BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI MASYARAKAT

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 78

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

KEPALA DESA KETEP KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KETEP NOMOR 4 TAHUN 2016 T E N T A N G BADAN USAHA MILIK DESA DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 38 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik. melalui peningkatan pendapatan dan memberikan

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

KEPALA DESA JOJOGAN KECAMATAN WATUKUMPUL KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA JOJOGAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN ROGOJAMPI KEPALA DESA ROGOJAMPI JL.KH.ZAINUDIN NOMOR : 07 NOMOR TELEPON : ( 0333 ) R O G O J A M P I

PERATURAN DESA SAMPANG KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PENDIRIAN DAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB II KAJIAN TEORITIS

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2017

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SALINAN KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA KALIGONDO NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN SUMBER PENDAPATAN DESA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 15 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPALA DESA SUKARAJA KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA CIPTA BINA MANDIRI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

La m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa BUMDesa didirikan dengan kesepakatan melalui musyawarah desa yang ditetapkan dengan peraturan desa. BUMDesa sebagai penghubung antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan mengelola potensi desa untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hasil usaha BUMDesa dimanfaatkan untuk pengembangan usaha, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa. BUMDesa merupakan lembaga ekonomi yang berdirinya harus didasari oleh adanya potensi ekonomi, sehingga sumber daya yang penting dalam mendorong pelaksanaan kebijakan. 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dinyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. BUMDesa menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa yaitu Badan Usaha 25 Puguh Budiono, Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa Jurnal Politik Muda. Volume 4 Nomor 1, Januari-Maret 2015. Surabaya: Airlangga University Press. 2015, hlm. 121

Milik Desa selanjutnya disebut BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Pasal 1 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, yang menyatakan bahwa BUMDesa adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. BUMDes merupakan badan usaha yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pasal 87 Undang-Undang tentang Desa tersebut mengatakan bahwa Desa dapat mendirikan BUMDesa. Keberadaan BUMDesa tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDesa sebagai badan hukum, dibentuk

berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Tujuan pendirian BUMDesa antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Namun penting disadari bahwa BUMDesa didirikan atas prakarsa masyarakat didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain, pendirian BUMDesa bukan merupakan paket instruksional yang datang dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten. Jika yang berlaku demikian dikawatirkan BUMDesa akan berjalan tidak sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDesa mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Di samping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDesa dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu: 1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama 2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil) 3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom) 4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy) 6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes. 7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota). 26 Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan BUMDesa adalah suatu badan usaha yang didirikan atau dibentuk secara bersama oleh masyarakat dan pemerintah desa dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat dalam rangka memperoleh keuntungan bersama sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Desa. Empat tujuan utama pendirian BUMDesa adalah: 1. Meningkatkan perekonomian desa. 2. Meningkatkan pendapatan asli desa. 3. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan. 27 Tujuan pendirian Badan Usaha Milik Desa, yaitu: 28 1. Meningkatkan perekonomian desa. 2. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa. 3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. 4. Mengembangkan rencana kerjasama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga. 26 Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, Memahami Dan Mengerti Badan Usaha Milik Desa, melalui bumdes http://www.indonesianotarycommunity.com/ diakses tanggal 12 Maret 2017 Pukul 20. 00 Wib. 27 Ibid. 28 Pasal 3 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa)

5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga. 6. Membuka lapangan kerja. 7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan, dan pemerataan ekonomi desa. 8. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional dan mandiri. Mencapai tujuan BUMDesa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDesa akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDesa. Dinyatakan di dalam undang-undang bahwa BUMDesa dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Maksud kebutuhan dan potensi desa adalah:

1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok. 2. Tersedia sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar 3. Tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat 4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi. 29 BUMDesa merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang dimaksud dengan usaha desa adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain: 1. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya. 2. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa. 3. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan. 4. Perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis; 5. Industri dan kerajinan rakyat. 30 Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDesa atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam maupun luar desa). Demikian pula, pemerintah desa ikut berperan dalam pembentukan BUMDesa sebagai badan hukum yang berpijak pada tata aturan perundangan yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan pendirian BUMDes adalah sebagai suatu badan usaha yang dapat memberdayakan berbagai potensi usaha masyarakat di desa, mendukung pelaksanaan pembangunan di desa dan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan. 29 Ibid. 30 Ibid.

B. Dasar Hukum Mendirikan Badan Usaha Milik Desa Pengaturan mengenai pendirian BUMDesa diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa: a. Pasal 87 ayat (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDesa; ayat (2) BUMDesa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan; (3) BUMDesa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa; ayat (2) Pendirian BUMDesa (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 89 hasil usaha BUMDesa dimanfaatkan untuk: 1) Pengembangan usaha; dan 2) Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. c. Pasal 90 : Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUMDesa dengan: 1) Memberikan hibah dan/atau akses permodalan; 2) Melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan 3) Memprioritaskan BUMDesa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa; a. Pasal 132 : (1) Desa dapat mendirikan BUMDesa. (2) Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan peraturan Desa. (3) Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. (4) Organisasi pengelola BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas: a) penasihat; dan b) pelaksana operasional. (5) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa. (6) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala Desa. (7) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan Desa dan lembaga kemasyarakatan Desa. b. Pasal 133 :

(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132 ayat (4) huruf a mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha Desa. (2) Penasihat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan meminta penjelasan pelaksana operasional mengenai pengurusan dan pengelolaan usaha Desa. c. Pasal 134 : Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132 ayat (4) huruf b mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDesa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. d. Pasal 135 : (1) Modal awal BUMDesa bersumber dari APB Desa. (2) Kekayaan BUMDesa merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. (3) Modal BUMDesa terdiri atas: a) penyertaan modal Desa; dan b) penyertaan modal masyarakat Desa. (4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berasal dari APB Desa dan sumber lainnya. (5) Penyertaan modal Desa yang berasal dari APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat bersumber dari: a) dana segar; b) bantuan Pemerintah;

c) bantuan pemerintah daerah; dan d) aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa. (6) Bantuan Pemerintah dan pemerintah daerah kepada BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan huruf c disalurkan melalui mekanisme APB Desa. 3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. a. Pasal 88 : (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDesa. (2) Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati melalui Musyawarah Desa. (3) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa. b. Pasal 89 : a. Pokok bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (2) meliputi : a) organisasi pengelola BUMDesa; b) modal usaha BUMDesa; dan c) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.

b. Selain pokok bahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Musyawarah Desa dapat menentukan pokok bahasan lain perihal pendirian BUMDesa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat. C. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa. C. Peran Pemerintah Desa dalam Pembentukan Badan Usaha Milik Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pasal 1, ayat (2) tentang Desa menjelaskan, bahwa Pemerintah Desa adalah penyelenggaran urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sedangkan penyelenggaranya adalah Pemerintah Desa, yaitu Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain. Dimana, dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa tersebut berdasarkan asas : Kepastian Hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektifitas, dan efisiensi, kearifan local, keberagaman, dan partisipatif. Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, maka pemerintah Desa memiliki fungsi salah satunya : melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, dan melaksanakan pembinaan perekonomian Desa. 31 Memperhatikan besarnya peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam hlm. 51. 31 Moch Solekhan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, 2014,

memberikan alternatif pada beberapa program pendampingan maupun hibah, maka perlu adanya konsep pengelolaan yang baik meliputi : 32 1. Pengelolaan BUMDes harus secara terbuka, dan dapat diketahui oleh masyarakat. 2. Pengelolaan BUMDes harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa dengan mengikuti kaidah dan peraturan yang berlaku. 3. Masyarakat desa terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan. 4. Pengelolaan BUMDes harus memberikan hasil dan manfaaat untuk warga masyarakat secara berkelanjutan. Peran pemerintah Desa dalam mengelola BUMDes yaitu mendirikan, berpartisipasi dalam mengendalikan program kerja yang diselenggarakan BUMDes dalam melakukan kerjasama pengelolaan hasil BUMDes untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Bukit Lau Kersik seperti pemberian pinjaman modal usaha. Keterlibatan perangkat Desa Bukit Lau Kersik dalam pengelolaan BUMDes adanya pengawasan, pengontrolan dan evaluasi dari program BUMDes. Perangkat Desa Bukit Lau Kersik menjalankan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus dan menjalankan kehendak masyarakat terutama dalam mengembangkan BUMDes. Dalam implementasi BUMDes maka terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh pemerintah desa dalam pengembangan BUMDesa, seperti keterlambatan pencairan dana yang digunakan dalam pengembangan BUMDesa. Sehingga pengembangan BUMDesa 32 Ibid, hlm.7

dirasakan lamban dan masyarakat kurang berpartisipasi dalam memelihara BUMDes yang sudah ada, tetapi masalah yang dihadapi pemerintah desa tidak sebagai patokan dalam penyelengaraan kegiatan di desa Bukit Lau Kersik karena dapat di komunikasikan antar pemerintah Desa dan Bumdes, karena BUMDesa bertujuan memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat, sehingga terdapat empat poin peran pemerintah Desa Bumiaji dalam mengelola BUMDesa yaitu: 33 1. Sebagai fasilitator yaitu pelaksanaan program kerja pemerintah desa, memberi fasilitas BUMDesa. 2. Peran pemerintah Desa sebagai mediator yaitu berperan dalam memberikan pelatihan dan motivator terhadap Pengurus BUMDesa. 3. Sebagai pengelolaan yaitu berperan aktif melaksanakan program pembangunan Desa dalam memberikan sosialisasi kepada masing-masing pengurus BUMDesa agar mampu mengelola BUMDesa sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. 4. Sebagai pemberdayaan yaitu untuk melakukan pengelolaan BUMDesa sesuai standar operasional Prosedur (SOP). Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan BUMDes diharapkan mampu memaksimalkan potensi 33 Ibid, hlm.15

masyarakat desa dari aspek ekonomi, sumber daya alam, dan sumber daya manusianya. Tugas dan peran Pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri. Pemerintah memfasilitasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUMDes dan selanjutnya, mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa. Masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa (Pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat atau ketua suku, ketua-ketua kelembagaan di pedesaan). Melalui cara demikian diharapkan keberadaan BUMDesa mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas desa yang lebih berdaya.

Adanya BUMDesa juga diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pendapatan desa yang dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat desa serta sebagai upaya untuk mensejahterakan masyarakat desa melalui penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta meningkatkan pendapatan masyarakat desa. BUMDesa sebagai badan usaha yang dapat dibentuk oleh desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka perlu untuk dilakukan analisis lebih lanjut terkait kedudukannya sebagai salah satu subyek hukum di Indonesia agar dapat diketahui hak dan kewajibannya dalam hukum.