BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe-tipe

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi sangat penting pada saat ini, terutama untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, pada Pasal 3 menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang dan sebagai salah satu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

Abstrak Elliot & Mc Gregor (2001) Arief Darmanegara Liem, Ph.D . Winkle (1983) Spearman

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan yang layak di masing-masing bidang. Tetapi struktur

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan tinggi saat ini terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

STUDI KORELASI ANTARA VOCABULARY MASTERY

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi muda bangsa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mempunyai tempat khusus dalam setiap masyarakat, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. (Kagan & Coles, 1972; Keniston, 1970; Lipsitz, 1977, dalam Steinberg, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BABI PENDAHULUAN. Era global temyata membawa dampak bagi kehidupan manusia. Di satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Belajar tidak mengenal usia, sejak dilahirkan ke dunia ini individu sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memberikan kontribusi dalam menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya dan mampu mengembangkan kemampuan intelektual yang mereka miliki dengan optimal. Hal ini mendorong perubahan dalam bidang pendidikan dan pihak sekolah harus berupaya untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa-siswi dengan menciptakan kelas-kelas khusus yang dapat membantu perkembangan para siswa sebagai peserta didik, contohnya kelas akselerasi, kelas bilingual. Tujuan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dalam kelas-kelas tersebut, agar siswa-siswi dapat mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk meningkatkan kompetensi sehingga para siswa tersebut mampu bersaing dalam dunia kerja yang penuh persaingan. Siswa SMA yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akan membutuhkan kompetensi yang dapat mendorong perkembangan kepribadian dan intelektualnya dalam pendidikan yang lebih tinggi nanti. Guna mencapai hal tersebut pihak sekolah memiliki kewajiban untuk menciptakan program pendidikan, termasuk dalam bentuk kelas-kelas khusus untuk dapat meningkatkan keterampilan para siswa-siswinya sehingga mereka siap menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 1

2 SMAK X adalah salah satu sekolah swasta favorit di kota Bandung yang berusaha menjembatani keinginan dari orangtua agar anak-anak mereka dapat mengoptimalkan kemampuannya intelektual dan disertai kedisiplinan terhadap aturan yang ada. Sekolah ini berusaha meningkatkan kedisplinan pada diri siswa-siswi dengan memberikan penilaian sikap, diantaranya kedisiplinan dan diberi huruf mutu dari A hingga D. Penilaian sikap ini akan mempengaruhi kenaikan kelas siswa-siswi tersebut. Guna mengoptimalkan kemampuan intelektual dari siswa-siswi, pihak sekolah berusaha untuk memberikan fasilitas belajar yang lengkap seperti ruang komputer disertai fasilitas internet, pengajar yang sudah berpengalaman, pemadatan waktu belajar di sekolah hanya sampai hari Jumat sehingga siswa diharapkan dapat lebih cepat menyerap materi pelajaran yang diberikan. SMAK X juga berusaha untuk mengoptimalkan kemampuan siswa-siswi yang memiliki ketertarikan pada bidang IPA dan memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik disertai inteletual yang di atas rata-rata, dengan membuka kelas khusus, yaitu kelas bilingual. Kelas bilingual sendiri, adalah kelas yang menggunakan dua bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Melalui kelas bilingual ini, diharapkan para siswa akan memperoleh ilmu sekaligus melatih keterampilan mereka dalam menggunakan Bahasa Inggris. Pengunaan Bahasa Inggris untuk kegiatan belajar-mengajar, terutama pada mata pelajaran-pelajaran IPA (Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika). Meskipun materi yang diberikan sama, namun diberikan lebih cepat di kelas bilingual ini dengan tujuan siswa-

3 siswi kelas bilingual dapat memiliki waktu untuk mengerjakan latihan soal yang lebih banyak sehingga dapat membantu mereka dalam meningkatkan prestasi belajar. Nilai mata pelajaran IPA pada kelas bilingual, merupakan salah satu standar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yang diukur melalui hasil evaluasi belajar per semester dan akan menentukan kenaikan kelas bagi setiap siswa untuk satu tahun ajaran yang telah dilalui, sekaligus menggambarkan kemampuan siswa bersangkutan. Pihak sekolah menetapkan standar berupa nilai rata-rata rapor 6 (enam), nilai pelajaran Bahasa Inggris harus mendapatkan nilai 6 (enam) dan untuk semua pelajaran IPA seperti Biologi, Fisika, Matematika, Kimia harus mendapatkan nilai 6 (enam), aspek Psikomotor harus mendapatkan nilai di atas 6 (enam) atau hanya boleh memperoleh satu nilai di bawah 6 (enam), dan aspek Afektif tidak boleh mendapatkan nilai D lebih dari satu sebagai syarat bagi siswa-siswinya untuk naik kelas. Nilai Psikomotor didapatkan melalui pelajaranpelajaran tertentu yang memberikan tugas praktek kepada setiap siswa misalnya pelajaran Agama dengan tugas menyanyi atau beribadah. Nilai Afektif didapatkan melalui sikap siswa di dalam kelas seperti saat siswa mendengarkan pelajaran, aktif di dalam kelas, mengerjakan tugas yang diberikan guru, sampai kehadiran atau keterlambatan siswa tersebut. Menurut guru BP SMAK X, kelas bilingual di sekolah ini baru memasuki tahun kedua dan siswa-siswi kelas XI bilingual adalah angkatan pertama untuk kelas bilingual. Siswa-siswi yang terpilih untuk masuk kelas bilingual adalah siswa-siswi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dari

4 pihak sekolah yaitu memiliki nilai Bahasa Inggris rata-rata di atas 7 dan harus memiliki standar nilai-nilai pelajaran IPA rata-rata di atas 6. Kelas bilingual di SMAK X kelas XI dikhususkan untuk jurusan IPA. Menurut pihak sekolah, salah satu program belajar kelas bilingual yaitu pemberian mata pelajaran yang lebih cepat pada kelas bilingual ditujukan agar siswa-siswi dapat menunjukkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA yang lebih baik, namun hal ini malah membuat banyak siswa-siswi yang mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru, bahkan ada siswa kelas bilingual yang tidak naik kelas. Pada kenyataannya tidak semua siswa-siswi kelas bilingual memiliki prestasi belajar pada nilai mata pelajaran IPA yang sesuai dengan yang diharapkan pihak sekolah dan tidak semua siswa-siswi kelas bilingual yang aktif di dalam kelas. Ada 2 siswa yang memiliki keinginan untuk mengundurkan diri dari kelas bilingual karena mereka merasa persaingan di dalam kelas bilingual lebih berat dibandingkan kelas yang lain dan mereka kesulitan mengikuti pelajaran yang diberikan. Menurut guru BP yang mendapatkan masukan dari guru-guru yang mengajar kelas bilingual, merasa bahwa situasi saat mengajar di kelas bilingual lebih kondusif dan siswa-siswi kelas bilingual lebih siap untuk memulai proses belajar mengajar dibandingkan kelas reguler. Mereka juga berusaha untuk memahami dan ingin menguasai materi yang diajarkan di kelas, meskipun demikian ada juga beberapa siswa-siswi yang pasif di dalam kelas dan menetapkan tujuan agar tidak mendapatkan nilai yang jelek sehingga dapat naik kelas.

5 Beragamnya tujuan siswa-siswi kelas bilingual dalam belajar dikelas akan dapat mempengaruhi cara belajar maupun prestasi belajar mereka pada setiap pelajaran yang diberikan di sekolah. Tujuan-tujuan siswa kelas bilingual dalam belajar merupakan dorongan yang dapat memacu siswa untuk meraih keberhasilan (Ames, 2002). Tujuan belajar juga terkait dengan achievement goal orientation yang menggambarkan tujuan siswa dalam belajar adalah hal penting untuk melihat kesesuaian proses belajar dengan hasil yang dicapainya Achievement goal orientation secara umum dibagi menjadi dua macam orientasi dalam mencapai tujuan yaitu mastery-goal orientation dan performance-goal orientation, masing-masing memiliki dua dimensi yaitu approach dan avoidance. (Elliot, 1997 ;Pintrich,2000) sehingga achievement goal orientation dapat dibagi menjadi empat tipe achievement goal orientation yaitu mastery-approach goal orientation, mastery-avoidance goal orientation, performance-approach goal orientation, dan performance-avoidance goal orientation. Semua tipe achievement goal orientation bisa saja dimiliki oleh seorang siswa namun yang membedakannya adalah setiap siswa siswi memiliki derajat tipe achievement goal orientation yang berbeda-beda tetapi tetap bertujuan untuk pencapaian prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di sekolah. Penerapan achievement goal orientation pada siswa-siswi kelas bilingual dalam pencapaian prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor selain dari dalam diri, orang tua, guru, teman, maupun lingkungan sekitarnya juga dapat mendukung dan mempengaruhi siswa-siswi tersebut.

6 Beberapa penjabaran perilaku berhubungan dengan tipe-tipe achievement goal orientation. Seorang siswa yang berkeinginan untuk fokus dalam belajar dan memahami pelajaran serta berusaha mengembangkan kemampuannya yang berhubungan dengan materi pelajaran di sekolah, maka siswa tersebut dikatakan memiliki mastery-approach goal orientation. Ketika siswa berkeinginan untuk menghindari kegagalan dalam menguasai materi pelajaran di sekolah, maka siswa tersebut dikatakan memiliki mastery-avoidance goal orientation. Ketika siswa berkeinginan untuk mengerjakan tugas yang diberikan dengan hasil yang lebih baik dari siswa yang lain dan saat ujian siswa tersebut akan berusaha mendapatkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan siswa yang lain, maka siswa tersebut dikatakan memiliki performance-approach goal orientation. Ketika siswa berkeinginan untuk tidak mendapatkan nilai yang paling rendah didalam kelas sehingga siswa tersebut terhindar dari penilaian penilaian negatif ( seperti dianggap paling bodoh, paling tidak memiliki kemampuan dikelas ) oleh guru dan siswa siswi yang lain, maka siswa tersebut dikatakan memiliki performanceavoidance goal orientation. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap sepuluh orang siswa siswi kelas XI bilingual, tiga orang siswa siswi (30%) mengatakan bahwa mereka berusaha untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru dan berusaha untuk mencari materi-materi pelajaran yang lain dengan tujuan untuk melengkapi pemahaman mengenai pelajaran yang diajarkan oleh guru (mastery-approach goal orientation), tiga siswa siswi tersebut memiliki nilai rata-rata atas. Dua orang siswa-siswi (20%) mengatakan bahwa mereka merasa tidak yakin dan tidak dapat

7 memahami semua pelajaran yang diajarkan di dalam kelas (mastery-avoidance goal orientation), satu orang siswa mendapatkan nilai rata-rata bawah dan 1 siswi mendapatkan nilai rata-rata atas. Tiga orang siswa siswi (30%) mengatakan bahwa mereka berusaha dan memiliki keinginan untuk bisa mendapatkan nilai yang terbaik di dalam kelas serta mereka akan merasa bangga bila mendapatkan nilai yang tertinggi di dalam kelas (performance-approach goal orientation), namun hanya satu orang siswi yang mendapatkan nilai rata-rata atas dan dua orang siswa-siswi mendapatkan nilai rata-rata bawah. Dua orang siswa-siswi (20%) mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk tidak mendapatkan nilai yang terendah di dalam kelas (performance-avoidance goal orientation), kedua siswa-siswi tersebut mendapatkan nilai terendah di dalam kelas. Hasil berupa rata-rata ini menggambarkan hasil yang didapat oleh para siswa pada semester pertama, sedangkan untuk semester selanjutnya, yang akan diikuti oleh kenaikan kelas, maka nilai yang dijadikan patokan adalah nilai pelajaran IPA (Fisika, Kimia, Matematika, dan Biologi) dan nilai Bahasa Inggris yang akan diujikan dalan ujian nasional.

8 Guna memperjelas hasil survei awal di atas akan dijelaskan dengan tabel sebagai berikut Tabel 1.1. tabel survei awal Prestasi belajar pada mata pelajaran IPA (Nilai rata-rata) Jumlah Siswa Ratarata atas Achievement Goal Orientation Mastery Orientation Performance Orientation MAP MAV PAP PAV Rataratratratratratrata Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- bawah atas bawah atas bawah atas Ratarata bawah 3 0 1 1 1 2 0 2 Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada siswa-siswi SMAK X kelas XI IPA bilingual memiliki tipe achievement goal orientation yang berbeda-beda dan prestasi belajar pada nilai mata pelajaran IPA yang berbedabeda pula, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai mata pelajaran IPA pada siswa SMAK X kelas XI IPA bilingual di Bandung.

9 1.2. Identifikasi Masalah Masalah yang ingin diteliti ialah apakah ada hubungan antara tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan mata pelajaran IPA pada siswa siswi SMAK X kelas XI IPA bilingual di Bandung. Secara lebih spesifik,penelitian ini ingin menjawab keempat pertanyaan berikut ini : 1. Apakah ada hubungan antara mastery-approach goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA? 2. Apakah ada hubungan antara mastery-avoidance goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA? 3. Apakah ada hubungan antara performance-approach goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA? 4. Apakah ada hubungan antara performance-avoidance goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitan 1.3.1. Maksud Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi

10 belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA pada siswa siswi SMAK X kelas XI IPA bilingual di Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation (mastery-approach orientation, master- avoidance orientation, performance- approach orientation, dan performance-avoidance orientation) dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA (Fisika, Kimia, Matematika, Biologi) pada siswa siswi SMAK X kelas XI IPA bilingual di Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis 1. Memberikan informasi mengenai hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA ke dalam bidang ilmu Psikologi Pendidikan. 2. Memberikan masukan untuk peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA.

11 1.3.3.2.Kegunaan Praktis 1. Memberikan masukan kepada siswa-siswi SMAK X khususnya kelas XI IPA bilingual di Bandung mengenai hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA agar dapat diketahui achievement goal orientation yang sesuai dalam upaya membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik. 2. Memberikan masukan kepada SMAK X (kepala sekolah,guru-guru, dan guru BP) mengenai hubungan antara tipe-tipe achievement goal orientation dengan prestasi belajar pada nilai Bahasa Inggris dan nilai mata pelajaran IPA sehingga mereka dapat membimbing siswa-siswi untuk mengembangkan tipe-tipe achievement goal orientation yang adaptif dalam mengoptimalkan prestasi akademik. 1.5. Kerangka Pemikiran Di masa remaja terjadi perubahan cara berpikir yaitu dari cara berpikir yang kongkrit ke arah cara berpikir yang abstrak sehingga membuat remaja menjadi lebih kritis (Santrock, 2002). Siswa-siswi SMAK X kelas XI IPA bilingual di Bandung bila ditinjau dari usianya berada pada tahap perkembangan masa remaja madya. Dalam tahap perkembangan ini siswa-siswi memiliki tugastugas perkembangan, salah satunya adalah belajar dan berprestasi.

12 Winkel (1987) mengatakan prestasi belajar merupakan hasil belajar akademik yang dicapai siswa. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui melalui proses belajar, dengan menggunakan evaluasi yang mengandung penilaian terhadap hasil belajar maupun proses belajar. Evaluasi yang digunakan seperti tes berfungsi membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam taraf prestasi belajar. Prestasi belajar yang tinggi menunjukkan hasil belajar yang diperoleh siswa berada di atas hasil rata-rata kelas/kelompoknya. Winkel (1987) mengatakan prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri dan dalam diri siswa tersebut. Faktor yang berasal dari luar diri meliputi faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan sekolah. Sementara faktor dari dalam diri meliputi faktor fisik dan psikis. Winkel (1987) faktor dari luar diri dibagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan keluarga dan sekolah. Faktor lingkungan keluarga meliputi fakor sosio-ekonomi dan sosio-kultural. Faktor sosio ekonomi merupakan kemampuan finansial dari orangtua dan fasilitas materil yang diberikan oleh orangtua kepada siswa-siswi. Faktor sosio-kultural merupakan lingkungan budaya di sekitar siswasiswi seperti hubungan orangtua dan anak, dan pendidikan dalam keluarga yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Misalnya keadaan sosio-ekonomi keluarga yang baik dapat menghambat prestasi belajar siswa karena siswa berpikir tidak perlu mendapatkan prestasi yang baik sebab semua kebutuhannya telah terpenuhi, sebaliknya siswa yang berasal dari lingkungan sosio-ekonomi lemah

13 kerap menjadi lebih rajin dan berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Keadaan sosio-kultural keluarga yang baik akan membantu siswa-siswi untuk dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik dikarenakan orangtua siswa-siswi akan memberikan dukungan positif bagi siswa dalam menghadapi kesulitankesulitan yang berhubungan dengan kegiatan di kelas. Siswa-siswi yang keadaan sosio-kultural yang kurang baik kemungkinan prestasi belajar yang didapatkan tidak terlalu baik dikarenakan siswa-siswi tersebut tidak mendapatkan dukungan positif dari orangtua bila siswa-siswi tersebut menghadapi kesulitan-kesulitan berhubungan dengan kegiatan di dalam kelas. Faktor lingkungan sekolah menyangkut fasilitas belajar dan teacher effectiveness (keterampilan guru akan mengajar secara efisien dan efektif) untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar yang disediakan institusi pendidikan dalam hal ini SMAK X. Fasilitas belajar tersebut meliputi perpustakaan, laboratorium, komputer, kelas dan sumber daya pengajar yang profesional di bidangnya sehingga dapat lebih efektif dan efisien waktu dalam penyampaian materi pelajaran khususnya siswa-siswi kelas bilingual akan mendapatkan waktu yang lebih untuk melakukan latihan-latihan soal ujian karena pemberian materi pelajaran yang lebih cepat. Faktor teman sebaya pada siswa-siswi SMA berpengaruh dengan prestasi belajar siswa-siswi dikarenakan adanya kecenderungan mereka untuk menyesuaikan sikap dan perilakunya dengan sikap dan perilaku teman sebayanya. Misalnya, kalau teman sebaya atau teman sekelasnya aktif dalam kelas, maka siswa-siswi kelas tersebut akan terpacu untuk aktif juga di dalam kelas, sebaliknya

14 kalau teman sebaya atau teman sekelasnya tidak aktif di dalam, maka siswa-siswi akan tidak aktif juga dan lebih sering mengorbankan kegiatan belajarnya demi mempertahankan posisinya dalam pergaulan dengan teman sebayanya atau teman sekelasnya. Faktor dari dalam diri siswa-siswi meliputi faktor fisik dan psikis. Faktor Fisik adalah keadaan fisik siswa yang bersangkutan, khususnya adalah kesehatan. Kesehatan yang terganggu kemungkinan besar dapat menganggu optimalitas seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. (Winkel,1987). Faktor psikis meliputi inteligensi, sikap-minat, keyakinan diri dan motivasi belajar. Faktor inteligensi merupakan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswasiswi, siswa-siswi kelas XI bilingual memiliki tingkat kecerdasan yang rata-rata atas dikarenakan siswa-siswi dapat masuk kelas bilingual dilihat dari berbagai faktor, salah satunya hasil test psikotes. Faktor inteligensi memiliki pengaruh besar terhadap tinggi rendahnya prestasi siswa, maka siswa-siswi kelas bilingual diharapkan dapat menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. Pada kenyataannya tidak semua siswa-siswi kelas bilingual mendapatkan prestasi belajar yang tinggi, dikarenakan tetap ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar seperti faktor sikap, minat, keyakinan diri,motivasi belajar, dan sebagainya. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar akan berpikir bahwa kesulitan dan kegagalan dalam mencapai prestasi belajar yang diharapkan, merupakan suatu kesempatan untuk mengubah strategi belajar agar lebih efektif dan belajar lebih tekun sehingga selanjutnya siswa tersebut bisa memperoleh

15 prestasi belajar yang lebih baik lagi. Sebaliknya siswa yang memiliki sikap negatif terhadap belajar maka siswa tersebut akan menyerah bila menghadapi kesulitan dalam belajar dan tidak berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. (Winkel,1987). Bagi siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang bersikap positif dalam menghadapi kesulitan memahami suatu materi pelajaran, misalnya terhadap pemberian materi pelajaran yang cepat maka siswa-siswi tersebut akan lebih tekun belajar dan menganggapnya sebagai suatu tantangan sedangkan siswa-siswi kelas bilingual yang bersikap negatif akan merasa tidak mampu dan berkeinginan untuk pindah kelas. Siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang memiliki minat yang tinggi dalam belajar dan memahami semua pelajaran di sekolah akan cenderung dapat menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik, sebaliknya siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang memiliki minat yang rendah tidak memiliki prestasi belajar yang baik dikarenakan mereka dalam belajar tidak berusaha untuk dapat memahami pelajaran lebih mendalam, hanya berdasarkan materi pelajaran yang disampaikan guru di dalam kelas. Faktor keadaan psikis lainnya, seperti keyakinan diri juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa-siswi kelas bilingual yang memiliki keyakinan diri yang tinggi akan cenderung bersikap gigih dalam menghadapi kesulitan belajar dan berusaha mencapai prestasi belajar yang lebih baik, sedangkan siswasiswi bilingual yang memiliki keyakinan diri yang rendah akan cenderung akan merasa tidak mampu, tidak berdaya bila menghadapi kesulitan belajar dan tidak berusaha mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

16 Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha memahami pelajaran dan mencari materi-materi pelajaran yang lain untuk membantu dirinya lebih memahami suatu pelajaran, sebaliknya siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan cenderung malas belajar dan prestasi belajarnya rendah. Motivasi belajar yang memberikan arah dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Memberikan arah dalam perilaku belajar dalam pencapaian prestasi belajar merupakan karakteristik dari achievement goal orientation. Achievement goal orientation adalah bagian dari teori motivasi yang menyatakan bahwa tujuan, alasan, atau goal berprestasi yang ada dalam dunia kognisi seorang siswa merupakan suatu belief atau keyakinan yang dapat memotivasi dan menggerakkan seseorang untuk melakukan tingkah laku belajar (Elliot,1999,2005; Pintrich dan Schunk, 2002 ). Secara umum achievement goal orientation dibedakan menjadi dua dimensi yaitu mastery dan performance goal orientation. Mastery goal orientation adalah goal orientation yang berfokus pada menguasai pelajaran, mengembangkan kompetensinya, atau mencoba menyelesaikan beberapa tantangan dan standar yang dimilikinya adalah standar pribadi. Siswa yang memiliki mastery goal akan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dan menggunakan strategi belajar mengerti secara mendalam pelajaran maupun tugas yang diberikan.(ames,1992;dweck dan Leggett,1998; Midgley,1998).

17 Performance goal orientation adalah goal orientation yang berfokus pada menampilkan kemampuan dan bagaimana kemampuan tersebut dibandingkan dengan orang lain sehingga siswa yang memiliki performance goal orientation akan menggunakan standar sosial (akan merasa beprestasi bila mendapatkan nilai yang tertinggi di dalam kelas) untuk membedakan kompetensi, berjuang untuk menjadi yang terbaik pada kelompok dalam menyelesaikan tugas, menghindari penilaian bahwa dirinya berkemampuan rendah atau terlihat bodoh, dan mencari pengakuan dari orang lain pada level performance yang lebih tinggi serta lebih banyak menggunakan strategi belajar menghafal (Ames,1992b;Dweck dan Leggett,1998; Midgley,1998). Mastery goal orientation dan performance goal orientation memiliki dua valiensi yaitu approach dan avoidance. Dari pembagian tersebut dihasilkan empat tipe achievement goal orientation, yaitu mastery-approach goal orientation orientation, mastery-avoidance goal orientation orientation, performanceapproach goal orientation orientation, dan performance-avoidance goal orientation orientation. Siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang memiliki mastery-approach goal orientation akan berusaha mengembangkan kompetensi, pengetahuan, keahlian dan cara belajarnya. Standar yang digunakan oleh siswa tersebut adalah standar diri sendiri yang berfokus pada kemajuan dan pemahaman serta siswa akan mencoba untuk mendekati atau mencapai goalnya bukan menghindarinya, dalam hal ini yang berhubungan dengan tugas di sekolah.

18 Siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang memiliki mastery-avoidance goal orientation akan berusaha menghindari membuat suatu kesalahan misalnya dalam pengerjaan tugas dan berusaha mempertahankan kemampuannya. Mereka memiliki standar diri yang tinggi dalam melakukan sesuatu maka mereka akan berusaha untuk menghindari menyelesaikan tugas yang diberikan bila menganggap tugas tersebut dapat membuat diri mereka merasa tidak mampu dalam melakukannya dan berupaya mempertahankan kemampuannya misalnya, siswa-siswi tersebut belajar hanya agar ia tidak lupa dengan apa yang sudah dipelajari sebelumnya, sehingga ia tetap dapat mengikuti pelajaran. Siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang berorientasi pada performanceapproach goal orientation akan mencoba untuk menunjukkan kepada orang lain kemampuan dan kelebihannya. Fokusnya adalah menjadi yang terbaik, menjadi yang terpintar serta menyelesaikan tugas lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Siswa tersebut akan menggunakan standar norma ingin menjadi yang terbaik dan memiliki nilai paling tinggi di kelas. Siswa-siswi kelas XI IPA bilingual yang berorientasi pada performanceavoidance goal orientation mereka akan mencoba untuk menghindari kegagalan dan fokusnya menghindari dirinya terlihat bodoh, tidak kompeten dibandingkan orang lain. Standar yang digunakan adalah tidak mendapatkan nilai terendah di kelas sehingga mereka tidak memikirkan untuk dapat memperoleh prestasi yang memuaskan.

19 Untuk memperjelas secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut : Mastery-approach goal orientation Faktor Internal : Faktor Psikis Faktor Fisik Mastery-avoidance goal orientation Siswa-siswi kelas XI bilingual SMU X di Bandung Achievement Goal Orientation Performance-approach goal orientation Prestasi Belajar Nilai Rapor mata pelajaran IPA (B.Inggris,Fisika,Kimia,Matematika, Biologi) Performance-avoidance goal orientation Faktor Eksternal : lingkungan rumah lingkungan sekolah lingkungan teman sebaya Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir