BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara dapat menunjang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas maupun instrumen derivatif. Salah satu instrumen di pasar modal yang banyak diminati oleh investor adalah saham. Penjualan saham perusahaan dilakukan untuk mencari dana melalui pasar modal dan untuk mengenalkan perusahaan kepada publik. Menurut Anaroga dan Pakarti (2003) harga pasar saham adalah harga saham pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Dengan demikian, harga pasar saham dapat diartikan sebagai harga jual saham yang terjadi akibat adanya penawaran dan permintaan saham dari para investor yang bertindak sebagai penjual dan pembeli saham. Harga pasar saham ini akan dijadikan tolak ukur oleh investor, untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Investor harus mampu memperhatikan faktor faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Semakin
banyak orang yang membeli suatu saham, maka harganya cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah serta dampaknya, pergerakan suku bunga, dan fluktuasi nilai tukar mata uang (Tarakanita, 2009). Pada umumnya tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Dividen adalah laba yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan sebagiannya akan disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Pengumuman mengenai besarnya dividen yang dibagikan mempunyai pengaruh terhadap harga saham karena adanya kecenderungan pengumuman dividen ini diikuti oleh perubahan harga saham. Dimana bila dividen yang dibagikan meningkat akan diikuti oleh naiknya harga saham, sedangkan bila dividen yang dibagikan tersebut turun maka harga saham akan cenderung turun pula. Gejala naik turunnya harga saham ini timbul karena investor memandang pengumuman tentang besarnya dividen tersebut sebagai suatu tanda atau
informasi mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian dividen dapat dipakai oleh manajemen sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan kepada investor mengenai pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Dividend Payout Ratio merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dari masingmasing perusahaan. Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) menetukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Van Horne, 1998). Penetapan Dividend Payout Ratio (DPR) harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang
terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan investasi apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi. Selain DPR, variabel lain yang diteliti adalah Dividen per Lembar Saham atau Dividend per share (DPS). Dividend per share (DPS) dipilih dengan pertimbangan, semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham bagi pemilik, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal inilah yang mempengaruhi investor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Pendapatan bagi pemegang saham di lihat dari pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari besarnya dividend per share. Dividend per share adalah salah satu indikator keuangan yang banyak diperhatikan oleh para investor dalam pertimbangan berinvestasi dalam sebuah perusahaan karena dividend per share menghitung seberapa besar dividen yang akan dimiliki. Perusahaan Manufaktur adalah salah satu sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Di Indonesia telah banyak berdiri sejumlah perusahaan manufaktur yang memproduksi barang untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat Indonesia yang berperan sebagai konsumen. Perusahaan manufaktur adalah sebuah industri yang bekerja untuk menghasilkan suatu barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, di mana proses produksi dilakukan untuk mengubah bahan baku/mentah menjadi barang jadi atau siap untuk digunakan. Proses
produksi itu sendiri dilakukan secara mekanis atau fisik, dan melibatkan sejumlah peralatan modern. Tahun 2010, kontribusi investasi industri manufaktur mencapai sekitar 40-50 persen dari total realisasi investasi sebesar Rp208,5 triliun atau meningkat dari tahun 2009 yang hanya 30-40 persen. Sektor industri yang paling banyak berkontribusi sepanjang 2010 adalah industri makanan dan minuman sebesar Rp16,41 triliun dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), sedangkan dari penanaman modal asing (PMA) mencapai USD1,03 miliar. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri yang mengalami penurunan diantaranya adalah kertas dan barang dari kertas sebesar 6,74 persen, mesin listrik dan perlengkapan sebesar 6,18 persen dan industri pakaian jadi sebesar 4,58 persen, dan tekstil sebesar 0,54 persen. Penurunan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) kuartal I-2010 cukup bagus apabila dibandingkan dengan di 2009 yang mengalami penurunan produksi mencapai tujuh persen. Menurut data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mengalami peningkatan pada kuartal pertama 2010 sebesar 4,08 persen dibandingkan dengan kuartal I-2009. Peningkatan pertumbuhan produksi banyak didukung oleh beberapa sektor industri, yakni kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan sebesar 26,43 persen, dan sektor kendaraan bermotor selain roda empat atau lebih sebesar 16,71 persen. Kemudian sektor kulit dan barang kulit dan alas kaki yang mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen, sektor makanan dan minuman naik sebesar 10,51 persen, dan barang galian bukan logam naik sebesar 9,38 persen. Industri manufaktur diperkirakan dapat tumbuh 4,8 persen dalam lima tahun ke
depan atau pada 2010-2014. Selama periode 2010-2014, industri manufaktur nonmigas akan tumbuh semakin mendekati pertumbuhan PDB. Pertumbuhan industri manufaktur dipacu oleh pertumbuhan industri alat angkut, mesin, dan peralatannya, industri makanan dan minuman, industri pupuk dan industri tekstil dan produk tekstil. Berikut adalah Tabel 1.1 yang menyajikan data mengenai harga saham, rasio pembayaran dividen (DPR), dan Dividend Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang membagikan dividennya pada tahun 2007-2009. Nama Perusahaan Tabel 1.1 Tabel Harga Saham, DPR, dan DPS Harga Saham Rasio Pembayaran Dividen (%) Dividen Per Lembar Saham (Rp) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1. Aqua 111.640 135.000 244.800 171 19,58 24,7 8593 1225 1800 Golden Mississi Tbk 2. Multi 49.795 70.650 165.523 89,56 154,3 77,36 3587 16280 12500 Bintang Indonesia Tbk 3.Merck 53.000 4.460 74.238 57,57 121,05 54,51 2300 5329 3570 Tbk 4. Delta Djakarta Tbk 16.179 31.325 76.857 48,26 66,98 120,25 1426 3503 9500 Sumber : www.idx.co.id Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa harga saham mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya yang diikuti dengan naik turunnya rasio DPR dan DPS. Harga saham perusahaan manufaktur yang terdiri dari PT. Aqua Misissi, PT. Multi Bintang Indonesia dan PT. Delta Djakarta mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Sedangkan harga saham PT.Merck pada tahun 2007 sebesar Rp. 53000 mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi Rp.4460.
Peningkatan rasio pembayaran dividen (DPR) tiap tahunnya juga diikuti oleh peningkatan besarnya dividen per lembar saham (DPS) yang dibagikan. Rasio pembayaran dividen (DPR) PT. Multi Bintang Indonesia, PT. Merck dan PT. Delta Djakarta mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Rasio DPR PT.Merck pada tahun 2007 sebesar 57,57 % mengalami peningkatan menjadi 121,05 %. Dan DPS PT. Merck juga mengalami peningkatan dari Rp. 2300 pada tahun 2007 menjadi Rp. 5329 pada tahun 2008. Sedangkan PT Aqua Misissi mengalami penurunan menjadi 19,58 % pada tahun 2008 yang diikuti dengan menurunnya DPS menjadi Rp. 1225 pada tahun 2008. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan menitikberatkan pada aspek rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan tahun 2007-2009 yaitu dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen dan Dividen Per Lembar Saham Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
Apakah Rasio Pembayaran Dividen (DPR) dan Dividen per Lembar Saham (DPS) berpengaruh terhadap Harga Saham perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh rasio pembayaran dividen dan dividen per lembar saham terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. b.bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan dengan penelitian sejenis. c.bagi Investor Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada saham suatu perusahaan untuk meraih return yang tinggi.
d.bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan.