BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu. komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu merupakan harapan dan dambaan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. Dari survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

` 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Era baru bangsa Indonesia diawali dengan lahirnya Era Reformasi. Era ini

KESEJAHTERAAN GURU. A. Pengertian Kesejahteraan. Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Kegunaan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. strategis terhadap pencapaian tujuan dari program-program yang telah ditetapkan oleh sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

2/9/2014. BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Permasalahan & Solusi) PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

NERIS PERI ARDIANSYAH,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Agar terhindar dari kesalahpahaman dari judul yang dikemukakan, maka

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan tinggi saat ini terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai kebutuhanpun semakin

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang, bahkan kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17). Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus menerus mengupayakan kemajuan pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik fisik maupun spiritual. Meskipun demikian, kualitas pendidikan di Indonesia belum memperlihatkan hasil yang maksimal yang dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), dalam bidang pendidikan Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke- 37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Masih menurut survey dari lembaga yang sama, Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). 1

2 Menurut Suseno (2006) rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat dikategorikan dalam 2 (dua) permasalahan yaitu : Pertama, masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem pendidikan. Kedua, masalahmasalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas tenaga pengajar, rendahnya kesejahteraan tenaga pengajar, rendahnya prestasi siswa, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan (adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja), mahalnya biaya pendidikan dan sebagainya. Permasalahan yang tercakup dalam aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi. Proses belajar di Perguruan Tinggi sangat berbeda dengan belajar di tingkat pendidikan sebelumnya. Mahasiswa harus mengikuti kuliah secara tertib, mempelajari bukubuku yang pada umumnya tertulis dalam bahasa asing, harus menghafalkan berbagai macam teori dan pengertian, harus melakukan penelitian di laboratorium atau perpustakaan. Tanggung jawab belajar hampir seluruhnya dipercayakan pada mahasiswa itu sendiri. Pengajar atau dosen hanya memberikan dasar-dasar pengetahuan saja, sehingga para mahasiswa harus betul-betul mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk belajar. Hal seperti ini pula berlaku di Fakultas

3 Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung bahwa mahasiswanya harus beradaptasi dengan proses belajar mengajar yang tentunya baru dan berbeda dengan yang diperoleh selama masih di jenjang pendidikan sebelumnya. Pada Fakultas Psikologi dari semester satu sampai semester tiga, proses belajar dilakukan dengan mengikuti perkuliahan tatap muka di dalam kelas. Pada semester empat mata kuliah praktikum mulai diberikan. Mata kuliah praktikum yang ada di Fakultas Psikologi memuat mata kuliah psikodiagnostik, pada mata kuliah tersebut mahasiswa harus mengikuti perkuliahan dari mulai psikodiagnostika I sampai psikodiagnostika VIII. Mata kuliah psikodiagnostik sering dianggap mata kuliah yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada mata kuliah lainnya. Pada mata kuliah praktikum mahasiswa melakukan berbagai aktivitas seperti: berlatih dan berperan menjadi seorang tester ataupun observer (role play), mempraktekkan hasil role play terhadap subjek yang akan dijadikan Objek Penelitian (OP), kegiatan feedback terhadap hasil role play maupun hasil pengambilan data (responsi), dan melakukan skoring/penilaian terhadap hasil pengambilan data. Proses belajar yang dilakukan seorang mahasiswa akan berbeda dengan mahasiswa lainnya sehingga prestasi belajar seorang mahasiswa pun akan berbeda dengan prestasi belajar mahasiswa lainnya. Prestasi belajar yang diperoleh oleh mahasiswa secara kuantitatif terlihat dari nilai IPK yang diperolehnya. Sebagai contoh, diambil sampel nilai IPK mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2007 sebagai berikut:

4 Tabel 1.1 Perbandingan nilai IPK mahasiswa angkatan 2007 IPK Kelas A Kelas B Total Σ % Σ % Σ % > 3,00 15 50 14 39 29 44 < 3,00 15 50 22 61 37 56 Jumlah 30 100 36 100 66 100 Dari tabel 1.1 diketahui bahwa persentase mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2007 yang memiliki IPK kurang dari 3,00 menunjukkan angka yang lebih besar yaitu 56% bila dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki IPK lebih dari 3,00 sebanyak 44%. Evaluasi diri yang pernah dilakukan oleh pihak Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung menunjukkan bahwa program studi psikologi masih dihadapkan pada banyak masalah yang berkenaan dengan keberhasilan studi mahasiswa. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa psikologi relatif lama di dalam menyelesaikan studinya (10 sd 14 semester). Selain itu, rata-rata IPK mahasiswa pun termasuk rendah (rata-rata 2,52). Permasalahan lain yang muncul adalah tingginya tingkat putus studi mahasiswa, baik karena drop out (DO), cuti, ataupun keluar tanpa pemberitahuan. Berbagai hal tersebut salah satunya menunjukkan tingkat prestasi belajar yang kurang memuaskan dari mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian ini secara khusus menyelidiki faktor-faktor personal dari mahasiswa, baik yang bersifat demografis ataupun psikologis yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dimilikinya. Faktor demografis yang akan diteliti adalah kecerdasan intelektual. Faktor ini diteliti karena diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Hikmawati, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa kecerdasan

5 intelektual memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap prestasi belajar. Hal tersebut terjadi karena menurutnya kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap kecepatan dan efektivitas penerimaan, pengolahan, penilaian, serta penyimpanan bahan ajar. Fakta yang diperoleh dari Laboratorium Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dari hasil psikotes terhadap mahasiswa angkatan 2007-2008 diketahui bahwa sebaran tingkat IQ mahasiswa yang sangat beragam, yaitu berkisar antara 78 sampai 120. Sebagai contoh, diambil sampel nilai IQ mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2008 sebagai berikut: Tabel 1.2 Perbandingan nilai Kecerdasan Intelektual mahasiswa angkatan 2008 IQ Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Total Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % > 110 1 3 4 12 2 6,5 2 6 9 7 90-110 18 56 19 56 23 74 15 44 75 57 < 90 13 41 11 32 6 19,5 17 50 47 36 Jumlah 32 100 34 100 31 100 34 100 131 100 Dari tabel 1.2 diketahui bahwa persentase mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2008 yang memiliki IQ pada kisaran 90 110 menunjukkan angka yang lebih besar yaitu 57%, bila dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki IQ lebih dari 110 sebanyak 7% atau mahasiswa yang memiliki IQ kurang dari 90 sebanyak 36%. Menurut Wechsler (1944: 3) intelegensi adalah suatu agregat atau kapasitas global dari individu untuk dapat bertindak secara rasional dan berhubungan secara efektif dengan lingkungannya. Menurut Hikmawati, dkk (2009) Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam menerima, mengolah, menilai serta menyimpan bahan ajar. Mahasiswa yang mempunyai

6 taraf kecerdasan yang rendah akan mengalami kesulitan di dalam menangkap, memahami, dan menyimpan informasi yang disampaikan oleh dosennya. Bukan hanya itu, ia pun diduga akan kesulitan di dalam menganalisis, membayangkan, dan melakukan penilaian secara logis dan akurat. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi sering ditemukan mahasiswa yang tidak memperoleh prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada mahasiswa yang walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Sebagai contoh, diambil sampel perbandingan nilai IQ dengan IPK mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2007 sebagai berikut: Tabel 1.3 Perbandingan Kecerdasan Intelektual dengan IPK mahasiswa angkatan 2007 IPK Kecerdasan Intelektual (IQ) Total 100 < 100 < 3 3 Total Jumlah 7 15 22 % 14% 30% 44% Jumlah 20 8 28 % 40% 16% 56% Jumlah 27 23 50 % 54% 46% 100.0% Dari tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa dari 44% mahasiswa yang memiliki IQ > 100, sebanyak 14% (7 orang) diantaranya memiliki IPK < 3 dan 30% (15 orang) lainnya memiliki nilai IPK > 3. Hal tersebut memiliki arti,

7 sebagian besar mahasiswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, namun ada sebagian kecil yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Selanjutnya, dari 56% mahasiswa yang memiliki IQ < 100, sebanyak 40% (7 orang) diantaranya memiliki IPK < 3 dan 16% (8 orang) lainnya memiliki nilai IPK > 3. Hal tersebut memiliki arti, sebagian besar mahasiswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang rendah memiliki prestasi belajar yang rendah pula, namun ada sebagian kecil yang memiliki prestasi belajar yang tinggi. Adapun, faktor psikologis yang akan diteliti adalah keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning). Konsep keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning) bersumber dari konsep self regulation yang dikemukakan oleh Bandura (1997), namun sudah dimodifikasi dan dispesialisasi untuk ranah pendidikan. Menurut Zimmerman (2000, dalam Schunk, 2001:1) keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning) adalah usaha yang sistematis untuk mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan untuk mencapai tujuan yang dimiliki. Kemudian, hal tersebut diantaranya dapat dilihat dari adanya usaha melakukan manajemen waktu (time management), menetapkan tujuan belajar (goal setting), menggunakan fasilitas atau jasa tertentu untuk membantu agar aktivitas belajar lebih efektif (help seeking), misalnya dengan memilih model belajar tertentu, memilih guru khusus, atau buku yang dapat membantu dalam proses belajar, serta adanya self efficacy yang tinggi (Zimmerman & Kitsantas, 2005:510-511).

8 Berdasarkan hasil interview dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2007 yang memiliki nilai IPK di atas 3,00 diperoleh informasi bahwa mereka mendapatkan prestasi tersebut bukan hanya mengandalkan kemampuan intelegensi saja, tetapi mereka juga sudah memiliki tujuan yang jelas dalam belajar serta mampu meluangkan waktu untuk mempelajari sendiri materi perkuliahan yang telah diberikan di kelas. Usahausaha yang dilakukan oleh mahasiswa, yang terindikasi sudah mempunyai kejelasan berkaitan dengan orientasi pendidikan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, menurut konsep psikologi pendidikan merupakan indikasi dari adanya keteraturan diri dalam belajar (Self Regulated Learning). Berdasarkan fakta-fakta hasil wawancara dan data dari pihak Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang, memunculkan ketertarikan pada diri peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul Peran kecerdasan intelektual dan keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning) terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. B. Identifikasi Masalah Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor personal dari mahasiswa, baik yang bersifat demografis ataupun psikologis yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dimilikinya. Faktor demografis yang diduga berpengaruh adalah kecerdasan intelektual. Adapun faktor psikologis yang diteliti adalah keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning). Faktor tersebut diduga merupakan variabel antara yang mempengaruhi hubungan faktor-

9 faktor demografis dan prestasi belajar. Dari masalah pokok tersebut dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh tingkat intelegensi dan tingkat keteraturan diri dalam belajar (Self Regulated Learning) terhadap prestasi belajar Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai Peran kecerdasan intelektual dan keteraturan diri dalam belajar (self regulated learning) terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Kajian mengenai konsep keteraturan diri dalam belajar (Self Regulated Learning) dalam penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan berkaitan dengan kajian ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi pendidikan. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan bahan pertimbangan bagi dosen pembimbing, yaitu dalam kaitannya dengan pemberian bimbingan dan konseling belajar kepada mahasiswa sehingga dapat menemukan pendekatan yang tepat. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan bagi program studi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung keberhasilan studi mahasiswa.