terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

implementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB IV. Analisis Hasil Penelitian. A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang berbentuk koperasi dan dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah). BMT terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana non- profit, seperti zakat, infak dan shadaqah. Sedangkan baitu tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Dalam prakteknya BMT bertujuan untuk mengutamakan usaha kecil seperti pedagang sayur, pedagang kelontong dan pedagang-pedagang lainnya seperti yang terdapat dipasar-pasar tradisional. Keberadaan BMT merupakan wujud dari kehidupan masyarakat yang mampu mengatasi kebutuhan masyarakat dengan adanya bantuan permodalan dalam usaha setiap nasabah. Usaha BMT yaitu untuk penyaluran dan pengumpulan dana dari masyarakat untuk nasabah seperti mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil mikro. BMT juga mampu mendorong kegiatan untuk menyambung dan memfasilitasi pembiayaan guna menunjang usaha ekonomi. Adapun sistem Usaha BMT yaitu dengan sistem bagi hasil antara pemberi dana dan pihak BMT tersebut. 1 h. 21 1 Muhammad, Sejarah baitul Mall Wattamwil dan Tabungan BMT (Jakarta : UI Press, 2014), 1

2 Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Pembinaan yang dilakukan oleh BMT melalui kegiatan pelatihan-pelatihan mengenai cara bertransaksi yang islami misalnya supaya ada bukti dari transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, serta jujur terhadap konsumen dan sebagainya. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syari ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syari ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengembang misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat bukan hanya mengenai bagaimana berekonomi yang sesuai dengan syari ah tetapi juga dalam menjalankan kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Masalah lain yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat adalah masyarakat dalam kesehariannya masih harus menghadapi rentenir atau lintah darat. Hal ini disebabkan oleh masyarakat tidak punya pilihan lain dalam memenuhi kebutuhannya, satu-satunya jalan untuk menutupi kebutuhan mereka yang mendesak adalah meminjam uang pada rentenir. Rentenir dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat sangat mudah, tidak perlu ada persyaratan tertentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap pereknomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya sebuah lembaga yang mampu menjawab kebutuhan mendesak dari masyarakat awam yang belum mengerti bagaimana berhubungan dengan bank. Maka dari itu, BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini.

3 BMT harus konsisten dengan beberapa komitmen diantaranya menjaga nilainilai syari ah dalam melaksanakan perannya, BMT juga harus memiliki majelis taklim atau kelompok-kelompok pengajian dalam BMT setidaknya ada biro konsultasi bagi masyarakat bukan hanya berkaitan dengan masalah pendanaan atau pembiayaan namun juga masalah kehidupan sehari-hari. Masyarakat pada umumnya masih asing dalam transaksi dalam lembaga-lembaga keuangan maka dengan adanya biro konsultasi tersebut menjadikan mereka bisa. Baitul Maal Wattamwil (BMT) melakukan jenis kegiatan, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Sebagai Baitul Maal menerima titipan, zakat, infaq dan shadaqah serta mempunyai tabungan yang mana tabungan itu sangat mempermudah masyarakat untuk mewujudkan impiannya salah satunya yaitu Pembiayaan Nikah Pembiayaan ini adalah rencana untuk membantu mereka yang ingin menikah tapi belum mempunyai uang untuk memenuhi keinginan tersebut, maka di Baitul Maal Wattamwil (BMT) mempermudahnya dengan memberikan pembiayaan Nikah salah satu tujuannya adalah membantu keuangan perencanaan nasabah dan tujuan pernikahan beberapa tahun kedepan. Baitul Maal Wattamwil (BMT) Amanah Kota Kendari juga memberikan pembiayaan nikah kepada masyarakat yang berencana menikah yang ditargetkan dua tahun atau tiga tahun lagi akan tertunda, karena alasan belum ada dana, maka angan-angan tersebut akan dipenuhi melalui pembiayaan Nikah tersebut. Keuntungan pembiayaan Nikah sebagai wadah untuk membantu perencanaan keuangan demi membantu keuangan dimasa depan. Sehingga ketika pembiayaan rencana jatuh tempo, maka dana tersebut bisa dipergunakan untuk

4 tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk menikah. Pernikahan merupakan peristiwa sangat penting dalam kehidupan seseorang. Tentunya, membutuhkan pasangan yang akan menikah mendambakan suatu acara pernikahan yang sesuai akan keinginannya untuk mewujudkannya diperlukan keuangan yang matang agar pernikahan yang menjadi impian dapat tercapai. 2 Akan tetapi dalam pemberian pembiayaan Nikah ini kepada Nasabah Baitul Maal Wattamwil, tentunya BMT Amanah Kendari tidak semerta-merta memberikan kemudahan, tanpa mempertimbangkan resiko yang dilakukan oleh pengusaha. Sehingga saya sebagai peneliti ingin menegetahui bagaimana sistem pembiayaan nikah pada Nasabah BMT Amanah kota Kendari, dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah. Sehingga judul yang saya angkat dalam penelitian ini yaitu Sistem Pembiayaan Nikah Perspektif Hukum Islam Studi Kasus BMT Amanah Kota Kendari dari judul tersebut dapat berfikir bahwa pembiayaan tabungan nikah tujuannya tidak lain meningkatkan serta meringankan bagi masyarakat yang ingin menikah yang tidak mampu membiayainya, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta melancarkan kegiatan BMT itu sendiri. B. Fokus Penelitian Berangkat dari latar belakang masalah diatas, peneliti mengarah pada ruang lingkup batasan penelitian perspektif hukum Islam terhadap sistem pembiayaan nikah di BMT Amanah Kota Kendari. 2 Helmi Karim, Fiqhi Muamalah (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2000) h. 56

5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana sistem pembiayaan nikah pada BMT Amanah Kota Kendari? 2. Bagaimana perspektif hukum Islam teradap sistem pembiayaan nikah di BMT Amanah Kota Kendari? D. Defenisi Operasional Mengetahui gambaran dan pengertian yang terkandung dalam judul penelitian ini penulis menguraikan pengertian variable tersebut yang dianggap perlu, hal ini dimaksudkan untuk menghindari maksud dan tujuan tersebut berikut ini adalah defenisi kalimat yang penulis uraikan sebagai berikut: 1. Sistem adalah cara atau proses penentuan rencana yang bertujuan untuk jangka panjang organisasi atau BMT dan disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaiman agar tujuan tersebut dapat dicapai. 2. Pembiayaan adalah salah satu produk yang ditawarkan oleh BMT. Pembiayaan secara umum adalah pendanaan yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investatsi yang telah, baik dilakukan sendiri maupun lembaga, dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam upaya pencapaian target, penulis menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

6 a. Untuk menegetahui sistem operasional pembiayaan nikah khususnya pada BMT Amanah Kota Kendari. b. Untuk mengetahui bagaimana hukum Islam memandang dengan adanya sistem pembiayaan nikah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) kota Kendari 2. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu a. Bagi Penulis, bertambahnya wawasan dan pengetahuan dalam kahazanah ekonomi Islam khususnya perkembangan pembiayaan nikah pada BMT Amanah Kota Kendari. b. Bagi BMT Amanah kota Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai imput atau masukan untuk BMT dalam menyelenggarakan pengembangan pelatihan guna meningkatkan pengembangan produk BMT. c. Bagi kalangan akademik, mahasiswa dan masyarakat, untuk memberikan informasi mengenai, sistem operasional pembiayaan nikah pada BMT dan dapat dijadikan referensi atau acuan dalam peneltian kedepannya, yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

7 BAB II TEORI PUSTAKA A. Kajian Relevan Kajian relevan atau kajian kepustakaan pada intinya dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Kayisul Aroiyah dengan judul skripsi Analisis Pembiayaan dan Tabungan yang dipraktekkan Pada Lembaga Keuangan Syariah Non Bank pada BMT Logam Muliya Grobongan dalam penelitian ini menggambarkan tentang Analisis Pembiayaan dan Tabungan pada BMT,yang mana BMT sebagai lembaga keuangan syariah (Pemain Kecil) menggunakan sistem profit sharing (bagi hasil) dalam perhitungan tabungan dan pada pembiayaan mudharabah hanya saja pada perhitungan pembiayaan dengan menggunakan cara konvensional yaitu pokok pinjaman yang dibayar dengan bagi hasilnya secara bersamaan, pada waktu pembayaran angsuran tanpa memandang apakah usaha nasabah untung atau rugi. Dari hasil analisis praktek pembiayaan pada BMT, BMT Logam Mulia. Menggunakan cara konvensional dengan sistem seperti bunga pada pembiayaan Mudharabah. Meskipun ada akad ada didalamnya. Bagi BMT yang benar-benarmenerapkan akad Mudharabah secara 7