IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG

There are no translations available.

KETENTUAN ASAL BARANG IJEPA DAN TATACARA PENGISIAN FORM IJEPA BANDUNG, 17 NOVEMBER 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2017, No Harmonized System 2017 dan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature 2017, perlu melakukan penyesuaian terhadap komitmen Indonesia berdasar

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, telah dijadwalkan skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan antara Republik Indonesi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005

Slide untuk eksternal BC

2016, No c. bahwa Menteri Perdagangan melalui surat Nomor: 330/M- DAG/SD/4/2016 tanggal 14 April 2016 hal Permohonan Perubahan Peraturan Menter

2017, No b. bahwa sehubungan dengan pemberlakuan ketentuan mengenai sistem klasifikasi barang berdasarkan Harmonized System 2017 dan ASEAN Har

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-55/BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

: bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah, penetapan Terbanding atas Pembebanan, yaitu berupa:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997

Putusan Nomor : Put-68162/PP/M.IXB/19/2016. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

PERUBAHAN PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL (OCP) MENGENAI KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

bahwa sebagai contoh yang tertulis di Form E dan Invoice/Packing List, secara jelas dapat dilihat;

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

Direktorat Teknis Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG

2 Perdagangan, yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk steel wire rod; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil penyeli

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.04/2010 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN TERHADAP AUTHORIZED ECONOMIC OPERATOR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.011/2013 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Ne

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/MPP/Kep/2/2002 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL ("CERTIFICATE OF ORIGIN")

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap tarif bea masuk karena

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. b. bahwaa. Komite. pengenaan. Indonesia (KPPI), Masuk.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG

2018, No Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000

Direktorat Teknis Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN ( DALAM SATU NASKAH )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rules Of Origin (RoO) Sebagai Alat Proteksi Industri Dalam Negeri Dalam FTA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put-51936/PP/M.XVIIA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR PELUMAS

Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 106/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR KEMBALI BARANG YANG TELAH DIEKSPOR

PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN SISTEM KLASIFIKASI BARANG DAN PEMBEBANAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR

PEDOMAN PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAFIA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BM 0% (fasilitas ATIGA) BM 5% Rp ,00

FASILITAS KEPABEANAN :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

Daftar Isi. User Manual. Sistem e-sm untuk Eksportir VERSI 1.0

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Tentang : Prosedur Impor Limbah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

PERUBAHAN PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL (OCP) MENGENAI KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-DAG/PER/6/2005 TANGGAL 10 JUNI 2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR INTAN KASAR

Transkripsi:

IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT Kurniawan, SE ASBTRAK Skema FTA pada dasarnya ditujukan untuk pengaturan penurunan dan/atau penghapusan tarif bea masuk, sebagai wujud dari berkembangnya liberalisasi ekonomi dunia, sehingga tariff barriers dan non- tariff barriers dapat dihilangkan atau dikurangi karena dianggap sebagai penghambat bagi kelancaran arus barang dalam rangka perdagangan internasional. Untuk dapat menikmati skema FTA, pengusaha pengirim barang yang terlibat harus mengajukan dokumen surat keterangan asal (SKA) kepada instansi penerbit yang ditunjuk oleh pemerintah di negara asal barang. Dokumen FTA merupakan pernyataan bahwa barang ekspor telah memenuhi ketentuan asal barang (origin criteria rules), ketentuan pengiriman barang (direct transportation rules) dan prosedur penerbitan (prosedural provision). Keyword: fta, origin criteria, direct transportation, procedural provision Pengertian dan Manfaat FTA Free Trade Agreement (FTA) adalah perjanjian antara dua negara atau lebih untuk membangun sebuah area perdagangan bebas, dimana perdagangan dalam bentuk barang dan jasa dapat dilakukan dengan melampaui batas- batas umum (misalnya geografis), tanpa tarif atau penghalang. FTA ditujukan untuk memungkinkan perkembangan bisnis menjadi lebih cepat diantara negara- negara yang melakukan kesepakatan, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat dalam FTA. Skema FTA pada dasarnya ditujukan untuk pengaturan penurunan dan/atau penghapusan tarif bea masuk, sebagai wujud dari berkembangnya liberalisasi ekonomi dunia, sehingga tariff barriers dan non- tariff barriers dapat dihilangkan atau dikurangi karena dianggap sebagai penghambat bagi kelancaran arus barang dalam rangka perdagangan internasional. FTA membawa dampak ekspansi perdagangan dunia, menghilangkan hambatan 1

perdagangan berupa tarif dan non- tarif diantara anggota. Insentif tari akan menguntungkan eskportir, karena meningkatkan daya saing dibanding tanpa FTA yang mungkin terkena tarif tinggi. Insentif ini akan juga memberikan margin keuntungan yang lebih besar kepada eksportir, selain konsumen mendapatkan harga yang lebih murah. Skema Free Trade Agreement Yang Diberlakukan di Indonesia Berikut adalah perjanjian kerjasama perdagangan bebas (FTA) antara Indonesia secara bilateral maupun multilateral melalui ASEAN No Jenis FTA Ratifikasi Mulai Berlaku Dasar Hukum 1, AFTA / ATIGA (ASEAN Free Trade Area/ ASEAN Trade in Goods Agreement) 2. AC- FTA (ASEAN China Free Trade Agreement) 3. AK- FTA (ASEAN Korea Free Trade Agreement) 4. IJ- EPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement) 5. AI- FTA (ASEAN India Free Trade Area) 6. AANZ- FTA (ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area) 7. IPPTA (Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement) Kepres No.85/1995 Perpres No.2/2010 Kepres No.48/2004 Perpres No.37/2011 Perpres No.12/2007 Perpres No.36/2008 Perpres No. 40/2010 Perpres No. 26/2011 Perpres No. 98/2012 1 Januari 1993 125/PMK.010/2006 27/PMK.010/2017 21 Juli 2004 235/PMK.011/2008 26/PMK.010/2017 1 Januari 2007 236/PMK.011/2008 24/PMK.010/2017 1 Juli 2008 95/PMK.011/2008 209/PMK.011/2012 8 September 2012 144/PMK.011/2010 27/PMK.010/2017 10 Januari 201 166/PMK.011/2011 28/PMK.010/2017 18 Januari 2013 26/PMK.011/2013 Penerimaan Dokumen SKA / Form FTA Untuk dapat menikmati skema FTA, pengusaha pengirim barang yang terlibat harus mengajukan dokumen surat keterangan asal (SKA) kepada instansi penerbit yang ditunjuk 2

oleh pemerintah. Dokumen FTA merupakan pernyataan bahwa barang ekspor telah memenuhi ketentuan asal barang (rules of origin). Dalam FTA, kantor pabean berperan sebagai receiving authority yaitu pihak yang menerima, meneliti, memverifikasi dan menetapkan diterima atau tidaknya SKA. Pada dasarnya, hal- hal yang diteliti terkait SKA mencakup pemenuhan kriteria asal barang, pemenuhan kriteria pengiriman, dan prosedur penerbitan SKA. Pemenuhan syarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kriteria Asal Barang (origin Criteria), merupakan kriteria dasar yang harus dipenuhi apakah barang tersebut memiliki bahan baku, dibuat atau berasal dari suatu negara. Kriteria asal barang tersebut meliputi: a. barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi di satu Negara Anggota (Wholly Obtained atau Wholly Produce). Wholly Obtained, pengertiannya yaitu barang yang diimpor sepenuhnya dihasilkan, diambil dan atau diproduksi di satu negara, misalnya produk mineral, hewan, tanaman dan atau agrikultur yang dipelihara dan atau diambil di negara pengekspor. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : i. Produk Tanaman yang dipanen atau dihasilkan di satu negara pengekspor ii. Binatang hidup yang lahir dan dibesarkan di satu negara pengekspor. iii. Produk diperoleh dari binatang hidup di satu Negara Anggota pengekspor. iv. Produk diperoleh dari hasil berburu atau memancaing di satu Negara Anggota pengekspor (hewan liar hasil tangkapan). v. Produk Mineral yang diekstak/diambil dari tanah, perairan, dasar laut /dibawahnya (Minyak mentah, dll.) vi. Produk diperoleh dari hasil penangkapan ikan and produk lainnya diambil dari laut lepas oleh kapal yang terdaftar di satu negara anggota (ikan ditangkap di laut lepas) vii. Scrap, sisa dan produk yang hanya cocok dibuang atau tujuan daur ulang. 3

viii. barang yang diproduksi di satu negara anggota, semata- mata dari produk sebagaimana dimaksud di atas (Daging yang dihasilkan dari sapi yang dipotong). b. barang yang diproduksi di Negara Anggota dengan hanya menggunakan bahan originating dari satu atau lebih Negara Anggota. c. barang yang proses produksinya menggunakan Bahan non originating dengan hasil akhir memiliki: i. kandungan regional atau bilateral yang mencapai sejumlah nilai tertentu yang dinyatakan dalam presentase; atau ii. kandungan Bahan non originating yang tidak melebihi nilai tertentu yang dinyatakan dalam persentase; Dalam skema ATIGA (AFTA) batas minimalnya adalah 40% sehingga diberi kode Regional Value Content (40%) dari nilai FOB. Hal ini berbeda dengan batasan minimal pada skema ASEAN- India FTA, yaitu 35% (RVC 35%). d. barang yang proses produksinya menggunakan bahan non originating dan seluruh bahan non originating tersebut harus mengalami perubahan klasifikasi (Change in Tariff Classification/CTC) yang meliputi: i. Change in Chapter (CC), yaitu perubahan pada bab, yaitu 2 (dua) digit pertama pada HS; ii. Change in Tariff Heading (CTH), yaitu perubahan pada pos, yaitu 4 (empat) digit pertama pada HS; atau iii. Change in Tariff Sub Heading (CTSH), yaitu perubahan pada subpos, yaitu 6 (enam) digit pertama pada HS). Kriteria origin CTC disediakan untuk mengakomodasi adanya tranformasi substansi yang menggunakan material/bahan baku non- origin, yaitu material yang tidak berasal/tidak diimpor dari negara anggota satu skema FTA. Namun demikian perlu diingat bahwa proses transformasinya tetap dilakukan di negara anggota skema FTA. e. barang yang proses produksinya menggunakan bahan non originating dan 4

bahan non originating tersebut mengalami perubahan melalui proses tertentu (specific process) sesuai masing- masing perjanjian atau kesepakatan internasional. Artinya peraturan yang mengatur secara spesifik bahwa barang yang diimpor telah berubah pada klasifikasi tarif pos atau di proses dengan cara tertentu yang memenuhi kriteria regional value content atau kombinasi dari semua kriteria sebelumnya. Bahan atau barang originating merupakan bahan atau barang yang memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) sesuai masing- masing perjanjian atau kesepakatan internasional yang disepakati. Sedangkan bahan atau barang non originating merupakan bahan atau barang yang tidak memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) sesuai masing- masing perjanjian atau kesepakatan internasional yang disepakati. 2. Kriteria Pengiriman Langsung (Direct Transportation Rule), adalah metode pengiriman barang dari negara asal ke negara tujuan apakah memenuhi ketentuan pengiriman langsung yang diatur dalam Operasional Certification Procedure (OCP), yaitu : a. barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA ke dalam daerah pabean. b. Barang impor dikirim dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA melalui negara lain (transit atau transhipment) dengan ketentuan: i. Tidak terjadi proses pengolahan di negara transit, kecuali proses bongkar muat, penyimpanan/proses lain yang ditujukan untuk menjaga kualitas dan/atau keamanan barang; ii. iii. Tidak ada proses jual beli atau kegiatan komersial di negara transit dan dilakukan semata- mata karena pertimbangan geografis, ekonomis, dan keperluan logistik. Untuk memenuhi ketentuan mengenai kriteria pengiriman langsung melalui negara lain (transit atau transhipment), importir harus 5

menyerahkan dokumen- dokumen yang membuktikan bahwa barang yang diimpor telah memenuhi kriteria pengiriman langsung kepada Pejabat Bea dan Cukai dan dapat dilengkapi dengan dokumen dari institusi kepabeanan negara transit yang menyatakan bahwa barang tersebut tidak mengalami proses apapun kecuali proses bongkar dan muat, penyimpan, atau proses lainnya yang ditujukan untuk menjaga kualitas dan/atau keamanan barang, dan ditambah dengan dokumen pendukung: Through Bill of Lading yang diterbitkan di negara pengekspor; salinan komersial invoice asli dari barang yang bersangkutan; dokumen pendukung lainnya serta dokumen dari instansi kepabeanan negara transit 3. Ketentuan Prosedural (Procedural Provisions), Proses penerbitan, masa berlaku, format dan hal- hal lain terkait administrasi SKA sebagaimana diatur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Ketentuan Penerbitan SKA: i. SKA diterbitkan oleh Instansi Penerbit/Issuing Authority yang telah ditunjuk di negara masing- masing. ii. iii. iv. SKA dibuat dalam bahasa Inggris, terdiri dari 3 (tiga) lembar (kec Form AI 4 (empat) lembar), satu lembar asli (original) dan dua copy (duplicate dan triplicate). Lembar asli dikirim oleh eksportir kepada importir untuk diserahkan kepada kantor pabean di pelabuhan pemasukan (negara pengimpor). kolom- kolom pada SKA diisi sesuai ketentuan pengisian pada halaman sebaliknya SKA (overleaf notes) Pada setiap lembar SKA tertera nomor referensi dan terdapat tanda tangan dan stempel resmi dari Instansi Penerbit/Issuing Authority. Untuk Form AANZ dan Form JIEPA tanda tangan dan stempel dapat dilakukan secara elektronik. 6

v. Ditandatangani oleh eksportir. vi. vii. Diterbitkan dalam batasan waktu tertentu, untuk SKA berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan. dicantumkan kriteria asal barang untuk tiap- tiap jenis barang dalam hal SKA mencantumkan lebih dari 1 (satu) jenis barang. viii. ix. SKA diterbitkan menjelang, (kecuali untuk Form AK dan AI diterbitkan sama dengan tanggal B/L) atau tidak lebih dari tiga hari kerja setelah tanggal eksportasi. Dalam hal SKA tidak dapat diterbitkan dalam lebih dari 3 hari setelah tanggal eksportasi (kecuali untuk Form AK apabila tidak dapat diterbitkan segera setelah pengapalan), dengan alasan tertentu yang dapat diterima, maka penerbitan SKA dapat dilakukan selama satu tahun sejak tanggal eksportasi dengan diberi tulisan/cap ISSUED RETROACTIVELY atau untuk Form IP ISSUED RETROSPECTIVELY. b. Dalam hal SKA hilang atau rusak sebelum diserahkan kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk penyelesaian impor, maka eksportir atau agen yang ditunjuknya dapat mengajukan permohonan kepada Instansi Penerbit/Issuing Authority di negara pengekspor untuk menerbitan copy SKA (Certified True Copy), dengan ketentuan: i. Memenuhi ketentuan penerbitan; ii. diberi tulisan/cap "CERTIFIED TRUE COPY" dalam kotak yang telah disediakan pada lembar SKA; iii. dicantumkan tanggal sesuai tanggal penerbitan SKA asli yang hilang atau rusak; dan iv. diterbitkan dalam jangka waktu paling lama satu tahun sejak tanggal penerbitan SKA asli yang hilang atau rusak. c. Dalam hal terdapat kesalahan pengisian SKA, koreksi atas pengisian harus dilakukan dengan cara : i. Melakukan koreksi dengan cara: 7

mencoret (striking out) data yang salah; menambahkan data yang benar; dan disetujui oleh pejabat yang berwenang untuk menandatangani SKA dan disahkan oleh Instansi Penerbit/Issuing Authority. ii. Menerbitkan SKA baru (Form JIEPA). iii. Khusus Form D, dapat dilakukan dengan kedua cara tersebut. 4. Back To Back / Movement Certificate of Origin, Instansi penerbit SKA di negara transit yang merupakan Negara Anggota dapat menerbitkan SKA Back- To- Back atau Movement Certificate dengan ketentuan : a. SKA Back- To- back atau Movement Certificate dibuat berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama; b. Dalam hal informasi pada SKA Back to back atau Movement Certificate diragukan atau tidak lengkap, untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi, Importir wajib menyerahkan lembar copy SKA dari negara pengekspor pertama jika Pejabat Bea dan Cukai memintanya. c. Masa berlaku SKA Back to Back atau Movement Certificate sampai dengan masa berlaku SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama; d. Jumlah barang yang tercantum pada SKA Back- to- Back atau Movement Certificate tidak boleh melebihi jumlah barang yang tercantum pada SKA pertama; dan e. Nama eksportir yang tercantum pada SKA Back- to- Back atau Movement Certificate harus sama dengan nama importir yang tercantum pada SKA pertama. f. Barang yang akan diekspor dengan menggunakan SKA Back To Back atau Movement Certificate, tidak melewati proses pengolahan lebih lanjut di negara pengekspor kedua, kecuali: i. untuk pengemasan kembali atau kegiatan- kegiatan logistik seperti pembongkaran, pemuatan kembali, penyimpanan; dan/atau 8

ii. kegiatan operasional lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas produk ataupun untuk keperluan pengangkutan ke negara pengimpor; 5. Third Country (Party) Invoicing, adalah invoice yang diterbitkan oleh perusahaan yang berlokasi di negara ketiga (baik negara anggota atau negara bukan anggota) atau oleh eksportir yang berlokasi di negara anggota yang bertindak atas nama dan untuk kepentingan perusahaan lain di negara anggota tersebut. Penerbitan SKA nya berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Untuk SKA yang menggunakan third party invoice harus dicantumkan dalam SKA dengan bentuk: diberi tanda ( ) pada box SUBJECT OF THIRD- PARTY INVOICE pada kolom 13 SKA atau stempel dengan tulisan THIRD- PARTY INVOICE. b. Nama perusahaan dan nomor invoice dari pihak ketiga harus dicantumkan pada SKA dengan ketentuan: nomor invoice yang dikeluarkan oleh pihak ketiga (negara yang melakukan transaksi) dicantumkan pada kolom 10 SKA (Form JIEPA di kolom 7) dan nama penjual pihak ketiga dicantumkan dibawah uraian barang pada kolom 7 SKA (Form JIEPA di kolom 4). 6. Penggunaan SKA untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat menggunakan Pemberitahuan Impor Barang, atau Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dan Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat dengan dengan ketentuan sebagai berikut: a. harus melampirkan Lembar asli SKA, atau certified true copy (apabila SKA asli rusak atau hilang). b. SKA harus masih berlaku pada saat Pemberitahuan Impor Barang atau Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean. c. Importir harus mencantumkan nomor referensi dan tanggal SKA, serta kode Tarif Preferensi pada Pemberitahuan Impor Barang, atau Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dan Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat. d. Importir yang pada saat penyerahan Pemberitahuan Impor Barang atau 9

Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat: i. tidak memiliki SKA; atau ii. memiliki SKA namun tidak menyampaikannya, dianggap tidak menggunakan Tarif Preferensi dalam importasinya. Kesimpulan 1. Kriteria Asal Barang (origin Criteria), merupakan kriteria dasar yang harus dipenuhi apakah barang tersebut memiliki bahan baku, dibuat atau berasal dari suatu negara yang meliputi: Wholly Obtained atau Wholly Produce, diproduksi di Negara Anggota dengan hanya menggunakan bahan originating dari satu atau lebih Negara Anggota, Bahan non originating dengan batas minimalnya adalah 40%, harus mengalami perubahan klasifikasi (Change in Tariff Classification/CTC), dan mengalami perubahan melalui proses tertentu (specific process). 2. Kriteria Pengiriman Langsung (Direct Transportation Rule) dengan ketentuan: barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA, pengiriman langsung melalui negara lain (transit atau transhipment) dilengkapi dengan dokumen dari institusi kepabeanan negara transit yang menyatakan bahwa barang tersebut tidak mengalami proses apapun kecuali proses bongkar dan muat, penyimpan, atau proses lainnya yang ditujukan untuk menjaga kualitas dan/atau keamanan barang. 3. Ketentuan Prosedural (Procedural Provisions), Proses penerbitan, masa berlaku, format dan hal- hal lain terkait administrasi SKA sebagaimana diatur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: ketentuan penerbitan oleh instansi penerbit dan format dokumen SKA, ketentuan penerbitan apabila SKA salah data, rusak atau hilang. 4. Instansi penerbit SKA di negara transit yang merupakan Negara Anggota dapat menerbitkan SKA Back- To- Back atau Movement Certificate. 5. Penerbitan SKA dapat diberikan untuk invoice yang diterbitkan oleh perusahaan yang berlokasi di negara ketiga (baik negara anggota atau negara bukan anggota) atau oleh 10

eksportir yang berlokasi di negara anggota yang bertindak atas nama dan untuk kepentingan perusahaan lain di negara anggota tersebut. Daftar Pustaka World Trade Organization, Agreement on Rules of Origin. World Trade Organization, The Revised Kyoto Convention. ASEAN, The Agreement on The Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme For The ASEAN Free Trade Area (AFTA). ASEAN, The Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation among the Government of the Members Countries of the Association of Southeast Asian Nations and the People s Republic of China. ASEAN, Agreement on Trade in Goods under the Framework Agreement on Comprehensive Cooperation among the Government of the Members countries Of The Association Of Southeast Asian Nations And The Republic Of Korea. ASEAN, The Agreement on Trade in Goods under the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of India. Japan Customs, The Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic Partnership. ASEAN, The Agreement Establishing The Asean- Australia- New Zealand Free Trade Area. Lembaran Negara Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1995 jo. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan Kementerian Keuangan, 205/PMK.04/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka Perjanjian Atau Kesepakatan Internasional 11