RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 63/PUU-XIII/2015 Ketidaksesuaian Perincian APBN dalam Kasus Lapindo I. PEMOHON 1. H. Sungkono berindak untuk dan atas nama CV. Mitra Jaya; 2. Dwi Cahyani bertindak untuk dan atas nama PT. Victory Rottanindo; 3. Tan Lanny Styawati bertindak dan atas nama PT. Pramono Irindo Jaya; 4. Ir. Marcus Johny Rany MM. bertindak atas nama PT. Oriental Samudra Karya; 5. Ir. Adrian Zukarnain berindak atas nama PT. Supra Indonesia; 6. Ir. Adrian Zukarnain berindak atas nama Melina Dewi; 7. Ir. Adrian Zukarnain berindak atas nama PT. Srikaya Putra Mas; 8. Darwin Nazar bertindak atas nama CV. Airlangga Mabelindo Design; 9. Titik Suwartiningsih bertindak atas nama CV. Karya Kasih Karunia; 10. Andi Susila bertindak atas nama PT. Yamaindo Perkasa; 11. Indira Kusumawardani bertindak atas nama PT. Bina Mandiri Maju Gemilang; 12. Drs. Sugianto Henri Ritonga bertindak atas nama PT. Catur Putra Surya; 13. Tri Budiono Kiswanto bertindak atas nama Agem Setiono Kiswanto; 14. Tikno Santoso bertindak atas nama PT. Arthajasa Primasentosa; 15. Ir. Marcus Johny Rany MM; 16. Sofyan SUdiantyo bertindak atas nama PT. Surya Kencana Rimba Nusantara; 17. Go Umar Sugiarto; 18. Go Umar Sugiarto bertindak atas nama PT. Trivesta Polymas; 19. Jauw Maria E. Andriani Wibisono bertindak atas nama PT. Primafendo Pangan Makmur; 20. Ing. Hidayat K. Bertindak atas nama PT. Kedaung Indah Can Tbk.; 21. Djuwardi bertindak atas nama PT. Kedaung Subur; 22. Hj. Hastuti Murtiningsih bertindak atas nama PT. Teguh Rakhmah Jaya; 23. Drs. Sugianto Henri Ritonga bertindak atas nama Judi Susanto; 24. Yulia Sukarni S.Sos bertindak atas nama Bersatu Sukses Group; 25. Ong Ay Kiong. 1
Kuasa Hukum Mursid Mudiantoro, S.H. dan Mustofa Abidin, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 2 April 2015 II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2015 III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: - Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945); - Setiap ketentuan Undang-Undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Jika terdapat ketentuan dalam Undang-Undang yang bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme pengujian Undang-Undang; IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Para Pemohon adalah para korban yang berasal dari unsur badan usaha dan perorangan yang memiliki tanah dan bangunan yang berada di dalam Peta Area Terdampak (PAT). Para Pemohon merasa bahwa hak konstitusionalnya tidak dilindungi oleh negara khususnya untuk mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum atas pembayaran dan pelunasan tanah dan bangunan di dalam PAT yang dialokasikan dalam APBNP 2015. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Norma materiil yaitu: Pasal 23B ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) (1) Untuk melakukan pelunasan pembayaran kepada masyarakat yang memiliki tanah dan bangunan di dalam peta area terdampak lumpur Sidoarjo dialokasikan dana sebesar Rp. 781.688.212.000,00 (tujuh 2
ratus delapan puluh satu miliar enam ratus delapan puluh delapan juta dua ratus dua belas ribu rupiah). (2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dana antisipasi yang digunakan untuk melunasi pembelian tanah dan bangunan yang terkena luapan lumpur Sidoarjo dalam peta area terdampak yang menjadi tanggung jawab PT. Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo Jaya. (3) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan dalam hal PT. Lapindo Brantas Inc./PT. Minarak Lapindo Jaya tidak dapat membayar pelunasan pembelian atas tanah dan bangunan yang terdapat dalam peta area terdampak berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya Pasal 28H ayat (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun Pasal 28I ayat (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Pasal 23B ayat (1) UU a quo, telah memposisikan dan mengkategorikan kedudukan hukum dari para Pemohon lebih rendah dibandingkan korban Lumpur Sidoarjo dari unsur rumah tangga, karena Pasal 23B ayat (1) yang menempatkan alokasi dana sebesar Rp. 781.688.212.000,00 hanya mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap korban lumpur dari unsur rumah tangga saja, tidak termasuk para Pemohon; 3
2. Ketentuan Pasal 23B ayat (1) UU a quo yang hanya memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap korban dari unsur rumah tangga, padahal baik tanah dan bangunan milik para Pemohon maupun tanah dan bangunan milik korban dari unsur rumah tangga sama-sama terletak di dalam Peta Area Terdampak (PAT) yang jumlah luasan tanah di dalam PAT tersebut seluas 671 Ha. Sehingga dengan demikian Pasal 23B ayat (1) UU a quo bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945; 3. Saat ini, hak milik para Pemohon sama sekali sudah tidak dapat dipergunakan seperti sedia kala, karena hak milik berupa tanah dan bangunan tersebut sudah dipergunakan untuk kolam penampungan lumpur. Dalam posisi yang demikian, negara sampai saat ini masih tidak mau mengakui dan menghormati hak milik para Pemohon hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 28H ayat (4); 4. Ketentuan Pasal 23B ayat (1) UU a quo telah menciptakan dikotomi perlakuan hukum terhadap sesama korban lumpur Sidoarjo yaitu antara para Pemohon dengan korban dari unsur rumah tangga. Padahal konsep dikotomi perlakuan tersebut sudah dibuktikan dalam Putusan MK Nomor 83/PUU- XII/2013 yang melarang adanya dikotomi antara di luar PAT dengan di dalam PAT dalam penanganan masalah lumpur Sidoarjo. 5. Muatan Pasal 23B ayat (2) UU a quo beserta penjelasannya, tidak memposisikan Negara untuk hadir secara penuh dalam rangka penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia terhadap para korban lumpur Sidoarjo. Hal ini dikarenakan makna dari konsep DANA ANTISIPASI dapat diartikan bahwa Negara dengan menggunakan alat kekuasaan memandang korban lumpur Sidoarjo yang di dalam PAT sebagai objek bencana non alam yang dapat tidak segera diatasi dengan secara cepat dan menyeluruh tanpa terkecuali; Sehingga pencairan dana antisipasi tetap menunggu kesiapan dan domain dari PT Lapindo Brantas Inc/PT Minarak Lapindo Jaya,bukan sebagai Dana yang disiapkan sebagai jawaban atas kondisi dan fakta yang sudah mendesak dan terabaikan selama 9 tahun ini; 6. Materi muatan dalam pada pasal 23B ayat (3) UU a quo sudah mengunci hanya untuk memeriksa data milik korban dari unsur rumah tangga dan tidak memeriksa data harta milik para pemohon yang lainnya dan Pasal 23B ayat 4
(3) telah membuktikan bahwa Negara dalam kehadirannya untuk menyelesaikan masalah bencana lumpur Sidoarjo yang berada di dalam PAT tidak didasarkan atas sikap aktif sebagai Negara untuk memberikan perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945;. VII. PETITUM 1. Mengabulkan seluruh permohonan Para Pemohon; 2. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (1) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa Pelunasan Pembayaran kepada masyarakat yang memiliki tanah dan bangunan di dalam PAT adalah Pelunasan Pembayaran untuk tanah dan bangunan milik korban Lumpur Sidoarjo di dalam PAT secara keseluruhan, baik untuk korban dari unsur rumah tangga maupun korban dari unsur pelaku usaha; 3. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (1) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya sepanjang tidak dimaknai bahwa Pelunasan Pembayaran kepada masyarakat yang memiliki tanah dan bangunan di dalam PAT adalah Pelunasan Pembayaran untuk tanah dan bangunan milik korban Lumpur Sidoarjo di dalam PAT secara keseluruhan, baik untuk korban dari unsur rumah tangga maupun korban dari unsur pelaku usaha; 4. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (2) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) bertentangan dengan UUD 1945; 5
5. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (2) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 6. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (3) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai sebagai pemeriksaan yang aktif, obyektif dan transparan terhadap tanah dan bangunan di dalam PAT, baik tanah dan bangunan milik korban lumpur dari unsur rumah tangga maupun korban lumpur dari unsur pelaku usaha; 7. Menyatakan bahwa Pasal 23 b Ayat (3) UU No 3 Tahun 2015 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, sepanjang tidak dimaknai sebagai pemeriksaan yang aktif, obyektif dan transparan terhadap tanah dan bangunan di dalam PAT, baik tanah dan bangunan milik korban lumpur dari unsur rumah tangga maupun korban lumpur dari unsur pelaku usaha; 8. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Bila Majelis Hakim berpendapat lain, Kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 6