Tubulus Rektus Rete Testis Vas Eferens

dokumen-dokumen yang mirip

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

BAB I ORGANISASI ORGAN

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Histologi Sistem Urinarius

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem reproduksi pria yang pada penelitian ini menggunakan mencit terdiri

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

... Tugas Milik kelompok 8...

Kelenjar berkembang dari permukaan epitel dengan cara tumbuh ke dalam jaringan ikat di bawahnya (kelenjar eksokrin)

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK :

DAFTAR ISI. Daftar Isi 1. A. Latar Belakang 2. B. Rumusan Masalah 2. C. Tujuan Penulisan 3. A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina dan Masculina 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

Gangguan Hormon Pada wanita

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Organ Genitalia Masculina. Hillary M.R Kokali / B2

Alat Reproduksi Ternak

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja kegiatan seksual jantan; dan (3) pengaturan fungsi reproduksi jantan. pria dengan berbagai hormonal (Guyton, 2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon androgen yang berguna untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

Jaringan Hewan A. Jenis jaringan Hewan

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Anatomi/organ reproduksi wanita

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

Sistem Ekskresi Manusia

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

Abnormalitas Sistem Reproduksi yang Diwariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

Oleh : Ikbal Gentar Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAHAN KULIAH STRUKTUR HEWAN JARINGAN DASAR OLEH HERNAWATI NIP JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Histologi Sistem Urinarius

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP. merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OH.

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jadi kontrasepsi ialah berbagai cara untuk mencegah persatuan antar telur dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Jaringan pada Tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

Transkripsi:

HISTOLOGI REPRODUKSI PRIA A. TESTIS Testis merupakan kelenjar tubuler kompleks yang mempunyai 2 fungsi yaitu hormonal dan reproduksi. Testis dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat yang disebut tunika albuginea. Tunika ini mengalami penebalan pada bagian posterior testis yang disebut mediastinum testis. Testis dibagi menjadi ruang-ruang piramidal sebanyak sekitar 250 ruang yang disebut lobulus testis. Diantara lobulus-lobulus terdapat septa (septa ini sering tidak sempurna). Tiap-tiap lobulus terdapat 1-4 tubulus seminiferus. Testis diselubungi oleh kantong serosa yang berasal dari peritoneum yang dinamakan tunika vaginalis. Tunika ini terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan viseral (bagian dalam) dan lapisan parietal. Pada mulanya testis terdapat di dinding dorsal rongga peritoneum dan kemudian masuk ke dalam kantung yang disebut skrotum. Gambar 1. testis Tubulus seminiferus Tubulus seminiferus merupakan tubulus kontortus yang membentuk jala-jala, berujung buntu dan pada ujung yang lain menjadi saluran yang lurus dengan lumen menyempit dan dibatasi oleh epitel selapis kubus berflagela satu. Bentuk yang lurus ini dinamakan tubulus rektus. Bagian ini pendek yang bermuara pada saluran-saluran yang beranastomose yang dinamakan rete testis. Tubulus seminiferus terdiri dari epitel germinativum, lamina basalis dan tunika jaringan ikat fibrosa. Epitelnya terdiri atas 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel sel spermatogenik (tersusun atas 4-8 lapisan). Urutan sel-sel dari lapisan yang paling dasar

hingga mendekati lumen adalah sebagai berikut spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Sel sertoli merupakan sel-sel piramidal panjang yang saling bertautan dengan sel-sel spermatogenik. Dasar sel sertoli melekat pada lamina basalis, sedang ujung apikalnya menjorok ke dalam lumen tubulus seminiferus. Akibat adanya sel-sel spermatogenik di sisi lateral dan di sisi basalnya, maka bentuk sel sertoli menjadi tidak teratur. Sel-sel sertoli mempunyai 3 fungsi utama ; (1) pelindung, penyokong dan pengatur nutrisi sel-sel spermatogenik yang sedang berkembang, (2) fagositosis, yaitu dengan membuang kelebihan sitoplasma spermatid dalam proses spermiogenesis (perubahan bentuk spermatid menjadi spermatozoa), (3) sekresi, yaitu sel-sel sertoli mensekresi sekret untuk transpor spermatozoa. B. DUKTUS GENITALIA INTRATESTIS Saluran intratestis meliputi tubulus rektus, rete testis, vas eferens dan epididimis. Saluran ekstratestis meliputi vas deferens dan urethra. Tubulus Rektus Tubulus rektus merupakan bagian akhir dari tubulus seminiferus yang merupakan saluran pendek yang lurus dengan lumen sempit. Saluran itu dilapisi oleh sel epitel kubus dengan satu flagel. Tubulus rektus bermuara pada rete testis yang merupakan saluran-saluran yang saling beranastomosis. Rete Testis Rete testis terdapat pada bagian mediastinum testis. Rete testis dilapisi oleh epitel kubus. Dari rete testis keluar 10-20 vas eferens. Vas Eferens Vas eferens terletak dalam jaringan ikat epididimis. Vas eferens dilapisi oleh epitel kubus dan berganti menjadi epitel kolumnar bersilia setelah mendekati epididimis. Di bawah lapisan epitel terdapat lamina propria dengan jaringan ikat padat dan otot polos (lamina proprianya tipis.).

Epididimis Epididimis merupakan satu saluran panjang yang sangat berkelok-kelok, dengan panjang sekitar 4-6 m. Saluran yang panjang ini dengan jaringan ikat membentuk korpus dan ekor epididimis. Kaput epididimis berisi vas eferens. Epididimis dilapisi oleh epitel berlapis semu kolumnar dengan sel-sel kolumnar yang sangat panjang dengan stereosilia yang panjang dan sel basal yang kecil. Lamina proprianya tipis dengan jaringan ikat dan otot polos. Segerombol spermatozoa dapat terlihat dalam lumen epididimis. C. DUKTUS GENITALIA EKSTRA TESTIA Saluran ekstratestis meliputi vas deferens dan urethra. Vas deferens merupakan saluran lurus yang keluar dari ekor epididimis. Saluran ini berdinding tebal terdiri dari lapisan mukosa yang tipis dan lapisan muskularis yang tebal dan dikelilingi oleh lapisan adventisia. Lapisan epitelnya merupakan epitel berlapis semu kolumnar dengan stereosilia.. Sel kolumnarnya lebih pendek dibandingkan sel kolumnar epididimis. Lapisan ototnya terdiri dari lapisan otot polos yang tipis dengan susunan longitudinal di bagian dalam dan luar dan tengahnya merupakan lapisan otot yang tebal dengan susunan sirkuler. Lapisan mukosanya pada vas deferens awal membentuk vili-vili sederhana, tetapi pada bagian ampula, vas deferens melebar, dan terdapat vili-vili yang membentuk kripta-kripta yang bercabang-cabang sehingga lumennya semakin besar. Bagian yang membentuk kripta-kripta itu merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret yang penting untuk kehidupan spermatozoa. Pada bagian akhir ampulla, saluran itu bersatu dengan kelenjar vesikula seminalis dan selanjutnya salurannya mengecil dan masuk ke dalam prostat dan bermuara pada urethra. Bagian yang masuk prostat dinamakan duktus ejakulatorius, dengan lapisan mukosa sama dengan pada ampula tetapi tanpa lapisan otot. D. Histologi Penis Penis terdiri atas 3 massa silindris dari jaringan erektil, uretra dan diluarnya diliputi dengan kulit (terdiri dari epidermis dan dermis). Jaringan erektil meliputi sepasang korpus kavernosum dan korpus spongiosum yang di dalamnya terdapat uretra. Di bagian luar korpus dikelilingi oleh jaringan ikat padat yaitu tunika albuginea. Di luar tunika albuginea terdapat jaringan ikat longgar dan Di dalam korpus terdapat banyak trabekula (gabungan jaringan ikat kolagen, elastin dan otot polos). Di tengah korpus kavernosum terdapat arteri.

E. KELENJAR GENITALIA TAMBAHAN Kelenjar-kelenjar reproduksi jantan meliputi vesikula seminalis, prostat dan bulbourethralis. Vesikula seminalis terdiri dari 2 saluran yang sangat berkelok-kelok dengan panjang 15 cm. Lapisan mukosa dibatasi oleh epitel berlapis semu silindris. Lapisan epitelnya membentuk kripta-kripta yang saling beranastomose. Epitel terdiri dari sel-sel basar dan lapisan sel kubus atau silindris pendek, yang kaya dengan granula sekret. Lamina proprianya kaya dengan serabut elastin dan dikelilinggi oleh lapisan otot polos yang tipis. Pada lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis. Sekresi yang tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos. Prostat merupakan kumpulan 30 50 kelenjar tubulo-alveoler bercabang yang saluran keluarnya bermuara pada urethra pars prostatika. Prostat menghasilkan cairan prostat yang disimpan dan dikeluarkan pada waktu ejakulasi. Prostat dikelilingi oleh kapsula fibroelastis yang kaya akan otot polos. Kelenjar prostat dibagi menjadi 3 struktur yaitu kelenjar mukosa, kelenjar submukosa dan kelenjar utama. Kelenjar-kelenjar itu bermuara pada urethra pars prostatika. Pada usia di atas 40 tahun, kelenjar mukosa dan submukosa sering mengalami hipertrofi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan urethra. Kelenjar bulbouretralis merupakan bentukan seperti kacang polong yang terletak di belakang uretra pars membranosa dan bermuara ke dalam uretra tersebut. Kelenjarnya merupakan kelenjar tubuloalveoler. Kelenjar dikelilingi oleh jaringan ikat dan otot lurik. Unit sekresinya bervariasi struktur dan ukuran. Kebanyakan merupakan alveoli dan yang lain merupakan tubular. Sekresinya terutama adalah mucus. Sel-sel sekretori berbentuk kubus atau silindris pendek. Kelenjar litter terletak di bawah lamina propria uretra dan di atas trabekula. Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel epitel berlapis silindris atau berlapis semu silindris, dengan sel-sel superfisialnya menghasilkan mukus.

GANGGUAN MENSTRUASI 1. Amenore Amenore primer adalah tidak terjadinya menarke sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder sedangkan amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi. Amenore bersifat fisiologik pada perempuan usia prapubertas, hamil dan pascamenopause, diluar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi atau abnormalitas dari sistem reproduksi. Amenore merupakan gejala dan bukan merupakan suatu penyakit. Penyebab amenore dapat fisiologik, endokrinologik, organik atau akibat gangguan perkembangan. 2. Sindrom Pramenstruasi Adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan psikologis yang terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah menstruasi dimulai. Biasanya terjadi 1-14 hari sebelum menstruasi dimulai. Gejala somatik Perut kembung Kikuk Jerawat Konstipasi atau diare Intoleran terhadap alkohol Sakit kepala Payudara membesar dan Edem perifer lunak Peningkatan BB

Gejala emosional Kecemasan Permusuhan Perubahan libido Insomnia Depresi Mudah tersinggung Lelah Tidak dapat konsentrasi Gejala-gejalanya sangat bervariasi, sehingga tidak ada satupun pengobatan yang efektif bagi semua perempuan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk sedapat mungkin meredakan gejala-gejala yang paling jelas. Intervensi yang sederhana seperti latihan fisik, mengubah pola makan, menghindari garam, alkohol dan kafein dapat menyebabkan perbaikan yang dramatis. Merubah gaya hidup untuk mengurangi stress juga dapat memperbaiki gejala. 3. Dismenore Adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. Dismenore primer apabila tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklus ovulatorik. Penyebabnya adalah adanya peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator kimia/hormon didalam tubuh yang menimbulkan kontraksi pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadi proses iskemia dan nekrosis pada sel dan jaringan. Gejala utama dismenore primer adalah; a) Nyeri dimulai pada saat mualai menstruasi b) Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik atau menetap dapat berlangsung dalam beberapa jam/hari c) Kadang gejala tersebut lebih dari 1 hari tapi tidak lebih dari 72 jam d) Gejala sistemik; mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosi Dismenore sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks atau penyakit radang panggul. 4. Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) Definisi : Perdarahan uterus abnormal (lama,banyak & panjangnya) yg terjadi sematamata krn ggn fungsional mekanisme kerja poros H-H-O-E, tanpa adanya kelainan organik organ reproduksi dan penggunaan kontrasepsi atau pengobatan hormonal. Klasifikasi PUD berdasarkan usia : PUD perimenars,reproduksi, perimenopause berdasarkan kausa : PUD ovulatorik, anovulat, folikel persisten berdasarkan kadar Hb : ringan,sedang,berat berdasarkan gej.klinik : akut dan kronik Penyebab

kelainan fungsi salah 1 tempat dari sistem sumbu H-H-O Patofisiologi : pengaruh hormon E & P tdk bekerja sesuai fase-2 yg sehrsnya Gambaran klinik: pengeluaran darah dr uterus yg menyalahi ciri-2 haid normal Diagnosis : anamnesis,pem.fisis,pem ginekologi, pem penunjang,penentuan ovulasi 5. Perdarahan Uterus Abnormal Terminologi Pola Menoragia Aliran menstruasi yang banyak atau lama Hipomenore Aliran menstruasi tidak seperti biasanya, sedikit;bercakbercak Metroragi perdarahan kapanpun diantara periode Polimenore periode menstruasi yang berkali-kali Menometroragi perdarahan dengan interval yang iregular,jumlah dan lamanya bervariasi Oligomenore perdarahan menstruasi dengan interval lebih dari 35 hari Perdarahan kontak perdarahan setelah koitus, disebabkan oleh erosi, polip servical, vaginitis, atau servisitis.