PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES

dokumen-dokumen yang mirip
Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

SISTEM PAKAR UNTUK MENGANALISIS TINGKAT STRES BELAJAR PADA SISWA SMA. Ayu Meiatri Windine Sari. Rina Harimurti

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR ASPHYXPERT UNTUK DIFERENSIAL DIAGNOSA DAN TATALAKSANA PENANGANAN DINI UNTUK PENYAKIT SESAK NAPAS. KHAIRUNNISA, S.Pd., M.

IMPLEMENTASI METODE FORWARD CHAINING PADA APLIKASI SISTEM PAKAR MENDETEKSI JENIS KULIT WAJAH WANITA

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

INFERENSI DAN PENALARAN. PERTEMUAN 8 Oleh : Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

Feriani A. Tarigan Jurusan Sistem Informasi STMIK TIME Jln. Merbabu No. 32 AA-BB Medan

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN SEPEDA MOTOR NON MATIC

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI KEMAMPUAN OTAK PADA ANAK SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

APLKASI SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON

APLIKASI SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Pelacakan ke depan adalah pendekatan yang dimotori data (data driven). Dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkonsultasi dengan seorang pakar atau ahli. Seorang pakar adalah seseorang yang

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK IDENTIFIKASI JENIS DAN PENYAKIT PADA BUNGA MAWAR

By: Sulindawaty, M.Kom

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT CABAI PAPRIKA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR TES PSIKOMETRI KEPRIBADIAN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT PADA ANAK DENGAN METODE EXPERT SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

TUGAS AKHIR APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN KERUSAKAN PADA PERANGKAT MONITOR DENGAN METODE FORWARD CHAINING OLEH :

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

MENGENAL SISTEM PAKAR

Struktur Sistem Pakar

APLIKASI WEB PADA SISTEM PAKAR FORWARD CHAININGUNTUK DETEKSI KERUSAKAN PC (PERSONAL COMPUTER)

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

Troubleshooting PC dengan Sistem Pakar

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

PERANCANGANN SISTEM PAKAR UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANG SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA KERUSAKAN HARDWARE KOMPUTER DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN BACKWARD CHAINING BERBASIS WEB

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT KELINCI BERBASIS VISUAL PROLOG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

INTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng. website :

Sistem Pakar Penentuan Plafon Kredit Konsumer pada PT. BDI

AND AND AND THEN AND AND

SISTEM PAKAR UNTUK HAK PERDATA TERHADAP TANAH. Eka Wahyu Hidayat 1, Risni Rismayanti 2

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN GANGGUAN AFEKTIF

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 5 No. 1 Agustus 2012

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

PROGRAM SISTEM PAKAR DALAM MEMBANTU CALON MAHASISWA MENENTUKAN MINAT STUDI DI UNIVERSITAS

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN PADA GENERATOR SET BERBEBAN

PENGENALAN JENIS PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT THT

PENGEMBANGAN SISTEM PENENTUAN UNIT KERJA KARYAWAN PADA PT. ANEKA MODE INDONESIA BERDASARKAN PSIKOTEST MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERMASALAHAN TINDAK PIDANA TERHADAP HARTA KEKAYAAN

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA KERUSAKAN SISTEM BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA 4 TAK DENGAN BAHASA PROGRAM VISUAL BASIC 6.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan menjelaskan pengertian sebuah sistem pakar, komponen

SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING BASE TRANSCEIVER STATION UNTUK EFISIENSI KINERJA TEKNISI (STUDI KASUS : PT.KMS TELECOM PEKANBARU)

Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining

SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI PENOLAKAN FILM RADIOLOGI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Sistem Pakar Perkembangan Anak Usia 0-12 Bulan Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining

Feresi Daeli ( )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN TELEVISI BERWARNA

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Definisi Sistem Pakar

Transkripsi:

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES Chandra Wijaya K. 1, Rangga Firdaus 2 1 Program Studi Manajemen Informatika 2 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Darmajaya Jl. Z.A Pagar Alam No. 93 Bandar Lampung Indonesia 35142 Telp.: (0721)-787214 Faks.: (0721)-700261 E-mail: 1 chandra@darmajaya.ac.id, 2 rangga@darmajaya.ac.id ABSTRAKSI Sistem Pakar dalam menganalisa management stress merupakan salah satu penerapan dibidang infomasi teknologi. Sistem pakar yang telah dibuat digunakan sebagai alat bantu mengetahui tingkat stres seseorang. Penalaran deduktif, Penalaran induksi, runut maju (forward chaining), runut balik (Backward chaining) merupakan penjabaran dari penggunaan metode inferensi. Representasi berbasis rule pada sistem pakar memberikan keuntungan pada beberapa aspek, yaitu kemudahan dalam memodifikasi, baik penambahan perubahan, maupun penghapusannya. Efisiensi penalaran runut maju (forward Chaining) menggunakan alat ukur correlation matrix dan diterjemahkan dalam tabel penilaian memudahkan dalam menganalisis basis pengetahuan. Dalam program Relaksasi terhadap manajemen stress ini memberikan 2 akses: User dan Psikolog, akses User digunakan untuk melakukan tes relaksasi dan akses psikolog digunakan untuk memasukkan basis pengetahuan dan menjalankan kaidah-kaidah pengetahuan. Kata Kunci: Sistem Pakar, Management Stres, Forward Chaining, Backward chaining, Relaksasi 1. PENDAHULUAN Relaksasi adalah sebuah teknik pereduksian kecemasan dan ketegangan yang dialami oleh individu. Relaksasi menjadikan tubuh kita tenang dan damai dengan kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh orang-orang modern dimana tuntutan pemenuhan kebutuhan semakin keras didukung dengan lingkungan yang sering kali menimbulkan ketegangan, maka orang-orang modern kurang mampu dalam mengadakan konsentrasi terhadap suatu masalah. Dengan adanya program relaksasi yang dikenakan pada individu untuk dapat mengendurkan urat saraf yang tegang, meredakan pikiran [6]. Penganalisis ini menggunakan pengetahuan dan prosedur inferensi dari psikolog yang dalam hal ini berlaku sebagai pakar. Pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh seorang psikiologi disimpan dalam program komputer yang kelak nantinya diharapkan kerja program komputer ini bekerja atau berjalan sebagai mana layaknya penalaran yang dilakukan oleh seorang psikolog. 2. TINJAUAN PUSTAKA Sistem pakar diambil dari istilah knowledge base expert system. Knowledge base expert system dibentuk dari knowledge base system yang merupakan hasil dari proses knowledge engeneering. Sistem pakar adalah suatu program komputer yang menggunakan pengetahuan manusia yang telah dimasukkan dalam system komputer untuk menyelesaikan masalah-masalah yang spesifik seperti layaknya penalaran yang dilakukan oleh seorang pakar [1]. Alasan yang menjadi dasar pembentukan sistem pakar adalah penyebaran kepakaran yang jarang dan mahal, formalitas pengetahuan pakar, integritas sumber pengetahuan yang tersebar pada beberapa pakar dan sistem pakar mampu menganalisis informasi dan merekomendasikan solusi. Karakteristik dari sistem pakar adalah mampu memecahkan persoalan-persoalan sebagaimana atau lebih baik dari pemecahan yang dilakukan oleh pakar, mampu menggunakan pengetahuan dalam bentuk 2.1 Komponen Sistem pakar Sebuah program yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan seorang pakar. Untuk membangun system seperti itu maka komponen-komponen dasar yang harus dimilikinya paling sedikit adalah sebagai berikut: 1. Antar muka pemakai (User Interface) 2. Basis pengetahuan (Knowledge Base) 3. Mesin inferensi (Interface Machine) Sedangkan untuk menjadikan system pakar menjadi lebih menyerupai seorang pakar yang berinteraksi dengan pemakai, maka dapat dilengkapi dengan fasilitas berikut: 1. Fasiltas penjelasan (Explanation) 2. Fasilitas Akuisisi pengetahuan (Knowledge acquisition facility) 3. Fasilitas swa-pelatihan (self-training) D-15

Arsitektur dari sistem pakar berbasis pengetahuan terlihat pada Gambar 1 [4]. Gambar 1. Arsitektur system pakar berbasis pengetahuan 2.2 Metode Inferensi Penalaran adalah proses untuk menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui atau yang diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implimentasi berdasarkan informasi yang tersedia. Beberapa metode inferensi yang digunakan diantaranya: Penalaran deduktif, Penalaran induksi, runut maju (forward chaining), runut balik (Backward chaining) [5]. a. Penalaran Deduktif Penalaran deduktif merupakan proses penalaran dari masalah yang berupa informasi umum tentang suatu kelas, objek atau kejadian menjadi informasi spesifik tentang anggota dari kelas tersebut, sebagai contoh: Siapa saja yang melakukan tes relaksasi otot, akan mendapatkan gambaran apakah dia sudah dalam keadaan relaks. Joni melakukan tes relaksasi otot. Jadi Joni mengetahui gambaran, apakah dia sudah dalam keadaan relaks. b. Penalaran Induksi Penalaran Induksi merupakan proses penalaran yang menghasilkan sebuah konklusi umum berdasarkan fakta spesifik. Informasi tentang anggota dari kelas atau kejadian dapat mengarah pada perkiraan umum seluruh kelas, contoh: Tes relaksasi otot akan dimulai. Psikolog memberikan penjelasan dan pengenalan tes. Jadi pelaku tes dapat dapat memahami tes yang akan dilakukannya. c. Runut Maju (forward chaining) Runut Maju merupakan proses penalaran yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang menyakinkan menuju konklusi akhir. Runut maju bisa juga disebut sebagai penalaran forward (forward reasoning) atau pencarian yang dimotori data (data driven search). Dan dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu Pemakai kemudian menuju konklusi atau derived information (then) atau dapat dimodelkan sebagai berikut: IF (informasi masukan) THEN (konklusi) Informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan, atau pengamatan. Sedangkan konklusi dapat berupa tujuan, hipotesa, penjelasan, diagnosis, sehingga jalannya penalaran runut maju dapat dimulai dari data menuju tujuan, dari bukti menuju hipotesa, dari temuan menuju penjelasan. Dari pengamatan menuju suatu analisis sebagai contoh dibawah ini: IF Joni diminta mengepalkan tangan dan membuka kepalan tangan perlahan- lahan AND tangan gemetaran AND tangan berkeringat THEN Relaksasi Otot lemah, Joni belum menunjukan dalam keadaan relaks. Joni diminta mengepalkan tangan dan membuka kepalan perlahan-lahan, tangan gemetaran dingin dan tangan berkeringat merupakan informasi masukan yang menghasilkan suatu konklusi bahwa Relaksasi Otot lemah, Joni belum menunjukan dalam keadaan relaks. d. Runut balik (Backward Chaining) Runut balik merupakan proses penalaran yang arahnya kebalikan dari runut maju. Proses penalaran runut balik dimulai dengan tujuan kemudian menurut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke goal tersebut. Jadi secara secara umum runut balik itu diaplikasikan ketika tujuan atau hipotesis yang dipilih itu sebagai titik awal penyelesaian masalah. Disebut juga goal-driven search. Runut balik dimodelkan sebagai berikut: Tujuan, If (kondisi). Contoh runut maju diatas dinyatakan dalam runut balik sebagai berikut: Relaksasi Otot lemah, Joni belum menunjukan dalam keadaan relaks IF Joni diminta mengepalkan tangan dan membuka kepalan tangan perlahan- lahan AND tangan gemetaran AND tangan berkeringat Jadi Relaksasi Otot lemah, Joni belum menunjukan dalam keadaan relaks (goal) akan tercapai jika kondisi-kondisi,yaitu: Joni diminta mengepalkan tangan dan membuka kepalan perlahan- lahan, tangan gemetaran, tangan berkeringat. D-16

Dari dua jenis penalaran tersebut program Relaksasi ini akan menggunakan runut maju (Forward Chaining) karena proses penalaran yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang menyakinkan menuju konklusi akhir. 3. METODOLOGI PENELITIAN Adapun teknik pengumpulan data, diantaranya: 1. Metode Observasi Metode pengamatan (observasi), pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ditempat. 2. Metode Wawancara Mengadakan wawancara langsung oleh seorang sumber data yaitu psikolog mengenai data-data yang dibutuhkan. 3. Studi Pustaka Dalam studi pustaka ini, Untuk mendapatkan data-data yang valid diperlukan literatureliterature pendukung dalam penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Di dalam tes ini menggunakan pelacakan runut maju (forward Chaining) dan menggunakan alat ukur correlation matrix yang diterjemahkan dalam tabel penilaian dengan menampilkan kumpulan data atau fakta. Dalam setiap tes yang dilakukan dengan menampilkan beberapa pertanyaan, distribusi datanya menggunakan Kolmogorof Smirnov menggunakan kriteria kategorisasi yang sesuai dengan standarisasi yang digunakan dalam bidang psikologi. Setiap tes memiliki penilaian tertentu dengan mendapatkan skor akhir penilaian dari tes dan disesuaikan dengan kelompok umur pelaku tes (client), adapun tabel penilaian Tes Emosi sebagai berikut. Tabel 1. Penilaian Tes Emosi Sumber: Diana Setiawati, S.Psi.Psikolog Contoh: Apabila seorang pelaku tes berumur 22 tahun dan mendapatkan angka 30 dari tes emosi yang dilakukannya, maka kesimpulannya ia memiliki tingkat emosi Pada dirinya dalam kategori Sangat kuat. Adapun tabel Penilaian Tes Kecemasannya seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penilaian Tes Kecemasan Sumber: Diana Setiawati, S.Psi.Psikolog Contoh: Apabila seorang pelaku tes berumur 25 tahun dan mendapatkan angka 45 dari Tes Kecemasan yang dilakukannya, maka kesimpulannya ia memiliki Tingkat Kecemasan Pada dirinya dalam kategori sangat kuat. Adapun analisis kesimpulan sistem pakar menggunakan metode kriteria kategorisasi dengan membandingkan skor nilai tes relaksasi 1 (skor emosi + Skor Kecemasan) sebelum client mendengarkan relaksasi dengan skor nilai Tes relaksasi 2 (skor emosi 2 + Skor Kecemasan 2) sesudah Client mendengarkan Relaksasi. Apabila skor tes relaksasi 1 >= skor tes relaksasi 2, maka 1. seorang client dikatakan berhasil, dan seseorang tersebut dalam keadaan relaks dan dapat memanage tingkat stresnya. 2. Seorang client dikatakan tidak berhasil jika skor tes relaksasi 1 <= skor tes relaksasi 2, seseorang dikatakan tidak berhasil berarti seseorang tersebut belum dalam keadaan relaks dan belum dapat memanage tingkat stresnya dengan baik. 4.2 Keluaran Keluaran adalah hasil dari Pengolahan sistem pakar dalam menganalisis pengaruh relaksasi terhadap manajemen stres, yaitu : Gambaran profile seseorang yang menunjukan tingkat stres seseorang beserta saran untuk meredakan stres seseorang. Himpunan Kaidah Tes Manajemen Stres: Untuk membuat kaidah-kaidah dalam tes manajemen stres ditetapkan secara langsung dengan kaidah: IF (informasi masukan) THEN (konklusi) Karena sifat soal dari tes psikologi adalah kontinum, artinya jawaban dari pertanyaan merupakan emosi dari masing-masing individu dan setiap individu memiliki jawaban yang berbeda-beda : Gambar 2. Contoh soal Tes Emosi D-17

Gambar 3. Contoh soal Tes Kecemasan Berikut ini hasil analisis setiap subyek dari experiment tenang dan menurut pengakuan dari salah satu subjek, setelah subjek dengan sungguh-sungguh melakukan semua instruksi relaksasi, subjek dapat merasakan detak jantungnya dan sikap tubuhnya sudah terlihat fleksibel. Meskipun secara langsung subjek belum merasakan perubahan yang berarti dalam dirinya setelah melakukan program relaksasi ini, subjek merasa senang dan akan mempraktekkan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehariharinya. Subjek 1 Skor tes relaksasi 1 (skor tes emosi + skor tes Kecemasan) sebelum mengikuti relaksasi adalah 132, dan skor tes relaksasi 2 setelah mengikuti relaksasi adalah 110. Gambar 6. Grafik skor tes relaksasi Subjek 3 4.3 Pembuatan Tabel keputusan (decision table) Tabel keputusan merupakan suatu metode untuk mendokumentasikan pengetahuan. Tabel keputusan mendeskripsikan pengetahuan. Tabel keputusan merupakan matrik kondisi yang dipertimbangkan pendeskripsian kaidah. Tabel keputusan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 4. Grafik skor tes relaksasi Subjek1 Subjek 2 Skor tes relaksasi 1 sebelum mengikuti relaksasi adalah 113, sedangkan skor tes relaksasi 2 setelah mengikuti relaksasi adalah 98. seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik skor tes relaksasi Subjek 2 Subjek 3 Skor tes relaksasi 1 sebelum mengikuti relaksasi adalah 154, sedangkan skor tes relaksasi 2 setelah mengikuti relaksasi adalah 82. seperti pada Gambar 6. Fenomena dari ketiga subjek ini, menunjukkan adanya perubahan setelah mengikuti semua instruksi relaksasi, subjek terlihat semakin Gambar 7. Tabel pengambilan keputusan 4.4 Pengkonversian Tabel keputusan menjadi Kaidah produksi Representasi pengetahuan, kaidah produksi, dibentuk dari pengubahan tabel keputusan. Pembuatan suatu kaidah dilakukan dengan beberapa tahapan, sebagai contoh perhatikan pembuatan kaidah 1 berikut. Pertama, lihat goal 1 yang merupakan konklusi dari kaidah 1, konklusi ini dapat dicapai bila kondisi mendukungnya terpenuhi. Kedua, tanda centang pada kolom goal 2, menunjukan kondisi mana yang berhubungan dengan konklusi tersebut. Untuk mendapatkan sebuah Goal 1 tes relaksasi. Didapat pada kondisi 1 dan kondisi A begitu pula dengan Goal 2 didapat pada kondisi 2 dan kondisi B. Kaidah 1: Goal 1 If Kondisi 1 And Kondisi A Kaidah 2 dapat diperoleh dengan cara yang sama Kaidah 2: Goal 2 If Kondisi 2 And Kondisi B D-18

5. KESIMPULAN Dengan memperhatikan program yang telah dibuat didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain: a. Sistem pakar yang telah dibuat digunakan sebagai alat bantu mengetahui tingkat stres seseorang. b. Representasi berbasis rule pada sistem pakar memberikan keuntungan pada beberapa aspek, yaitu kemudahan dalam memodifikasi, baik penambahan perubahan, maupun penghapusannya. c. Efisiensi penalaran runut maju (forward Chaining) menggunakan alat ukur correlation matrix dan diterjemahkan dalam tabel penilaian memudahkan dalam menganalisis basis pengetahuan. d. Dalam program Relaksasi terhadap manajemen stress ini memberikan 2 akses: User dan Psikolog, akses User digunakan untuk melakukan tes relaksasi dan akses psikolog digunakan untuk memasukkan basis pengetahuan dan menjalankan kaidah-kaidah pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA [1] Turban, Effraim, Decision Support and Expert System; Management Support System. Newyork; Prentice-Hall, 1995. [2] Durkin, John. Exprt System; Design and Development. New jersey; Prentice-Hall, 1994. [3] Giarratno, Joseph, Riley, Gary. Expert System Principles and Programming. Edisi II. Boston. Pws Publishing Company 1993. [4] Badiru, Adedeji B. Expert System Applications In Engineering and Manufacturing, New jarsey: Perntice Hall, 1992. [5] Suparman, Mengenal Artifical Inteligence, Andi, Yogyakarta, 1991. [6] Bensen & Clipper, Respon Relaksasi. Bandung; penerbit Kaifa, 2000. [7] Walgito. B. Psikologi Umum, Yogyakarta; Andi Offset, 1997. [8] Ario S.K, Buku Latihan Microsoft Visual Basic 6.0, Gramedia-Jakarta, 2000. D-19

D-20