BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

APA ITU DAERAH OTONOM?

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO. NOMOR : 30,z TAHUN 2008 TENTANG

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FUNGSI DAN TUGAS KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok. kemudian disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA TEGAL

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan kesejahteraan dan demokrasi di tingkat daerah yang dilaksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada

d) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan e) membina pemerintahan kelurahan di wilayah kerjanya.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN TAMAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

Panduan diskusi kelompok

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA PADANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah

PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN BENGKULU SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO

MEMUTUSKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 3 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 3

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasar Undang-Undang telah ditetapkan sebagai kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(saragih,2005). Dewasa ini kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk padaorganisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Prasojo, dkk,2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.pelayan (aparatur) pemerintahan harus lebih proaktif dan cermat dalam mengantisipasi paradigma baru memasuki era global, agar pelayanannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus bergerak dinamis. Secara umum pelayanan adalah sebuah usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu(moenir,2010:7). Karena pelayanan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, maka pelaksana kebijakan yang melayani masyarakat dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi pelayanan secara maksimal melalui penerapan sistem yang mampu diakses seluruh lapisan masyarakat. 1

Dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, pasca reformasi Indonesia menerapkan asas desentralisasi dengan pemberian otonomi yang luas kepada daerah sampai pada tingkat kabupaten/kota. Tujuan dari pemberian otonomi ini adalah untuk meningkatkan pelayanan serta memangkas panjangnya rantai birokrasi yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat. Menurut Rainer Rohdewohld, desentralisasi ditujukan agar daerah mampu memanfaatkan dan menggali sumber-sumber atau potensi pembangunan daerah dalam rangka mencapai efesiensi dan efektifitas pelayanan publik (Rohdewohld,1995:85). Melalui otonomi daerah, efesiensi dan efektifitas pelayanan publik dapat diwujudkan dengan dasar mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Dewasa ini kualitas merupakan bahasan yang penting dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk pada organisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan system pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hakhaknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Prasojo,dkk, 2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan paradigma Reinventing Government maupun Good Governance, pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari bupati/walikota kepada camat harus dapat memaksimalkan prinsip 4E, yakni efektivitas, efisiensi, equity/keadilan dan ekonomis (Wasistiono,2005).

Munculnya UU No. 22/1999 dan 25/1999 yang disempurnakan dengan UU No. 32/2004 dan 33/2004 mengenai Pemerintah Daerah merupakan jawaban atas berbagai pertanyaan seputar rekonstruksi hubungan pusat-daerah. Produkproduk hukum tersebut menjadi suatu formulasi yang akan memberi warna baru dalam upaya memperbaiki hubungan pusat daerah sebagaimana dijabarkan oleh Pratikno (2003:42-45) antara lain: 1. Mengubah simbolisasi pada nama daerah otonom dengan dihapuskannya istilah Daerah Tingkat (Dati) I dan II dan digantikan dengan istilah yang lebih netral yakni propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini juga untuk menghindari citra bahwa Dati I lebih tinggi dan lebih berkuasa dibandingkan Dati II. 2. Melepaskan intervensi yang kuat pada kabupaten dan kota, sehingga tidak terjadi rangkap jabatan sebagai kepala daerah otonom (local self government) dan kepala wilayah administratif (field administration). 3. Pemilihan bupati dan walikota secara mandiri dan jauh dari campur tangan propinsi maupun pusat. 4. Mengenalkan Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga perwakilan rakyat di tingkat desa. 5. Memberikan keleluasaan kewenangan bidang pemerintahan kepada daerah otonom selain politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, fiskal dan moneter, agama serta kewenangan bidang lain. 6. Kewajiban bagi pemerintah pusat untuk memberikan alokasi anggaran kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang besarnya sekurangkurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri APBN.

7. Semangat pemerataan antar daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Darurat yang besarnya sesuai dengan kondisi keuangan tahunan. Pada tingkat Kabupaten/kota, struktur pemerintahan yang menjadi subordinasi pemerintah kabupaten/kota adalah pemerintahan kecamatan. Pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi lebih dibutuhkan perannya sebagai perpanjangan tangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana kewenangan saat ini sudah banyak berada pada level pemerintah kabupaten/kota, konsekuensinya dimana pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi penting sebagai pilar pelayanan kepada masyarakat. Kecamatan menjadi lembaga yang strategis dalam mengelola dan melayani kepentingan masyarakat. Kecamatan merupakan sebuah organisasi yang hidup dan melayani kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan perangkat kecamatan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan seperti penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan termasuk didalamnya melaksanakan tugas pelayanan serta melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh bupati atau walikota.camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh kepala daerah.urutan dalam tata kerja Kecamatan dan fungsi kecamatan sebagai berikut: a. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat. b. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

c. Pengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan. d. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. e. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan g. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil Menengah h. Pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum, keagrariaan dan kependudukan. i. Pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan partisipasi masyarakat. j. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan. k. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya yangberada di wilayahnya. l. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. m. Pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga kecamatan. n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain camat, sekretaris camat, ada bagian tata pemerintahan kecamatan yang memiliki tugas untuk melakukan urusan pemerintahan dan pembinaan dan

pemerintahan desa/kelurahan, untuk menjalankan tugasnya, tata pemerintahan berpedoman pada ketentuan yang ada, yakni sebagai berikut: a. Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kegiatan bidang pemerintahan. b. Penyusunan program, pembinaan, penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan. c. Fasilitasi pelaksanaan tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga(KK). e. Pelaksanaan upaya kelancaran pemasukan setiap pendapatan daerah yang bersumber dari wilayah kerjanya. f. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansivertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. g. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan. i. Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan. j. Penyusunan program, penyelenggaraan, pembinaan serta inventarisasi sumber sumber pandapatan dan kekayaan desa/kelurahan.

k. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, pemberian bimbingan, supervisi,fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan tertib administrasi pemerintahan desa dan/atau kelurahan l. Pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau kelurahan beserta perangkat desa dan/atau kelurahan. m. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tata pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan. dan n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai tugas dan fungsinya. Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa/kelurahan. Kualitas pelayanan di kecamatan diharapkan akan menjadi lebih baik setelah menjadi perangkat daerah dibandingkan pada saat sebagai perangkat dekonsentrasi yang pengaturannya sangat sentralistik. Sebab tujuan pemberian otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien, ekonomis dan demokratis (Suwandi,2002;4). Oleh karena itu, pemberian kewenangan pemerintahan secara penuh kepada daerah kabupaten/kota dimaksudkan karena daerah itu lebih dekat kepada masyarakat sebagai pihak yang dilayani dan diberdayakan. Asumsinya semakin dekat jarak antara pelayan dan yang dilayani maka pelayanan akan sesuai dengan harapan masyarakat. Apabila pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat maka diharapkan kualitas pelayanan akan menjadi lebih baik. Dengan demikian pembentukan suatu perangkat daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan apabila dihubungkan

dengan tujuan tersebut, maka perubahan apapun atas status kecamatan seharusnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi kecamatan dalam pelayanan publik. Sesuai dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, maka seluruh kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan keputusan tersebut di tingkat pemerintahan kecamatan masing-masing. Namun sampai dengan saat ini (2014) masih banyak pemerintah daerah yang belum menerapkan kebijakan tersebut. Beberapa kendala yang umum ditemui dalam penerapan tersebut adalah minimnya sumber daya manusia, koordinasi yang masih belum padu antara pemerintah kabupaten/kota dengan kecamatan, dan manajemen administrasi yang masih belum tertata dengan rapi. Beberapa persoalan yang muncul tersebut merupakan konsekuensi dari penerapan kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) yang mendorong kecamatan untuk mampu menjalankan fungsi pemerintahan lebih luas dan dan dengan kewenangan yang lebih besar.konsep PATEN secara substantif merupakan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintah daerah ke kecamatan yang diatur melalui peraturan daerah setempat. Pendelegasian ini meliputi tugas secara substantif, administrasi dan teknis. Selanjutnya kecamatan dituntut utnuk memiliki kriteria-kriteria khusus dalam menjalankan fungsinya, misalnya dalam bidang administratif dijalankan dengan adanya standar pelayanan administratif dan uraian tugas personil. Standar pelayanan tersebut meliputi

a. jenis pelayanan; b. persyaratan pelayanan; c. proses/prosedur pelayanan; d. pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan; e. waktu pelayanan; dan f. biaya pelayanan. Dengan penerapan PATEN ini diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat lebih dimaksimalkan dan semakin dekat dengan masyarakat. Dengan begitu besarnya tanggung jawab yang berada di kecamatan, pemerintah daerah harus melaksanakan beberapa persiapan-persiapan yang terukur dan terarah dalam penerapan kebijakan tersebut. Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu Kota di wilayah Propinsi Sumatera Utara yang saat ini sedang mengarahkan kebijakan pelayanan masyarakat di tingkat kecamatan melalui program PATEN tersebut. Melalui Peraturan Walikota (Perwal) Padangsidimpuan No 3 Tahun 2014, pemerintah Kota Padangsidimpuan bermaksud untuk melaksanakan kebijakan PATEN secara menyeluruh di seluruh kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan. Menyadari arti penting keberadaan pemerintah kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan, koordinasi, dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemerintahan dilingkungan kerjanya, serta mengacu pada berbagai fenomena yang timbul akibat penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, maka penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap persiapan kebijakan PATEN (pelayanan administrasi terpadu kecamatan) di Kota Padangsidimpuan

dengan melihat faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun kendala dalam penerapan serta efektivitas pelayanan publik di kecamatan. 1.2. Perumusan Masalah Sesuai dengan pada latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong maupun penghambat dalam Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan. 2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa saja saja yang menjadi pendorong maupun penghambat Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.

1.4. Manfaat Penelitian Pada penelitian ini, manfaat yang diharapkan mampu untuk dihasilkan antara lain: 1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah kepustakaan studi pembangunan, khususnya pada pembangunan aparatur birokasi pemerintahan dan manajemen pembangunan pemerintahan daerah di tingkat kecamatan. 2. Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan Persiapan Kebijakan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan. 3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan kajian kebijakan publik dan studi pembangunan pemerintahan di tingkat kecamatan.