BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor,

BAB I PENDAHULUAN. layanan transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara. Semuanya

PT Katarina Utama Tbk ( RINA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam. total saham, dengan harga penawaran Rp per lembar saham.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan yang dilakukan manajer dalam pengelolaan keuangan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba.

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Laporan keuangan mengandung informasi informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:68). Hal ini salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meninjau dan mengevaluasi kinerja suatu manajerial dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini sangat berpengaruh pada dunia usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi lainnya sangat diperlukan oleh organisasi badan usaha. Salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai untuk para pemegang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap harga belinya. Emamgholipour et al. (2013), menyatakan bahwa tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Laporan keuangan penting bagi seorang investor karena dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi (Harahap, 2011: 70).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaaan juga harus dimaksimalkan, nilai peusahaan yang telah go public

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis setiap perusahaan selalu ingin memperlihatkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini membutuhkan tempat tinggal. Tanpa bisa di pungkiri berapun harga

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN,

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan harga saham. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Manajemen juga

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu sistem informasi yang relevan dan bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan meliputi: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umumnya. Laporan keuangan digunakan sebagai acuan para investor menilai sebuah perusahaan. Bettie et al (1994) menyebutkan bahwa perhatian investor seringkali hanya terpusat pada informasi laba, bukan pada prosedur untuk menghasilkan informasi laba tersebut, semakin banyaknya perusahaan yang harus melaporkan ke publik, semakin banyak pula perusahaan berusaha membuat laporan keuangan perusahaannya menjadi baik salah satunya dengan melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba). Perataan laba (income smoothing) adalah bagian dari pola manajemen laba yang dapat dilakukan manajer. Perataan laba adalah salah satu bentuk manajemen laba dengan cara meminimalisir laba yang berfluktuatif agar menjadi stabil. Investor lebih menyukai laba yang stabil karena investor menjadi lebih mudah memprediksi laba periode mendatang dan dengan laba yang stabil tersebut akan memberikan rasa aman dalam berinvestasi. Perataan laba (income smoothing) diilatarbelakangi oleh the bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan the political cost hypothesis. Namun tindakan perataan laba ini menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak kredibel dan memberikan informasi yang tidak 1

2 sebenarnya, sehingga pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan bagi pengambilan keputusan oleh investor. Menurut Suwito dan Arleen (2005) perataan laba dapat melalui beberapa dimensi perataan laba, yaitu: (1) perataan laba melalui kejadian atau pengakuan suatu peristiwa, (2) perataan laba melalui alokasi selama satu periode tertentu, (3) perataan laba melalui klasifikasi. Dilakukannya tindakan perataan laba ini biasanya untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor yang beranggapan laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang stabil dan menjaga hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi gejolak kenaikan laba dalam pelaporan laba yang cukup tajam. Tindakan perataan laba ini dapat diminimalisir dengan diterapkannya good corporate governance. Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good corporate governance dapat mengatasi masalah keagenan dan mencegah perataan laba yang berlebihan tetapi pada Perusahaan sektor Property dan Real Estate hingga kini belum ada ketetapan dalam kewajiban menerapkan Good corporate governance layaknya perusahaan pada sektor perbankan.

3 NET INCOME GMTD CTRA CTRS LPCK APLN 1,794,142,840,27 849,382,875,816 841,290,753,000 1,413,388,450,32 3 930,240,497,000 1 983,875,368,000 844,123,258,897 590,616,930,141 583,796,318,489 407,021,908,297 412,809,066,465 273,913,555,964 64,373,090,893 91,845,276,661 120,000,195,583 2012 2013 2014 Sumber : Data diolah sendiri Gambar 1.1 Net Income Perusahaan Property & Real Estate Periode 2012-2014 Dari gambar 1.2 yakni hasil laba bersih untuk tiga tahun terakhir (tahun 2012-2014) perusahaan dari terlihat bahwa rata-rata laba bersih setiap perusahaan meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa semua perusahaan Property dan Real Estate mengalami kenaikan karena adanya preningkatan penjualan serta baik dalam mengelola biaya-biaya selama tiga tahun terakhir. Salah faktor yang mempengaruhi perataan laba adalah ukuran perusahaan. Terdapat dua pandangan mengenai ukuran perusahaan pada perataan laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung tidak melakukan perataan laba karena mendapat pengawasan dan perhatian yang lebih ketat oleh banyak pihak seperti pemerintah dan masyarakat sehingga perusahaan akan lebih akurat dalam mengungkapkan laporan keuangannya. Sebaliknya pandangan kedua menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung melakukan perataan laba karena adanya motivasi penghindaran pajak dan biaya

4 politik (Watts and Zimmerman, 1986). Definisi ukuran perusahaan itu sendiri adalah suatu ukuran yang dapat mengklasifikasikan kecil atau besarnya perusahaan melalui total aset atau total penjualan dari perusahaan. Perusahaan yang besar akan menghindari fluktuasi laba karena dapat memengaruhi biaya pajak dan citra perusahaan. Ukuran Perusahaan 5,770,169,834,67 3 3,854,166,345,34 5 6,121,211,474,22 7 4,309,824,234,26 5 4,428,210,643,55 5 2,832,000,551,10 1 900,597,066,316 1,307,846,871,18 1,524,317,216,54 6 6 10,946,417,224 14,428,082,567 16,924,366,954 2012 2013 2014 GMTD LPCK CTRS ASRI Sumber : Data diolah sendiri Gambar 1.2 Ukuran Perusahaan Perusahaan Property dan Real Estate Periode 2012-2014 Dari gambar 1.2 yakni hasil ukuran perusahaan untuk tiga tahun terakhir (tahun 2012-2014) perusahaan dari terlihat bahwa rata-rata ukuran perusahaan setiap perusahaan meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa semua perusahaan perbankan mengalami kenaikan karena adanya preningkatan total aktiva selama tiga tahun terakhir Perataan laba memiliki hubungan dengan Net Profit Margin, sebagai salah satu rasio keuangan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

5 menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Berdasarkan the bonus plan hypothesis, pada perusahaan yang mempunyai rencana bonus, perusahaan yang memiliki kinerja baik akan lebih leluasa untuk melakukan income smoothing karena dengan sendirinya laba dapat ditunda atau dipercepat karena manajemen tahu akan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa mendatang. Perusahaan dengan kinerja rendah tentu akan mencoba mengangkat kinerja dengan melakukan income smoothing tetapi mereka tentu lebih sulit untuk menutupinya di tahun berikutnya (Wijaya Kusuma, 2004:76) Net Profit Margin 60 50 40 30 20 10 0 2012 2013 2014 ASRI CTRS GMTD LPCK Sumber : Data diolah sendiri Gambar 1.3 Profitabilitas Perusahaan Property & Real Estate Periode 2012-2014

6 Pada gambar 1.3 menunjukan kondisi profitabilitas dari tiga tahun pada perusahaan Property dan Real Estate yaitu Alam Sutera Reality, Ciputra Surya, Goa Makassar Tourism Development dan Lippo Cikarang yang diukur berdasarkan pendekatan Net Profit Margin (NPM). Terlihat adanya penurunan pada perusahaan Alam Sutera Reality dari tahun 2012 ke 2013 tetapi terjadi kenaikan dari tahun 2013 ke 2014, Pada Perusahaan Ciputra Surya terjadi kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2014. Perusahaan Goa Makassar Tourism Development mengalami kenaikan dari tahun 2012 hingga 2014 Lalu pada perusahaan Lippo Cikarang juga mengalami kenaikan dari tahun 2012 hingga 2014. Di Indonesia terdapat sejumlah kasus yang berhubungan dengan praktik perataan laba misalnya pada PT Katarina Utama, akibat lemahnya pengendalian internal tersebut pihak manajemen hanya merealisasikan sebagian kecil dana hasil penawaran umum, sedangkan selebihnya diduga diselewangkan oleh pihak manajemen RINA menggelar penawaran saham perdana kepada publik dengan melepas 210 juta saham atau 25,93% dari total saham, dengan harga penawaran Rp 160,- per lembar saham. Dari hasil IPO, didapatkan dana segar sebesar Rp 33,66 miliar. Rencananya seperti terungkap dalam prospektus perseroan, 54,05% dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana IPO akan direalisasikan untuk membeli berbagai peralatan proyek. Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG), dan Forum komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh

7 manajemen RINA. Dana yang sedianya akan digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja, serta menambah kantorcabang, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi sebagaimana mestinya. Dari dana hasil IPO sebesar Rp 33,66 miliar, yang direalisasikan oleh manajemen ke dalam rencana kerja perseroan hanya sebesar Rp 4,62 miliar, sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadi penyelewengan dana publik sebesar Rp 29,04 miliar untuk kepentingan pribadi. Selain itu, Katarina diduga telah memanipulasi laporan keuangan audit tahun 2009 dengan memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan. Adanya kasus ini menunjukan bahwa otoritas bursa masih mempunyai kelemahan dalam pengawasannya. Otoritas bursa, dalam hal ini BEI dan Bapepam-LK baru menyadari adanya keganjilan pada PT Katarina Utama Tbk setelah pada agustus 2010 pemegang saham dan Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FKPK) melaporkan adanya penyimpangan dana hasil penawaran umum. Contoh kasus yang terjadi di Indonesia mengenai penerapan Good Corporate Governance (GCG) yaitu terungkapnya skandal Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Kontruski yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan patut dicermati secara mendalam. Di tengah gembar gembor pelaksanaan implementasi GCG BUMN, kasus ini memberikan tamparan keras untuk kementerian Negara BUMN. Kasus Waskita, yang disebut-sebut sebagai Enronnya Indonesia menunjukkan bahwa Kementerian Negara BUMN perlu

8 berupaya lebih keras lagi dalam implementasi GCG di BUMN. Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal kontrol mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat kontrol yang menciptakan check and balances yang digunakan dalam pengawasan pengelolaan perusahaan. Contoh kasus lain yang terjadi di Indonesia (2013) mengenai penerapan PT.Garuda Indonesia Tbk yang kontraproduktif dengan Good Corporate Governance seperti yang diiklankan di media televisi dan media cetak. Pertama, kisruh sejumlah pilot lokal yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG). Para awak pilot ini, bahkan sempat melakukan mogok setengah hari setelah melakukan pertemuan antara Direktur Utama Emirsyah Satar yang dimediasi oleh Menteri BUMN Mustofa Abu Bakar. Kedua, dalam laporan keuangan tengah tahun, PT. Garuda Indonesia (Persero) mengalami kerugian sepanjang semester pertama sebesar Rp 185,73 miliar. Pendapatan Garuda sebenarnya naik dari 7,75 triliun menjadi Rp 11,21 triliun. Namun beban usaha Garuda, juga melonjak tinggi dibanding periode sebelumnya. Dua berita ini, sangat menggelitik dan

9 sangat tidak elok. Karena selama ini perusahaan plat merah ini katanya telah menerapkan prinsip GCG, sehingga meraih penghargaan sebagai The Most Trusted Company dua kali berturut-turut pada 2009 dan 2010. Dengan penghargaan itu, Garuda dianggap sangat terpercaya dalam transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Namun kedua berita tersebut menunjukkan bahwa GCG garuda hanya slogan. Fenomena di perusahaan Property dan Real Estate yaitu, Kisruh pembayaran surat utang antara kreditor dan manajemen PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) akhirnya membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) angkat suara. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mendesak perusahaan untuk memberikan laporan terbuka kepada publik. Sebagai perusahaan terbuka yang sudah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), keterbukaan diperlukan agar investor bisa melihat kondisi perusahaan secara langsung Ketentuannya sudah jelas, peraturannya pun sudah ada di OJK. Bagi perusahaan terbuka setiap kejadian penting yang bisa memberi pengaruh kepada publik, harus diungkapkan ke publik, Nurhaida (27/9/2013). Nurhaida menjelaskan, semua yang berkaitan dengan keterbukaan informasi akan berdampak pada pasar. Namun diakui OJK, manajemen ELTY sudah memberikan laporannya kepada OJK. Keterbukaan informasi bisa lewat Public Expose atau dari website. Adapun laporannya juga sudah kami terima. Untuk saat ini, OJK mengaku tidak bisa mengintervensi persoalan utang yang tengah melilit perusahaan. Persoalan itu sudah diberikan dan ditanggung oleh perusahaan yang terkait.

10 Berdasarkan penelitian terdahulu pada perusahaan Property dan Real Estate 88% terindikasi melakukan pertaan laba pada tahun 2011, sedangkan tahun 2010 73% terdapat perusahaan yang terindikasi melakukan tindakan peratan laba. Alasan peneliti memilih perusahaan yang bergerak di bidang itu adalah karena perusahaan yang bergerak di bidang Property dan Real Estate cukup banyak diminati oleh para investor untuk menginvestasikan dana milik mereka. Perkembangan industri Property dan Real Estate saat ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dan memiliki prospek yang besar di masa yang akan datang mengingat jumlah penduduk yang terus menerus bertambah besar serta belum adanya ketetapan yang mewajibkan penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan Property dan Real Estate. Motivasi peneliti dalam penelitian ini yang pertama adanya perbedaan hasil dari penelitian terdahulu atau terdapat research gap, yang kedua adanya asimetri informasi yang dapat menjadi peluang bagi manajemen untuk melakukan perataan laba. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul : Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.

11 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi, antara lain: 1. Tindakan income smoothing banyak di lakukan di perusahaan besar yang sudah go public. 2. Perhatian investor yang selama ini cenderung terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses yang digunakan untuk mencapai tingkat laba tersebut, sehingga terjadi asimetri informasi. 3. Income smoothing dilakukan karena adanya program bonus, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah. 4. Perusahaan Property dan Real Estate mempunyai masalah yang cukup kompleks. 5. Perusahaan BUMN dalam penerapan Good Corporate Governance-nya masih lemah berdasarkan fenomena yang ada dan dilihat dari penelitian sebelumnya. 6. Belum ada ketetapan dalam kewajiban penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan Property dan Real Estate. 7. Ukuran Perusahaan memberi alasan untuk melakukan tindakan perataan laba, karena semakin besar perusahaan cenderung melakukan perataan laba karena adanya motivasi penghindaran pajak dan biaya politik. 8. Net Profi Margin memberi alasan untuk melakukan tindakan perataan laba, karena semakin besar Net Profi Margin kinerja perusahaan akan semakin

12 produktif. Perusahaan yang memiliki kinerja baik akan lebih leluasa melakukan income smoothing. 1.3. Pembatasan Masalah 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya Good Corporate Governance dengan IPCG, Ukuran Perusahaan dengan Ln Total Aktiva dan Net Profi Margin. 2. Industri yang akan diteliti adalah Property & Real Estate dengan hasil laporan keuangan periode 2012-2014. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu : 1. Apakah Net Profit Margin, Ukuran Perusahaan dan good corporate governance berpengaruh secara simultan terhadap Perataan laba khususnya pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah good corporate governance berpengaruh negatif terhadap Perataan laba khususnya pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Perataan laba khususnya pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

13 4. Apakah Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap Perataan laba khususnya pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.5. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengkaji dan menganalisis apakah good corporate governance, Ukuran Perusahaan dan Net Profit Margin berpengaruh secara slimutan terhadap Perataan laba. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis apakah good corporate governance berpengaruh negatif terhadap Perataan laba. 3. Untuk mengkaji dan menganalisis apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Perataan laba. 4. Untuk mengetahui apakah Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap Perataan laba. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bagi penulis diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori, terutama akuntansi keuangan mengenai agency theory dan good corporate governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan yang dilaporkan. 2. Penelitian ini bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

14 memahami good corporate governance, ukuran perusahaan net profit margin dan praktik perataan laba 3. Penelitian ini bagi pihak lain mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi atau bahan tujukan yang dapat dipergunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan bahkan untuk mendukung dilakukan penelitian lanjutan tentang perataan laba pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.