. Bagi Orang Tua Murid Melalui komite sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam perannya sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar yang memang sangat diperlukan bagi anak, untuk menunjang proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama. E. Verifikasi Konsep Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan untuk memperoleh kesamaa persepsi dalam penelitian ini, maka perlu diberikan beberapa definisi yang digunakan sebagai berikut: 1. Lingkungan Lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan. Oleh karena itu, manusia lain, benda-benda hasil budaya, peraturan, udara, air, panas matahari, dan lain-lainnya yang ada di sekitar manusia, termasuk lingkungan hidup manusia. Dengan demikian kita membedakan lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan budaya. (Nursid Sumaatmadja, 1998: 23). Selanjutnya akan diuraikan tentang lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan psikologis. a. Lingkungan alam, adalah kondisi alam atau fisik suatu tempat baik yang biotik maupun yang abiotik, batuan, tanah, mineral, udara, air, tumbuhan, hewan baik liar maupun yang piaraan.

10 b. Lingkungan sosial, adalah kehidupan sosial manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya baik sendiri-sendiri maupun kelompok, misalnya keluarga, tetangga, organisasi sosial, masyarakat. c. Lingkungan budaya, adalah suatu kondisi baik yang berupa materi maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitasnya yang berpengaruh terhadap kehidupan. d. Lingkungan psikologis, yaitu suasana psikologis yang melingkupi kehidupan manusia, misalnya keadaan damai, aman, tertib, gaduh, bising dan lainnya. 2. Pemanfaatan adalah fungsi pengembangan belajar yang bertujuan mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan komponen sistem instruksional. 3. Sumber belajar, adalah semua hal yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam belajar. 4. Hasil belajar, hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar yang meliputi aspek kognitif, skills, attitude, dan value. 5. Pembelajaran, adalah upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan prakarsa belajar siswa, agar dapat belajar lebih mudah, lebih lancar, dan lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajar. F. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research), untuk mengkaji, merefleksi secara kritis dan kolaboratif realitas, kendala, problema dan implikasinya dari penerapan suatu tindakan pembelajaran terhadap kinerja guru dan siswa, serta iklim situasi sosial pembelajaran yang terjadi dalam suatu konteks situasi sosial, yaitu kelas, maka metode penelitian yang

11 digunakan harus menekankan pada suatu kajian reflektif dan kolaboratif yang bertumpu pada realitas lapangan (natural setting). Berdasarkan paradikma yang demikian maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada tujuan dan karakteristik masalah penelitian yang telah ditetapkan. G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah SMP Negeri 1 Slawi Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, yang beralamat di Jl. Prof. Moh. Yamin Slawi Kabupaten Tegal. Dalam tahun pelajaran 2003/2004 ini memiliki siswa sejumlah 27 kelas yang terdiri atas kelas I, II, dan III masing-masing 9 kelas. Sebagai sampel penelitiannya adalah kelas II-A yang berjumlah 42 siswa terdiri atas laki-laki 20, dan perempuan 22 siswa, tahun pelajaran 2004/2005. SMP Negeri I Slawi adalah termasuk sekolah yang favorit di kecamatan Slawi dibandingkan dengan empat SMP Negeri yang lainnya. Di samping itu lokasinya adalah sangat strategis, mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Berdasarkan beberapa hal tersebut maka penulis menentukan SMP negeri I Slawi sebagai lokasi penelitian ini. 2. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru IPS Geografi kelas II SMP Negeri I Slawi beserta siswa kelas II-A SMP Negeri I Slawi yang berjumlah 42 siswa terdiri atas laki-laki 20, dan perempuan 22 siswa, tahun pelajaran 2004/2005.

12