BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan salah satu sarana pokok dalam ikut serta. dalam pembangunan mental, karena agama memberikan pedoman dan

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009, hlm Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam AlQur an, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

íóñúýóúö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ãöäúßõãú æóçáøóðöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò. 2

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus mencari kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang manusia dengan segala aspeknya. Nilai suatu bangsa terletak dari kualitas sumber daya manusia yang menjadi warga Negara. Semakin baik kualitas manusianya, bangsa tersebut semakin memiliki peluang besar menuju kemajuan dan kemakmuran. Dalam rangka mencapai tujuan nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, yang berupaya mencapai masyarakat adil dan makmur baik jasmani maupun rohani, perlu adanya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, guna memenuhi kebutuhan pembangunan dewasa ini dan masa yang akan datang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut yaitu melalui pendidikan. Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Selanjutnya dalam Islam pendidikan dipahami sebagai sebuah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam terhadap peserta didik, melalui proses pengembangan fitrah, agar memperoleh keseimbangan hidup dalam semua aspeknya. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa jalur pendidikan di Indonesia terbagi kedalam tiga jalur, yaitu jalur pendidikan 1 Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: Pustaka Educa 2010) hlm. 31 1

sejenis. 3 Aktualisasi dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diatas, formal, non formal dan informal. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan yang dimaksud pendidikan non formal yaitu, jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 2 Hal ini ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 26 disebutkan bahwa Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/ atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selanjutnya, pada pasal 2 dinyatakan, Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis ta lim, serta satuan pendidikan yang diharapkan terimplementasi dalam berbagai model dan bentuk pendidikan di Indonesia. Salah satu bentuk pendidikan non formal yang ada di Indonesia yaitu Panti Asuhan, sebagai salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang sosial, Panti Asuhan tidak hanya sebatas memberikan pelayanan tempat tinggal maupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi anak asuh, melainkan lebih menekankan kepada pemberian layanan pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan yang tidak didapatkan secara penuh pada pendidikan formal. Pentingnya pendidikan keagamaan pada lembaga non formal di tegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 30 yang berbunyi: 1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota 2 Ara Hidayat, Imam Machali, 2010. hlm, 46 3 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 20 2

masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama; 3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal. 4 Pelaksanaan Pembelajaran agama Islam dilingkungan Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak diluar jam sekolah diberikan secara kontinyu, yaitu dengan dua cara pokok yakni teori dan praktek, teori yaitu dengan pembekalan lewat pengajian-pengajian, yaitu berupa pengajian kitab kuning dan Al-Qur an. Sedangkan praktek yaitu dengan pengamalan-pengamalan ilmu berupa kegiatan keagamaan yang ada di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak seperti sholat berjamaah, kerja bakti, ziarah kubur dll. Metode pembelajaran yang digunakan mengadopsi sistem pendidikan yang ada di pondok pesantren yaitu dengan metode pengajaran seperti sorogan,bandongan, halaqah, 5 dan hafalan. Pembelajaran agama Islam yang ada di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak merupakan proses internalisasi nilai-nilai kehidupan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam masuk kedalam diri dan pribadi anak asuh sehingga nilai-nilai tersebut akan terinternalisasi sebagai kebutuhan dasar yang diperlukan oleh anak-anak asuh. Sehingga pendidikan agama perlu ditanamkan pada anak-anak mulai sejak dini, karena pada masa ini potensi yang dimiliki oleh seorang anak berkembang dan itu semua ditentukan oleh pendidikannya. Namun pada masa ini, tidak semua anak mendapatkan pendidikan secara penuh, diantaranya yaitu anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar, dan anak jalanan. Akibatnya banyak anak-anak mengalami putus sekolah dan tidak mampu untuk 4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 24 5 Sorogan artinya belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru untuk mempelajari suatu materi pelajaran sehingga terjadi interaksi lansung dan saling mengenal diantara keduanya. Bandongan adalah model pengajian yang dilakukan seperti kuliah terbuka yang diikuti oleh kelompok santri sejumlah 100-500 atau lebih. Halaqah artinya model pengajian yang umumnya dilakukan dengan cara mengitari gurunya. para santri duduk melingkar untuk mempelajari atau mendiskusikan suatu masalah tertentu dibawah bimbingan seorang guru. Lihat Ahmad Mutohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, Pesantren Ditengah Arus Ideologi-Ideologi Pendidikan, Ikhtiar Memotret & Mencari Formulasi Baru Sistem Pendidikan Pesantren dalam Berbagai Ideologi Pendidikan Kontemporer. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007) hlm. 27 3

melanjutkan sekolahnya karena permasalahan biaya. Salah satu upaya yang harus dilakukan agar tumbuh kembang anak serta pendidikanya terjamin yaitu dengan cara menempatkan anak-anak pada tempat pengasuhan, baik yang bersifat pribadi maupun lembaga sosial, yaitu agar kebutuhan anak, baik fisik, mental sosial maupun pendidikanya dapat terpenuhi. Karena dalam Islam, anak-anak yang membutuhkan pengasuhan seperti anak yatim, piatu dan yatim piatu mendapatkan kedudukan yang sangat istimewa, hal ini tercermin dari banyaknya ayat Al-Qur an yang menjelaskan tentang anak yatim, baik masalah pendidikan maupun hak-hak mereka, seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2:220! #$%& 0%&,-. / ' )*+ '29 : /%<5= '12345678 ABCD '@ 6 >? 5 E % FD /48 L0%& '29HI#JK >? 2? G EETUQRB9 SMN6 PG? Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Al- Baqarah 2:220) Ayat ini mengandung pengertian bahwa mengurus urusan anak yatim secara patut adalah baik, termasuk pendidikan dan tingkah laku anak yatim yaitu agar mereka terdidik, terbentuk, dan berkiprah di masyarakat. Oleh sebab itu, para pengasuh hendaknya berusaha memikul tanggung jawab dengan baik terhadap pendidikan mereka, dengan cara yang benar agar mereka dapat memberikan peran dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlandaskan iman, moral, pendidikan yang utama, dan nilai-nilai Islam yang tinggi. Salah satu yang menjadi hal yang sangat mendasar adalah perhatian terhadap proses belajar-mengajar yang tercipta dari komunikasi antara pendidik 4

dan peserta didik. Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkunganya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainya. 6 Proses pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 7 Menurut Mulyasa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu. 8 Dalam penelitian ini maksud pembelajaran merupakan yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran, yaitu metode pembelajaran. Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk 6 Heru Murgiarso, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2006) hlm. 8 7 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm, 57 8 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep, Karakteristik dan Implementasi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 100 5

lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin. 9 Proses pembelajaran yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan non formal biasanya dilaksanakan secara apa adanya, sehingga dalam proses pembelajaran khususnya di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak seringkali muncul permasalahan, baik permasalahan itu muncul dari anak asuh maupun permasalahan yang berasal dari luar anak asuh seperti pendidik, metode dll. Sebagai contoh permasalahan yang muncul dari faktor pendidik salah satunya disebabkan dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik belum banyak mengembangkan metode pembelajaran yang ada, mereka masih mengajar dengan cara-cara tradisional mengikuti cara-cara mengajar pendahulunya sehingga proses pembelajaran berjalan membosankan. Sedangkan faktor yang muncul dari anak asuh, salah satunya yaitu masalah psikologis (jiwa), yang seringkali berhubungan dengan minat dan motivasi anak asuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mustaqim dalam buku Psikologi Belajar bahwa selain kondisi fisik anak didik, kondisi psikologis perlu di perhatikan, salah satu yang menjadi sebab terganggunya psikologis anak didik adalah faktor lingkungan yang berupa keluarga, tempat tinggal, serta keadaan ekonomi keluarga. 10 Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih luas lagi beberapa masalah pembelajaran agama Islam yang terjadi di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Problematika Pembelajaran Agama Islam Di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. 9 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Grup dan LSIS, 2008), hlm. 17-18 10 Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm. 64 6

B. Rumusan Masalah Untuk memfokuskan pembahasan masalah dalam skripsi ini maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana problematika Pembelajaran Agama Islam yang terjadi di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak? 2. Bagaimana solusi untuk menanggulangi problem Pembelajaran Agama Islam yang terjadi di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Berpijak dari beberapa pokok penelitian di atas, maka tujuan Penelitian skripsi ini adalah: a. Mengetahui proses Pembelajaran agama Islam yang terjadi di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. b. Mengetahui problem-problem yang muncul dalam proses Pembelajaran agama Islam di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. c. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak untuk mengatasi problemproblem yang muncul dalam proses Pembelajaran Agama Islam di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. 2. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui problematika pembelajaran agama Islam yang terjadi di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran agama Islam di Panti Asuhan Darunnajah Mranggen Demak. c. Untuk memberikan kontribusi terhadap literatur yang sudah ada selama ini. 7